Wake Her Up!

87 9 0
                                    

Ben menggeram marah, karena gagal mengejar laju mobil Prince. Dirinya tidak menyangka, bahwa pasangan bodoh itu akan mengakalinya sampai seperti ini, bukankah itu artinya Ben lebih bodoh? Kenyataan itu membuat Ben sekali lagi memukul setir mobil, memaki, dan menambah laju mobilnya seperti orang kesetanan. Ben tidak peduli lagi dengan lalu lintas dan makian dari mobil lain, karena saat ini yang paling penting adalah menemukan keberadaan Ella dan menyeret gadis itu pulang.

Dan di saat Ben hampir putus asa, dirinya baru menyadari bahwa dia memiliki cara untuk tahu di mana posisi Ella. Ben meraih ponselnya, membuka aplikasi GPS-nya yang terhubung dengan ponsel Ella. Ini sebenarnya adalah standar keamanan yang diterapkan di keluarga Softucker. James benar-benar mempertimbangkan segala hal—khususnya mengenai keselamatan Ella. Oleh karena itu, James diam-diam memasang pelacak di ponsel Ella yang terkoneksi dengan ponsel para pengawal di rumah. Ben tersenyum penuh kemenangan saat dia melihat sebuah titik biru dan merah yang muncul di layar ponselnya. Titik merah yang merupakan Ella, berada puluhan kilometer dari pusat kota. Tidak perlu menunggu lama, Ben langsung melaju mengikuti arahan GPS di ponselnya.

Matahari sudah condong ke barat ketika Ben sampai di lokasi Ella berada. Namun, Ben tidak menemukan siapa atau apa pun di sana. Hanya jalanan setapak menuju hutan. Meski begitu, Ben memutar setir mobilnya dan menyusuri jalanan kecil itu. Tidak berapa lama kemudian, pemandangan lebatnya hutan tergantikan oleh tanah lapang dan sebuah pondok yang berada di tengahnya. Ben menghela napas saat melihat mobil milik Prince terpakir di dekat pondok.

Segera Ben mematikan mesin mobilnya, agar pasangan sialan yang mungkin sedang bercumbu di sana tidak menyadari kedatangannya. Ben megendap-endap menaiki anak tangga, tangannya terulur ke arah kenop pintu. Namun, sebelum berhasil menyentuhnya, Ben mendengar bunyi berdebam dari dalam pondok. Tanpa berpikir lagi, Ben langsung menendang daun pintu di hadapannya.

Prince ada di sana. Berdiri dengan tubuh atasnya yang terpampang, celananya sudah melorot sampai ke lutut, dan Ella terbaring di sofa. Untuk sepersekian detik keheningan hadir di sana, sebelum akhirnya Ben mengentak maju dan langsung menarik Prince dari atas tubuh Ella. Dengan satu pukulan, Prince tersungkur di dekat perapian. Dia bangkit dan langsung membalas Ben. Beberapa kali pukulan dan Prince kembali kalah, mengerang kesakitan, dan merasa terhina.. Diambilnya salah satu tongkat besi perapian dan langsung melayangkannya ke Ben.

Seolah memiliki mata di bagian belakang kepalanya, dengan tangkas Ben menangkis serangan Prince. Ditariknya tongkat itu dan hendak kembali memukulkannya pada Prince, tapi melihat bocah sialan itu dilingkupi ekspresi ketakutan dan hampir menangis, membuat Ben urung. Dilemparkannya tongkat itu jauh-jauh, lalu menarik Prince, menyeretnya ke dalam kamar, dan menguncinya.

Setelah memastikan kondisi aman, Ben langsung menghampiri Ella yang masih tidak sadarkan diri di sofa. Ben menoleh ke sekitarnya untuk mencari kemeja Ella yang sudah dibuang oleh Prince. Setelah menemukannya dan memakaikannya, Ben segera menggendong Ella menuju mobil. Seolah kondisi Ella yang setengah teler itu belum membuat Ben pusing, kini gadis itu meracau, memaki, dan sesekali memukuli Ben yang sedang menyetir. Ini benar-benar mimpi buruk Ben!

***

Ini adalah kali pertama Ben benar-benar menggunakan dapur rumahnya. Semenjak keluar dari penjara, Ben hanya masuk ke dapur untuk mengambil minum dan lebih memilih membeli makanan dari restoran makanan Cina, restoran cepat saji, atau supermarket. Namun, suasana di dapur rumah Ben pagi ini sedikit berbeda. Ben menyibukkan dirinya di dapur bersama lima butir telur, sosis, dan panekuk instan yang baru saja dikirim Vernon. Semua ini tidak akan Ben lakukan, jika saja di ranjangnya tidak berbaring seorang gadis.

Baru pagi ini Ben menyesali perbuatannya. Jika tahu bagaimana merepotkannya gadis itu, Ben akan lebih memilih bersantai di rumah daripada mendobrak pintu sebuah pondok di tengah hutan. Belum lagi lebam di sudut bibirnya, yang diberikan Prince saat berhasil memanfaakan celah lengah Ben. Kalau nanti gadis itu bangun dan masih memakinya, Ben bersumpah akan menjejalkan panekuk panas ke mulutnya.

Pengawal Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang