Ella membuka mata dan mendapati sepi di hadapannya. Detik berikutnya, dia seperti tersadar dari hipnotis gairah yang semalam diciptakannya bersama Max. Ella terduduk, membuat selimut yang menutupi tubuhnya melorot hingga ke perutnya.
"Apa yang semalam belum puas?"
Suara serak Max yang berasal dari luar membuat Ella langsung menarik selimut itu untuk menutupi bagian atas tubuhnya yang polos. Sekali dia mengintip bagian bawah tubuhnya—celana dalamnya masih di sana—Ella langsung menghela napas lega.
"Kenapa harus malu, Nona?" tanya Max yang menghampiri Ella, lalu mengecup bibirnya.
"Kurang ajar!" maki Ella, lalu mendorong tubuh Max, beranjak memunguti seluruh pakaiannya, dan berlalu masuk ke kamar.
Dari dalam kamar, Ella masih mendengar kekehan Max yang sedang menertawakan dirinya. Ella menggeram kesal dan buru-buru memakai kembali pakaiannya. Untuk beberapa saat dia menatap pantulan dirinya di cermin dan menghela napas karena melihat bekas kecupan Max di leher dan dadanya.
"Sial!"
Ella berbalik menuju lemari pakaian yang ada di pojok kamar, mencari apapun untuk menutupi bekas merah di tubuhnya yang begitu kentara. Ella langsung meyambar dan mengalungkan syal merah lama miliknya yang—mungkin—tidak sengaja tertinggal saat liburan terakhir ke pondok musim panas ini.
"Nona, ponselmu berdering dari tadi," kabar Max di tengah ketukannya di pintu kamar. "Apa kau tidak berniat menerima panggilan dari ayahmu ini?"
Dad? Ella langsung membuka pintu dan menyambar ponselnya di tangan Max.
"Ya? Aku baik-baik saja. Bersama Max. Kau sebaiknya segera memecatnya setelah ini! Kenapa? Kau sungguh-sungguh bertanya 'kenapa'?" Ella melirik Max yang tak acuh dan berjalan ke luar pondok.
Masih sibuk dengan ocehan James di seberang telepon, Ella turut mengikuti ke mana pria itu pergi. Max menuruni anak tangga kayu yang ada di beranda bagian samping, kemudian melangkah menuju bagian belakang pondok. Langkah Ella berhenti, tepat sebelum Max menoleh ke belakang dan membuat Ella buru-buru kembali berlari memasuki pondok.
Namun, pengintaian Ella tidak berhenti di sana. Dia menuju dapur, menyibak gorden di atas bak cuci piring. Dari sana, dia bisa melihat Max yang tiba-tiba saja membuka kaosnya! Tubuh kekar dan besar itu kembali memenuhi pandangan Ella, membuatnya tak mengacuhkan James yang masih ceramah di seberang sana. Pemandangan pagi yang begitu memesona, hingga membuat Ella kesulitan menelan ludahnya sendiri.
Apakah tubuh itu yang semalaman dia lihat?
Apakah tubuh itu yang semalaman memberinya kehangatan pelukan?
Apakah tubuh itu yang semalaman menindih tubuhnya dan menyelimutnya dengan rasa nikmat yang baru pertama kali Ella rasakan?
Ella menggeleng kuat, mencoba mengusir segala macam pertanyaan dan pikiran mesum yang mulai memenuhi kepalanya.
"Iya! Aku mendengarmu, James!" kesal Ella saat James berteriak kencang. "Apa kau bilang? Aku tidak akan tinggal di sini! Besok ada pesta Halloween, James! Apa kau bilang? Pesta di sini? Maksudmu di pondok? Kau mau aku mati kedinginan di tengah musim gugur ini? Kau—"
Belum sempat Ella menyelesaikan kalimatnya, James sudah memutus sambungan teleponnya. Bersamaan dengan itu, ketukan dari pintu depan terdengar. Ella menoleh dan melotot mendapati Lucas dan Dave sudah berdiri di sana, bersama beberapa maid dengan barang-barang khas untuk pesta Halloween.
"Selamat pagi, Nona," sapa Lucas.
Ella mendengkus sebal, lalu menggeram marah sembari masuk ke kamar membanting pintu. Pada akhirnya, Ella memutuskan untuk diam di dalam kamar sepanjang hari ini. Bahkan tawaran steak menggoda dari seorang maid dia abaikan begitu saja. Dari jendela kamarnya, dia bisa melihat orang-orang tengah sibuk dengan dekorasi labu, lampu, dan aksesori apapun itu yang sangat kental dengan Halloween.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengawal Nona Muda
Storie d'amoreBenedict baru saja memulai hidup barunya setelah keluar dari penjara. Mencoba hidup seperti orang-orang pada umumnya, tapi takdir membawanya bertemu dengan seorang gadis dari keluarga kaya yang memaksanya untuk menjadi bodyguard. ...