{38}egois?

226 13 7
                                    

happy reading...




Matanya terpejam, sedangkan tangan dan kakinya terus bergerak tak nyaman, Arkan menggigiti bibir bagian dalamnya sendiri hingga tanpa sadar gigi itu melukai bibirnya, dan itu bukan untuk kali pertamanya Arkan melakukan hal demikian, sejak 15 menit yang lalu Arkan sudah berada di depan ruang IGD dan semenjak itu pula Arkan sebisa mungkin melukai dirinya sendiri, baik itu dalam bentuk menggigit bibir hingga terluka, menggenggam tangan hingga kukunya menancap di telapak tangan, dan menekan-nekan sandal jepit dengan kuku kakinya, Arkan melakukan semua itu semata-mata untuk melampiaskan perasaannya.

Saat asik melakukan hal itu semua tiba-tiba Arkan merasa sebuah tangan menyentuh wajahnya dengan lembut, perlahan Arkan membuka matanya, tatapan lembut dari Dhea mampu menghipnotis Arkan dalam sekejap, Arkan seolah lupa dengan apa yang sedang menimpanya, Arkan hanyut dalam tatapan Dhea, gadis yang sudah sangat ia rindukan itu akhirnya sekarang berada di sini, bersama dirinya, bersama luka-lukanya, dan ya gadis itu memang benar-benar Dhea gadis yang ia cintai.

"Sana cuci muka dulu, beresin diri lo" ujar Dhea lembut.

Arkan diam bergeming, ingin menjawab tapi sadar mulutnya sudah pasti penuh dengan darah, jadi Arkan hanya bisa membalas tatapan Dhea dengan mata sayunya. Beberapa detik setelahnya Arkan mengangguk, cowok itu bangkit dan segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, ia sendiri sadar bahwa ia sangat kacau saat itu, semua pikiran soal cinta, persahabatan dan keluarga seolah menghantam pikiran Arkan secara bersamaan, Arkan heran mengapa Tuhan sebegitu percaya pada dirinya sampai-sampai memberikan ujian sebesar ini.

Arkan meludahkan darah dalam wastafel dan kemudian mencuci mulutnya dengan air keran, tak lupa Arkan juga membasuh mukanya dengan air, setelah itu Arkan melihat pantulan dirinya di cermin, benar-benar kacau.

"Jalan pulang di mana sih?" Tanya Arkan pada cermin yang memantulkan salinan tubuhnya.

Arkan menghela nafas pasrah, cowok itu lanjut membersihkan sisa-sisa darah yang ada di tangannya, setelah itu Arkan mengambil beberapa tisu untuk mengelap wajahnya dan bergegas kembali ke IGD dimana Dhea berada, iya Dhea.

Flashback....

"Den, mobilnya udah siap, ayo kita berangkat"

Arkan menatap sumber suara yang tak lain berasal dari tukang kebun yang tadinya ia minta untuk menyiapkan mobil, tak mau membuang waktu Arkan segera bersimpuh di depan Lena dan menggendong tubuh ibunya yang sudah begitu kurus dari sebelumnya, gak itu membuat Arkan semakin benci pada Xiam karna ia yakin bahwa Xiam lah yang selalu menyakiti ibunya secara fisik dan mental.

Baru sampai di pintu utama Arkan langsung terhenti saat melihat sebuah mobil berwarna putih dengan plat yang sangat ia kenali masuk terburu-buru dalam pekarangan rumahnya.

"Candra?" Pikir Arkan.

Benar ternyata, Candra keluar dari mobil dengan tergesa, dan...? Lelaki yang memiliki wajah persis dengan Aldi juga keluar dari mobil Candra, juga seorang perempuan dari kursi belakang, awalnya Arkan pikir ia hanya berhalusinasi namun ternyata gadis yang ia lihat itu memang benar-benar Dhea. Gadisnya. Ralat, mantan.

"Tante kenapa?!" Tanya Candra setengah panik.

"Pan-"

"Kita ke sini mau ngelurusin masalah gue, bukan masalah orang lain" potong Aldo cepat, orang lain yang Aldo maksud mungkin adalah Lena, Lena adalah orang lain bagi Aldo namun Lena adalah ibu kandung Arkan yang tak ada hubungannya sama sekali dengan Aldo, 1 hal yang perlu kalian tau bahwa Aldo sangat benci suatu hal yang menghambat urusannya.

ARKANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang