Unusual Feeling

95 21 4
                                    

"Aku yang terlalu perasa atau sedari tadi pengawalmu yang seperti papan berjalan itu selalu menatapku?"

Ella menoleh ke arah anggukan Grace. "Maksudmu Dave?"

"Iya."

"Dia memang sedang menatapmu. Dia menyukaimu."

Grace hampir saja memuntahkan jus apel di dalam mulutnya, saat mendengar ucapan Ella. "Menyukaiku?" Grace langsung buru-buru menyambar topeng di meja.

Ella mengangguk. "Kau pikir topeng itu bisa menyembunyikan pesonamu yang telah membius Dave?" cibir Ella. "Kau terlalu sibuk dengan deretan kekasih tidak bergunamu itu, sehingga tidak bisa melihat ada seorang pria menantimu, menyukaimu dari sejak awal kau datang ke rumahku."

"Kau mengada-ada."

"Tidak. Kau saja yang buta. Aku bisa langsung mengetahui kalau Dave punya perasaan terhadapmu." Ella menatap Grace yang tersenyum simpul dengan tatapan yang tidak lepas dari para pengawalnya yang sedang sibuk memanggang daging untuk kawanan anak muda yang mulai berdatangan. "Kenapa kau terus menatapnya? Apa kau mulai menyukainya?"

"Siapa?" bingung Grace. "Aku? Menyukai Dave? Kau sudah gila? Kenapa aku harus menerima perasaan Dave?" Grace membenarkan duduknya di ayunan yang ada di beranda teras pondok. "Aku lebih tertantang untuk menakhlukkan pria yang sekarang sedang memanggul kayu bakar menuju api unggun."

Ella mencoba mencari sosok pria yang dimaksud oleh Grace. Max. "Kau menyukai Max?"

"Jangan bodoh, Ella! Kau dan aku tidak jauh berbeda soal urusan menakhlukkan pria. Kau dengan pria berengsek seperti Oscar hanya untuk bersenang-senang, begitu pula aku. Jika kau benar-benar serius dengan laki-laki, kau tidak akan pergi berkencan dengan banyak pria di masa lalumu."

Oh, Grace! Ella mendesah pelan. Seandainya Grace tahu, bahwa semua cerita kencan yang pernah keluar dari mulut Ella hanyalah bualannya dengan referensi novel erotis koleksinya yang dibeli diam-diam. Seadainya lagi, Grace tahu apa yang terjadi antara dirinya dan Max kemarin malam, Ella tidak bisa membayangkan ekspresi apa yang akan Grace berikan. Namun, Ella yakin, Grace akan mencemoohnya lebih dulu—mungkin sampai sebulan—karena menyerah akan gairah yang berhasil tersulut hanya dengan sentuhan jemari dan gesekan alat kelamin saja.

"Kau kenapa?"

"Hah?"

"Wajahmu memerah. Sakit?"

"Tidak! Aku baik-baik saja!" elak Ella, tapi Ella tidak bisa menahan keinginan untuk sesekali mencuri pandang ke arah Max.

"Oh tidak! Si Pangeran dari keluarga Loshen juga kau undang?"

"Aku tidak pernah mengundang kalian semua. James yang mengundang kalian."

"Apa dia akan membuat keributan di sini?" Grace bangkit dari duduknya, kemudian melangkah meninggalkan Ella, yang detik berikutnya turut beranjak. "Kau harus menjauhkan Prince dari para pengawalmu, terutama Max. Jangan sampai terjadi keributan."

"Prince, sedang apa kau di sini?" tanya Ella dengan kedua tangan bersidekap di dada. "Aku tidak ingat, bahwa namamu ada di daftar tamu undangan Softucker."

Prince yang malam itu mengenakan kaos dan celana denim pendek, tersenyum mendengar cibiran Ella. Bukannya menjawab, Prince melangkah mendekati Ella, mengambil sebuah topeng yang diulurkan Lupita, dan menyodorkan segelas cola pada Ella.

"Aku tidak minum cola."

"Ah, iya. Aku lupa. Kau lebih kuat minum alkohol dibandingkan dengan soda, 'kan?" Prince mengikis jarak mereka, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Ella. "Tidak apa, Nona Softucker. Jika kau mabuk karena segelas soda, aku akan dengan senang hati mengantarmu pulang. Kau tidak lupa kalau aku adalah calon suamimu, kan?"

Pengawal Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang