Matahari sudah tenggelam saat Ella dan Max melaju pulang. Mereka sempat mampir di swalayan untuk membeli kebutuhan harian yang mulai habis. Sepanjang perjalanan, mereka masih mengobrol tentang masa kecil. Tidak banyak yang bisa Ella ceritakan pada Max, karena dirinya tidak begitu mengingat bagaimana rasanya memiliki orang tua. Tidak seperti Max, pria itu masih bisa menceritakan keseruannya bersama ibu dan ayahnya. Sedangkan Ella? Bisa mengingat sedikit tentang teater—yang katanya sering ia datangi bersama keluarganya—saja, itu sudah bagus. Lebih baik lagi, jika ia bisa menemukan jawaban tentang ingatan asing yang beberapa hari belakangan ini terus menghantuinya.
Laju mobil tiba-tiba saja melambat dan Max terlihat kebingungan. Ia segera menepi dan langsung keluar mobil untuk memeriksa keadaan. Ia memutar ke bagian belakang mobil, lalu ke depan dan menemukan masalahnya. Ban mobil kanan bagian depan kempes.
"Aneh," gumam Max.
"Ada apa?" tanya Ella sembari melongok keluar jendela.
"Saat kita keluar dari pantai, aku yakin sekali semua bannya baik-baik saja. Kenapa tiba-tiba bisa kempes?" Max kembali melangkah menuju bagasi untuk mengambil perkakas dan menurunkan ban serep.
Ella pun turun dan memilih duduk di aspal, di samping Max yang sibuk mengganti ban. Tatapnya tidak lepas sedetik pun dari tubuh Max yang berkeringat dan kotor akibat bekas tanah di ban. Namun, itu malah membuat ketampanan Max meningkat ratusan kali lipat di mata Ella.
Di kejauhan, menyala lampu mobil yang menyorot ke arah mereka. Lambat laun, cahaya itu semakin terang, menyusul suara deru mesin yang semakin mendekat. Mobil itu berhenti, lalu dua orang pria turun menghampiri Max dan Ella.
"Kalian baik-baik saja, Bung?" tanya salah satunya. Seorang pria dengan mantel hitam bertopi baseball.
"Ya!" sahut Max sambil menunduk dan tangannya sibuk memasang ban serep "Terima kasih sudah peduli."
"Tentu saja," ujarnya lagi.
Sedetik kemudian, tanpa Ella duga, pria itu langsung menyikut punggung Max dan membuatnya tersungkur. Sedangkan satu pria lainnya, menarik Ella dan memaksanya untuk masuk mobil. Ella melawan, berteriak memanggil Max sembari kaki-kakinya menendang pria yang menyeretnya. Namun, Ella kalah besar dan tenaga, sehingga hanya satu cara yang tersisa di dalam kepalanya. Ella merangsek ke dada si pria dan langsung menggigit dadanya. Spontan, ia mengaduh dan cengkeramannya di tangan Ella terlepas.
Ella langsung berlari masuk ke hutan. Menerobos dahan pepohonan yang melintang di hadapannya. Di belakangnya, suara gemerisik daun dan ranting yang patah terus mengerjarnya. Ella terus berlari, ia tidak peduli lagi jika tersesat di tengah belantara ini, yang terpenting ia tidak tertangkap oleh orang-orang jahat itu. Di tengah pelariannya, sayup-sayup Ella mendengar teriakan Max yang memintanya kabur, lalu teriakan kekasihnya yang mengerang kesakitan. Membuat Ella berhenti berlari, ia menengok ke belakang, napasnya tersengal, dan ia berusaha menajamkan penglihatannya menembus gelapnya hutan. Memastikan bahwa ia sudah kabur cukup jauh.
Ya, sepertinya orang-orang asing itu sudah kehilangan jejak Ella. Namun, di saat bersamaan, Ella juga tidak lagi mendengar teriakan Max di kejauhan. Sunyi, hanya ada suara gemerisik dedaunan yang saling bergesek tertiup angin dan sedikit cahaya dari bulan purnama yang menerobos di celah dedaunan. Ella berjalan menuju sebuah batang pohon besar, menyembunyikan tubuhnya yang hampir kehabisan napas di baliknya. Tubuhnya masih gemetar ketakutan dan Ella sama sekali tidak mengenal orang-orang yang mengejarnya.
Apa mereka perampok? Mafia? Musuh James? Musuh Prince? Atau musuh Max? Entahlah, Ella tidak tahu jawabannya. Semakin ia mencari, semakin buntu jalan di hadapannya. Ella hanya mampu memeluk lututnya, meringkuk serendah mungkin agar tidak ditemukan. Berharap tempat persembunyian sementaranya ini cukup aman hingga pagi nanti. Namun, baru saja napas Ella kembali normal, dirinya dikejutkan dengan dua pasang sepatu yang tiba-tiba muncul di hadapannya. Ella mendongak dan mendapati dua bayangan hitam sudah ada di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengawal Nona Muda
RomanceBenedict baru saja memulai hidup barunya setelah keluar dari penjara. Mencoba hidup seperti orang-orang pada umumnya, tapi takdir membawanya bertemu dengan seorang gadis dari keluarga kaya yang memaksanya untuk menjadi bodyguard. ...