Reconciliation

68 9 0
                                    

Ella menatap pintu ruang kerja ayahnya yang sudah kembali tertutup. Hening seketika kembali menyergapnya setelah kepergian Max. Dulu, Ella sering menghabiskan waktu menunggu makan malam di ruangan ini. Menemani ayahnya mempelajari banyak dokumen, sedangkan dirinya akan duduk di sofa dengan setumpuk boneka dan buku cerita. Biasanya mama akan ikut masuk dan menyuruh Ella untuk mandi, tapi sering kalinya akan berakhir dengan mama membacakan buku cerita untuk Ella. Namun, semua itu hanya tinggal kenangan, ketika kedua orang tua Ella pergi untuk selamanya.

Ella masih ingat hari itu, ketika dirinya terbangun di rumah sakit dan Eden terlihat begitu cemas. Di hadapannya James tersenyum, lalu menghampiri dan memeluknya erat, seraya mengabarkan bahwa mama dan bibinya menjadi korban kecelakaan. Belum juga Ella mencerna informasi itu, beberapa bulan kemudian, papa juga pergi meninggalkannya. Sejak saat itu, hanya Eden yang selalu menjaganya, sedangkan James sibuk bekerja mempertahankan bisnis keluarga Softucker. Namun, seiring bertambahnya waktu, Eden tidak lagi sebugar dulu. Tubuhnya melemah dan suatu hari ia terjatuh, sehingga menyebabkannya berakhir di kursi roda. Dan entah bagaimana, Ella berakhir bersama James.

Ella mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Udara yang sedikit lembab membuat Ella sedikit tidak nyaman, tapi Ella tidak mengacuhkannya. Kakinya melangkah menuju jendela untuk membukanya, membiarkan angin malam masuk untuk menyegarkan ruangan. Ketika tangan Ella terulur hendak membuka kunci jendela, sekelebat bayangan menghantui pikirannya. Bayangan seseorang yang tergeletak di bawahnya, berlumuran darah. Membuat dada Ella seketika sesak dan tanpa disadari, pelupuk matanya menghangat.

"Ella? Kau baik-baik saja?"

Rosaline muncul di ambang pintu dan segera menghampirinya.

"Ya, aku baik-baik saja."

"Duduklah," ajak Rosaline sembari merangkul Ella untuk duduk di sofa. "Kau mau minum teh?"

Ella menggeleng. "Tidak. Mungkin aku terlalu lelah dengan tugas kuliah."

"Sebaiknya kau segera istirahat."

"Bagaimana dengan Nana?"

"Dia sudah tidur."

"Aku ingin di sini sebentar lagi," ucap Ella. "Kau istirahatlah. Kau pasti lelah, 'kan?"

Rosaline tersenyum. "Baiklah, aku akan keluar. Kalau perlu apa-apa, kau bisa bangunkan aku atau panggil pengawalmu. Dia sedang merokok di luar."

Ella menghela napas, lalu tatapannya jatuh pada sebuah album foto yang ada di atas meja. Diraihnya album itu dan mulai dibukanya lembar per lembar. Album foto berisi kenangan masa kecil Ella bersama keluarga Softucker. Ada Ella kecil yang masih belajar berjalan, lalu saat ia pertama kali bermain pasir di pantai, dan Ella yang terlelap di dalam sebuah lemari.

Ella ingat, mama pernah bercerita tentang foto itu. Saat itu, Ella dan beberapa pelayan di rumah sedang bermain petak umpet. Ella memutuskan untuk bersembunyi di ruang kerja papa, tepatnya di dalam lemari. Papa mengambil foto ini, saat orang-orang rumah tidak ada yang berhasil menemukan tempat persembunyian Ella, sampai ia ketiduran di dalam lemari.

Mata Ella masih terpaku pada foto yang sudah mulai menguning itu dan di saat bersamaan sebuah perasaan asing yang begitu menyakitkan menggelayuti hatinya. Kedua pipi Ella basah oleh air mata dan lagi-lagi Ella merasa dadanya seperti berulang kali ditikam belati. Sakit. Sedih. Ella tidak paham dengan perasaannya sendiri.

Ella menggeram frustasi dan membuang album foto itu begitu saja. Tangannya mengepal dan berulang kali memukul kepalanya agar bisa bekerja mencari jawaban atas pertanyaan yang menghantuinya akhir-akhir ini. Namun, sekuat apa pun Ella berusaha mencari jawaban, ia tidak menemukannya. Seperti ada tembok penghalang yang terbangun tinggi, mengurung semua informasi yang Ella perlukan dan membuatnya selalu berakhir dengan menyerah, memeluk dirinya sendiri, dan menangis.

Pengawal Nona MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang