Ella memutuskan untuk tinggal sementara waktu di pondok. Entah sampai kapan, tapi setidaknya sampai ia bisa menguasai emosinya dan tidak muntah saat melihat wajah James Softucker. Semua terjadi begitu tiba-tiba, seolah bersamaan menyerbu Ella. Semua hal-hal yang terasa asing, aneh, tapi sangat memengaruhi suasana hatinya. Semenjak ia terbangun di kamar Max beberapa hari lalu, pikirannya yang seolah kembali waras sedang berusaha memproses semua hal itu dengan cepat. Namun, hingga detik ini, Ella belum menemukan jawaban atas segala pertanyaannya. Ella hanya mengerti akan satu hal, yakni: suara yang terus memintanya berlari kala itu adalah suara ibunya—dan Ella yakin akan hal itu.
Seolah potongan bayangan yang memenuhi kepalanya itu belum cukup buruk, setiap malam Ella tidak lagi bisa tidur nyenyak. Setiap kali ia memejamkan mata, ia seperti terlempar ke suatu masa, yang ia tidak tahu kapan tepatnya, dan pemandangan seorang pria tergeletak di bawah kakinya, berlumuran darah selalu ada di sana. Membuat Ella memaksakan diri untuk segera bangun dari kengerian itu. Dan semua itu, membuat Ella nampak bodoh di depan Max yang selalu menemukannya meringkuk ketakutan di suatu tempat yang gelap. Ella benci terlihat tidak berdaya di depan Max, tapi dalam sekejap ia juga merasa aman berada di dekat pria itu.
Hanya dengan berdiri atau bahkan mendengar suaranya, Ella merasakan sesuatu melingkupi dirinya. Sesuatu yang membuat Ella merasa aman dan nyaman. Dan seiring kebersamaan mereka beberapa hari ini, Ella menemukan dirinya yakin akan perasaannya pada Max dan tidak ingin pria itu berada jauh darinya. Malam ini, Ella bertekad untuk mengungkapkan perasaannya.
"Besok pagi ... antar aku ke suatu tempat."
"Ke mana?"
"Ke rumah Nana."
"Nana?"
Ella tidak lagi menjawab kebingungan Max. Ia lebih memilih kembali menatap kayu yang terbakar di perapian, saat otaknya bersamaan ingin menyambut uluran bantuan yang ditawarkan oleh Max. Mendengarkan, ya, Ella butuh seseorang untuk mendengarkan semua hal yang memenuhi pikirannya beberapa hari terakhir ini. Namun, sekali lagi Ella menoleh pada Max, dan ia masih menimbang, apakah tidak apa-apa mengutarakan segala kegundahan hati dan pikirannya pada sosok pengawal yang membuatnya jatuh hati? Apa yang akan dipikirkan Max, jika mendengar semua hal-hal aneh yang dirasakan Ella akhir-akhir ini? Akankah Max melihatnya sebagai gadis gila dan perlahan memilih menjauh? Jika seperti itu, Ella belum siap, bahkan mungkin tidak akan pernah siap. Atau mungkin sebaliknya? Max akan mengasihaninya dan memilih untuk selalu berada di sampingnya? Jawaban yang kedua, tidak lebih baik dari yang pertama.
"Kau sebaiknya segera tidur," ujar Max sembari bergerak keluar dari selimut yang membungkus tubuh mereka. Namun, Ella tiba-tiba saja menarik ujung kaos Max dan hanya dengan sebuah tatapan memelas, Max kembali duduk di sebelah Ella.
Detik berikutnya, baik Ella maupun Max tidak ada yang berbicara. Ella terdiam dengan tatapan kosong ke perapian. Tekadnya tiba-tiba saja menjadi tipis, ia ragu sekaligus bingung harus memulai dari mana untuk mengutarakan perasaannya. Ini benar-benar tidak seperti Ella. Dulu, gadis itu tidak akan peduli jika pernyataan sukanya ditolak oleh pria manapun—meski pada kenyataannya tidak ada seorang pun yang pernah menolak Ella, hanya saja hubungan mereka tidak bertahan lama—tapi dengan Max, semuanya menjadi berbeda.
Ella menoleh dan mendapati Max bersandar di sofa, sedang menatapnya. Tatapan yang sulit diterjemahkan Ella, bahkan sejak pertama kali mereka bertemu. Seolah-olah, Max selalu menatapnya dengan cara yang sama, meski pria itu sedang kesal, marah, bahkan mengasihaninya. Ella bergerak mundur, turut menyandarkan punggungnya. Dan saat lengan mereka tanpa sengaja bergesekan, jantung Ella berdebar tidak karuan. Membuat Ella kesulitan untuk menelan ludah. Ella masih mengingat dengan jelas, bagaimana lengan kokoh itu merengkuhnya ke dalam dekapan hangat tubuh Max setelah mereka bercinta. Sungguh menenangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengawal Nona Muda
RomanceBenedict baru saja memulai hidup barunya setelah keluar dari penjara. Mencoba hidup seperti orang-orang pada umumnya, tapi takdir membawanya bertemu dengan seorang gadis dari keluarga kaya yang memaksanya untuk menjadi bodyguard. ...