Di perjalanan menuju rumah sakit Rafael tidak berhenti mengoceh dan menceritakan rentetan kejadian ketika dirinya datang ke rumah Mely dengan tingkah yang tidak masuk akal.
Ia bercerita bahwa pada awalnya, dirinya memanggil Mely seperti seorang anak kecil yang akan mengajak temannya bermain. Mendengar itu jelas Mely tertawa terpingkal-pingkal.
"Kamu kok malah ketawa sih?! Itu kan malu banget sayang," rengek Rafael sambil menyetir.
"Ya gimana aku gak ketawa? Kamu sih banyak banget tingkah kalau pagi-pagi." Jawab Mely karena tidak merasa bersalah.
"Kamu mah ih. Ya kan aku gak tahu kalau disitu ada mama kamu. Kalau tahu mah aku juga bakalan bersikap cool dan jaga image."
"Hilih! Ngapain jaim? Mama aja udah tau kelakuan kamu yang kalau mau tidur harus cuci kaki terus-terusan," ejek Mely.
Membuat Rafael kesal merupakan salah satu kegemaran Mely. Jika biasanya laki-laki yang hobi membuat perempuan kesal, ini malah sebaliknya. Mely selalu bekerja sama dengan Dania dan keluarganya untuk membuat Rafael mati kutu.
"Kamu tahu dari mana?!" Dengan mata terbelalak Rafael spontan bicara seperti itu.
Mely yang kaget pun memegang dada nya karena teriakan Rafael yang menggelegar.
"Tahu dari Dania. Dia cerita sama mama dan aku kalau kamu mau tidur kaki nya harus sering kena air."
"Ya Allah si Dania pake ngomong segala lagi."
"Lagian kenapa sih harus sering kena air? Nanti kalau jadi ikan gimana, masa iya aku nikah sama orang lain?" Canda Mely.
"Dikira duyung kali ah. Awas aja kalau kamu nikah sama yang lain," rajuk Rafael.
Mely tak mengindahkan ucapan Rafael. Sudah cukup untuk pagi ini dirinya membuat Rafael kesal. Mungkin beberapa menit kemudian dia akan kembali membuat Rafael kesal.
.....
Didalam ruangan sendirian, dan hanya di temani keheningan, Dania celingak-celinguk tidak jelas. Dirinya bermain ponsel untuk menghilangkan rasa bosan dan gabutnya, tapi itu tidak berhasil.
Ponsel yang biasanya menjadi harapan satu-satunya untuk menghilangkan ke gabutan kini sudah tidak berfungsi untuk sementara.
Dirinya sudah scrolling semua sosial media, membaca berita-berita terbaru, dan menonton film. Tapi itu semua belum bisa menghilangkan rasa gabut nya yang sepertinya parah.
Ia memejamkan matanya untuk mengistiraharkan matanya yang sejak tadi bekerja terus menerus menatap layar ponsel. Tapi tiba-tiba, ponsel nya berdering tanda ada panggilan masuk.
"Pasti bang Rafa!" Gumam Dania semangat karena saat ini Rafael adalah harapan satu-satunya supaya Dania punya teman ngobrol meskipun lewat telepon.
Rupanya dugaannya salah. Bukan Rafael yang menelepon nya, tapi nomor tidak dikenal yang tertera disana. Takut-takut penting, tanpa berpikir panjang, Dania mengangkat nya.
"Halo..." ucap seseorang di seberang sana.
Tunggu.
Dania seperti mengenali suara ini. Tapi dia harus tetap mamastikannya.
"Ya halo?"
"Ini gue Siska. Dan, maafin gue ya, gue bener-bener nyesel karena udah celakain lo. Seharusnya gue gak di butain sama perasaan gue. Gue sadar ini cuma obesesi gue sama Reynand." Terang Siska panjang lebar disana.
Dania yang mendengar itu terdiam seribu bahasa. Tidak. Dania sama sekali tidak dendam. Hanya saja dia tidak habis pikir dengan apa yang Siska lakukan terhadapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
R & D [On Going]
Teen FictionBersahabat karena cinta atau cinta karena bersahabat? Oke, sulit untuk menjelaskan semuanya. Perasaan ini muncul begitu saja. Tanpa kita berdua sadari, aku dan kamu mempunyai keinginan untuk menjadi KITA- R & D Awalnya, kukira ketika engkau pergi ja...