15

15 3 0
                                    

"Assalamu'alaikum ya ahli kubur!" Salam Reynand ketika membuka pintu ruangan.

"Ini sengaja minta dikatain gak sih?" Kesal Dania yang terduduk di ranjang.

Reynand menghampiri Dania dengan kekehan nya. Dia meletakkan nasi uduk nya diatas nakas dan menepuk kepala Dania.

Dania yang diperlakukan seperti itu hanya bisa cemberut. Tenaganya belum sepenuhnya terkumpul saat ini, jadi untuk berdebat dirinya sedang tidak ada tenaga.

"Gue gak mau dikatain tapi maunya disayangin," goda Reynand setelahnya.

Dania mencebikkan bibirnya dan tentu saja hal itu membuat Reynand gemas sendiri yang berujung mencubit pipi Dania.

Dania meringis karena cubitan Reynand. Dia lupa kalau di pipi nya ada bekas sayatan yang meskipun sudah diperban pasti rasa perih nya masih ada. Reynand yang melihat itu langsung panik sendiri dan ikutan meringis.

"Eh maaf-maaf gue lupa kalau pipi lo masih luka. Maaf ya..." ucap Reynand sambil memeluk Dania.

Ketika berada dipelukan Reynand, Dania tersenyum diam-diam. Dia merasa diperlakukan layaknya ratu ketika bersama Reynand.

Sejujurnya ia takut jika suatu saat nanti dalam hatinya timbul sebuah perasaan melebihi seorang sahabat pada Reynand. Tapi bukankah itu adalah suatu hal yang wajar?

"Iya gak papa lagian cuman perih dikit doang. Udah ah lepasin engap tau gak dipeluk sama lo, bau!" Ejek Dania yang membuat Reynand kesal. Apakah tidak bisa satu hari saja mereka uwu-uwuan layaknya orang pacaran?

Hana keluar dari kamar mandi dengan wajah basah, sepertinya dia sudah mencuci muka untuk menyegarkan wajahnya dan menghilangkan rasa kantuknya.

Hana berjalan menghampiri Reynand dan juga Dania yang menatapnya sedari tadi.

"Rey, Dan, gue izin pulang ya," pamit Hana pada Dania dan juga Reynand.

"Loh kok pulang sekarang? Ini masih terlalu pagi tuh liat jam setengah 3." Halang Dania.

"Justru itu mumpung masih pagi gue pulang biar gak macet."

"Bawa kendaraan gak lo?" Tanya Reynand.

Hana menggeleng sebagai jawaban. Tadi malam dirinya kesini bareng bersama Ken dan juga Roy. Jangan tanyakan mereka berdua sedang apa, karena nyatanya mereka berdua sedang asik berlayar di lautan mimpi.

Dengan posisi saling bersandar, mulut terbuka, dan juga mendengkur keras mereka tertidur dengan nyamannya.

"Yaudah gue anterin." Ucap Reynand pada Hana.

"Gak usah gue bareng sama si Ken sama si Roy aja. Lagian mereka juga disini cuma pindah tidur doang bukannya jagain."

"Iya juga sih. Yang ada ribet nya doang jagain kagak. Noh liat khidmat banget tidur mereka," tunjuk Reynand dengan dagu nya.

"Hus gak boleh gitu! Segitu juga mereka mau-mau an tuh nemenin lo disini buat jagain gue. Btw, makasih ya udah mau direpotin sama gue."

"Apaansih pake makasih segala kayak ke siapa aja lo!"

Setelah mengatakan itu, Hana berjalan ke arah Ken dan juga Roy. Hana menepuk-nepuk pipi Ken supaya bangun tapi hasilnya nihil. Ken seperti orang mati jika sudah tidur susah untuk dibangunkan.

Beralih dari Ken, dia menepuk-nepuk pipi Roy namun hasilnya juga sama. Sepertinya mereka sepaket.

Hana menghela nafas kasar. Ketika ingin merasa putus asa, Hana mendapatkan ide yang cemerlang untuk membuat mereka berdua bangun. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Hana berjalan ke arah kamar mandi sambil membawa gelas plastik bekas untuk membawa air.

R & D [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang