17

10 5 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 15.30 sore. Saat ini, didalam ruangan VVIP itu ada Hana, Ken, Roy, Reynand, Rega, dan tentunya Dania.

Keluarga Reynand dan Dania sudah pulang. Mereka sepakat ketika pagi hari sampai siang, Dania akan dijaga oleh keluarganya, sedangkan pada sore hari sampai ke esokkan paginya akan dijaga oleh teman-teman Dania.

Saat ini, Reynand sedang asik bermain game disamping Dania, sedangkan Dania memainkan ponsel nya yang dibawa tadi pagi oleh Rafael.

Dia men-scroll semua sosial media miliknya terkadang dia juga membaca beberapa artikel yang menurutnya menarik. Terlihat seperti orang kebosanan? Tentu iya.

"Rey," panggil Dania akhirnya.

Reynand langsung menatap Dania dan mematikan ponsel nya untuk mendengarkan ucapan Dania selanjutnya.

"Bosen..." rengek Dania dengan bibir melengkung ke bawah.

Reynand terkekeh dan mengacak rambut Dania gemas. Padahal dari tadi Dania asik bermain ponsel, sampai-sampai melupakan kehadiran dirinya dan teman-temannya.

"Kalau bosen kita main hompimpa aja, yang kalah gantung diri setuju gak?" Usul Roy.

"Wah sungguh ide bagus. Silahkan kamu coba," jawab Ken dengan raut wajah yang dibuat-buat sesenang mungkin. Padahal aslinya dia sangat tertekan.

"Ada pisau gak?" Tanya Rega tiba-tiba.

"Oh tentu ada kak disini juga kami menyediakan satu ranjang rumah sakit disertai dengan perlengkapan tidur, ada nakas yang terbuat dari kenangan masa lalu yang belum usai, dan ada juga percikan air mata karena menangisi seseorang yang tak pernah menghargai kehadiran kita disisinya." Jawab Hana promosi.

"Beuh sakit cuy," ucap Roy dramatis sambil memegangi dadanya.

"Pacar gue kok mendadak jadi sad girl sih?"

Dania dan Reynand yang mendengar itu tertawa keras, tidak di sekolah atau dimanapun pasti keributan selalu menyelimuti mereka. Tapi ada yang berbeda kali ini, personil ODGS bertambah satu orang yaitu Rega.

Reynand kembali menatap Dania lembut. Dania yang ditatap seperti itu langsung salah tingkah. Sebetulnya Dania merasa aneh pada Reynand, belakangan ini Reynand selalu memberikan tatapan penuh arti pada dirinya. Dan jujur saja, hal itu membuat jantung nya berdegup kencang dan juga bibirnya berkedut ingin tersenyum.

"Mau jalan-jalan?" Tawar Reynand.

Tentu saja, dengan semangat Dania mengangguk. Ini yang dia inginkan. Berjalan-jalan dan keluar dari kamar VVIP ini untuk sementara waktu. Meskipun hanya di taman rumah sakit, setidaknya rasa bosan nya bisa terobati ketika melihat lingkungan luar.

Melihat itu, Reynand tersenyum lembut dan sangat manis. Mungkin siapapun yang melihatnya akan langsung menjerit.

"Yaudah bentar gue mau ambil kursi roda dulu," ucap Reynand yang langsung ditahan oleh Dania ketika akan berdiri.

"Gak usah. Jalan aja ya?" Mohon Dania.

"Kalau lo mau keluar dari sini, lo harus duduk di kursi roda." Final Reynand.

"Tap-"

"Dan... please gue mohon lo dengerin gue ya? Gue gak mau lo sakit lagi, udah cukup kemarin gue dibuat uring-uringan karena keadaan lo, gue gak mau itu semua ke ulang lagi," mohon Reynand sambil menangkup pipi Dania dan menatap nya dengan tatapan memelas.

Melihat itu, membuat Dania tidak tega. Mau tidak mau, dia harus menuruti keinginan Reynand saat ini. Akhirnya Dania menganggukan kepalanya sambil tersenyum lembut ke arah Reynand dan hal itu tentu saja membuat Reynand senang.

R & D [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang