Ini nyata? Nathaniel ada di hadapannya. Benarkah ini? Atau cuma halusinasinya saja.
"Apa kau Nathaniel yang kukenal?" tanyanya bingung.
Pria di hadapannya tersenyum lebar. Jika melihat senyum terlalu lebar itu membuatnya semakin ragu kalau di depannya itu adalah Nathaniel.
"Astaga." Vedelila memukul kepalanya. "Aku sudah gila. Sebegitu rindunya pada Nathaniel aku sampai berhalusinasi," rutuknya pelan.
Gadis itu mengambil napas dalam-dalam mencoba menyegarkan pikirannya. Mencoba berpikir positif. Menggeser Nathaniel dari otaknya sejenak.
Namun, saat dia kembali menatap sosok pria yang mirip Nathaniel itu. Wajahnya masih sama seperti sebelumnya. Wajah Nathaniel yang dirindukannya.
Kenapa halusinasinya bertahan lama sekali? Sebegitukah rindunya kah dirinya?
"Pergilah, kumohon," ujarnya pelan sambil memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing.
"Apa kau yakin? Bukannya kau sangat merindukanku?" tanya pria itu.
"Iya. Kau benar. Aku sangat merindukan Nathaniel, tapi kau bukanlah Nathaniel ... melainkan bayangannya saja."
"Aku adalah Nathaniel. Nathaniel yang asli, bukan bayangannya," jelasnya. "Jika kau merindukanku, kemarilah ... peluk aku."
Vedelila mengerjakan matanya, "Benarkah itu?"
Pria di hadapannya tersenyum lebar. "Tentu saja. Tidak ada bayangan yang setampan diriku."
Gadis itu turun dari atas ranjangnya. Memukul kencang dada bidang pria yang ada di hadapannya. "Kau ini! Ke mana saja beberapa hari ini? Aku sangat merindukanmu tahu!" Vedelila menangis kencang di hadapan Nathaniel, perasaannya tidak dapat lagi ia bendung.
Nathaniel memeluk tubuh Vedelila erat, "Aku minta maaf."
"Tidak perlu. Itu bukan sepenuhnya salahmu," cicit Vedelila. "Yang penting kau baik-baik saja."
Keduanya saling melepas rindu dengan pelukan itu beberapa saat. Rasanya tidak rela melepas pelukan walaupun hanya sebentar saja. Oleh karena itu, Vedelila tidak melepas pelukannya. Gadis itu menatap dalam wajah Nathaniel yang berjarak beberapa senti di atas kepalanya.
"Kupikir Lucas telah membuang mayatmu, ternyata kau masih sehat seperti ini," tuturnya pelan.
Nathaniel menunduk, membalas tatapan Vedelila. "Aku tidak selemah itu," tegasnya. "Lagi pula, Lucas sangatlah ceroboh dan sombong. Karena itu akan bisa mengalahkannya. Sepertinya, sihir yang dimilikinya tidak seratus persen bekerja."
"Apa maksudmu? Sihir Lucas melemah? Begitu?" beo Vedelila.
"Mungkin. Sebelumnya aku bahkan tidak bisa menyentuh Lucas. Namun, kali ini aku bisa mengalahkannya."
Jujur. Nathaniel sudah pasrah jika saat itu Lucas mengalahkannya, tapi takdir berkata lain. Ia malah bisa menang dari Lucas.
"Bagaimana bisa? Seharusnya dia bertambah kuat, bukannya bertambah lemah."
"Sihir yang Lucas miliki tidaklah murni. Lucas mendapatkan sihir itu dari ibunya, dan ibunya Lucas mendapatkan ilmu sihir dari pengorbanan yang dilakukannya," jelas Nathaniel. "Maksudku, sebenarnya Ibu Lucas maupun Lucas tidak memiliki sihir yang alami atau asli dari dalam diri mereka. Mereka melakukan sesuatu untuk mendapatkan sihir itu, seperti menjual separuh kehidupan mereka, membunuh gadis-gadis yang belum menikah, bahkan ada yang sampai bertapa selama 10 tahun untuk mendapatkan sihir itu. Jika dalam kurun waktu yang ditentukan mereka tidak melakukan pengorbanan yang sama seperti sebelumnya, sihir mereka akan melemah."
Ternyata semengerikan itu.
"Kau tahu, Del. Di selatan Kerajaan Rendzania banyak sekali terjadi pembunuhan anak perempuan seusiamu. Mereka dibunuh oleh ratu demi keabadian sihir yang dimilikinya," cetus Nathaniel murka. "Aku tahu itu karena mendengarnya dari informanku, dan Lucas aku tidak tahu dengan pasti dia mendapatkan dari mana kekuatan sihirnya. Namun, aku rasa itu dari ibunya."
Mengorbankan ratusan nyawa hanya untuk keabadian sihir? Bukankah itu biadab? Bagaimana bisa seorang wanita melakukan hal itu terhadap wanita lainnya?
"Jangan menatap seperti itu. Itu belum sepenuhnya. Kau belum tahu seberapa kejam ibu Lucas itu. Dia bahkan membunuh selir yang dimiliki oleh suaminya, bahkan tak segan membunuh anak mereka yang masih balita."
Melihat ekspresi sedih di wajah Nathaniel membuat Vedelila ikut bersedih. Gadis itu menangkup kedua pipi Nathaniel dan membelainya lembut, "Pasti kau merasakan itu, tapi tenanglah ... saat ini aku ada di sisimu," ujar gadis itu. "Aku bersyukur melarikan diri dan bertemu denganmu. Jika tidak, mungkin aku sudah menjadi menantu dari mertua yang kejam itu."
Nathaniel tersenyum lembut. Makin lama sifat Vedelila makin melembut, tapi ia menyukai perubahan sikap itu. "Terima kasih telah berada di sisiku."
Gadis itu mengangguk pelan disertai senyum manisnya.
Senyuman manis itu lagi-lagi membuat Nathaniel terpesona, ia kecanduan senyum manis Vedelila.
Beruntungnya dia bertemu Vedelila. Jika tidak, mungkin saat ini ia akan tetap menjadi seorang pengecut seperti sebelumnya.
"Aku mencintaimu, Del."
Vedelila mengangguk malu-malu, "Aku tahu."
•••
Sayangnya Nathaniel tidak bisa berlama-lama di sisinya. Pria itu masih dalam proses melaksanakan misinya.
Saat ini Vedelila kembali kesepian. Namun, wajah gadis itu cukup cerah. Karena tadi ia bisa melepas rindu beberapa saat bersama dengan Nathaniel.
Mengingat hal itu membuat pipinya malu.
Vedelila baru merasakan perasaan yang begitu luar biasa sensasinya. Rasanya campur aduk, tetapi ia sangat menyukai sensasi ini.
"Tuan Putri."
"Ah, iya, Tarina. Ada apa?" Gadis itu tersenyum cerah menyahuti Tarina yang sudah berada di dalam kamarnya.
Tarina mengerutkan keningnya bingung. Baru beberapa jam lalu wajah Tuan Putrinya lecek, sekarang sudah bersinar lagi. Ada apa ini? Namun, tidak sopan jika dia menanyakan. Yang terpenting Tuan Putri sudah kembali ceria.
"Ada tamu untuk Anda."
"Siapa?"
"Yang Mulia Ratu—"
"Oh, Ibu." Vedelila bangkit dari duduknya. "Aku akan segera menemuinya."
"Bukan, Tuan Putri."
Kali ini Vedelila bingung, "Lalu ratu yang mana?"
Tarina meneguk ludahnya, "Ibunda Pangeran Lucas ... Ratu Ellevania."
•••
Halo semuanya, bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja, ya.
Mohon maaf karena baru bisa update. Semoga kalian suka❤️ kalau ada pertanyaan bisa tanya di kolom komentar.
Sekian, jangan lupa tekan bintang dan comment ya❤️❤️
Sampai jumpa🤗🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Became Princess In The Past
Fantasy[15+] Ini mengerikan, benar-benar mengerikan! Bagaimana bisa aku tiada dan kembali hidup lagi di tubuh seseorang yang tidak aku kenal sebelumnya? Parahnya, nama orang itu mirip dengan namaku di kehidupan sebelumnya. Benar-benar kebetulan yang lua...