"Nathaniel," panggil Vedelila malu-malu. Ia masih tak menyangka jika seorang Nathaniel mengungkapkan perasaan secara gamblang begitu.
"Apa?" balas Nathaniel sedikit membentak.
"Apa sekarang kita berkencan?" tanyanya malu-malu. Baru kali ini ada laki-laki yang menyukainya dan mau mengajaknya berkencan.
Sebelumnya, ia hanya bertemu laki-laki yang tak tulus menyukainya. Alias menyukainya karena ada maunya. Ia bersyukur sekali di kehidupannya yang kedua ini kisah cintanya berjalan lebih manis dibandingkan kehidupan sebelumnya. Yah, walaupun lebih banyak pahitnya.
Nathaniel menoleh singkat. Ekspresi laki-laki itu berubah dingin. Harapannya terputus begitu saja. Semua itu hanya anggapan sebelah pihak darinya saja. Bukan benar-benar nyata. Nyatanya Nathaniel terlihat tidak senang begitu.
Kenapa kisah cintanya selalu berjalan tidak sesuai harapannya?
Ia hanya bisa menunduk dalam. Merasakan sesak yang terasa. Nathaniel hanyalah menghiburnya, dan tak benar-benar menyukainya. Entah mengapa, rasanya tidak rela.
"Astaga ... kau ini!" Nada bicara Nathaniel meninggi. "Kenapa menekuk muka begitu?" tanya pria itu emosi.
Vedelila tak berani menjawab. Ia menghindari tatapan murka laki-laki itu. Ia tak sanggup menatap Nathaniel yang nyatanya tidak benar-benar menyukainya.
"Vedelila! Jawab aku!" bentak Nathaniel kasar.
"Pulangkan aku," lirihnya sendu.
Menikah dengan Lucas tanpa perasaan apa-apa terasa lebih baik, daripada makan hati mencintai dengan bertepuk sebelah tangan.
Nathaniel heran. Kenapa Vedelila ngotot sekali pulang? Tidak tahukah ia sudah susah payah membawa gadis itu ke mari, dan mengungkapkan apa yang tak pernah ia ungkapan sebelumnya? Kenapa gadis itu tidak peka sama sekali? Tidak tahukah bagaimana sakitnya hati ini? Jika melihat gadis itu menikah dengan orang yang paling ia benci di dunia ini?
"Del," lirihnya. "Kenapa kau ingin sekali pulang?" tanyanya lembut sambil menyentuh kedua bahu gadis itu.
Vedelila kembali terisak. "Kau Bajingan!"
"Hah? Apa?!"
"Kau itu sialan!" Vedelila memukul-mukul dadanya. "Tidak tahukah sakitnya hatiku saat tahu kau tidak benar-benar tulus menyukaiku?"
Ekspresi gadis itu seperti orang paling teraniaya di dunia ini. Hatinya sedikit iba melihat itu. Namun, apa kata Vedelila tadi? Ia tidak benar-benar tulus? Omong kosong dari mana itu?! Sudah susah payah ia mengatakan semuanya. Namun, gadis itu sama sekali tidak memahaminya.
"Aku tulus menyukaimu!"
"T-tapi, kau tak mau berkencan denganku!"
Oh, astaga. Gadis itu seperti ini karena itu, ya? Bodoh sekali.
"Vedelila, tatap aku."
Gadis itu ragu-ragu menatap kedua bola matanya.
"Apa kau menyukaiku?"
Dengan ragu Vedelila mengangguk.
"Apa kau ingin bersamaku?"
Gadis itu kembali mengangguk.
Nathaniel menghela napas, "Aku tidak suka berkencan. Itu buang-buang waktu. Jika sudah bosan hanya akan berakhir dengan perpisahan," jelasnya. "Jika kita benar-benar menyukai satu sama lain dan siap untuk bersama selamanya. Lebih kita langsung menikah. Jika kau belum siap, kita jalani seperti ini saja. Itu lebih baik daripada berkencan tanpa adanya kepastian."
Vedelila ternganga.
"Jadi, apa kau mau menikah denganku? Ataukah bersama-sama tanpa adanya ikatan terlebih dahulu?"
[••]
Pranggg!!!
"Kau ... bagaimana bisa kehilangan calon istrimu sebelum pernikahan berlangsung?"
"Saya mohon maaf, Ibu. Itu semua karena saya lalai. Saya berjanji akan memperbaikinya."
Lucas hanya bisa berlutut di depan ibunya menghadapi semua ini. Vedelila yang kabur bukanlah kuasanya. Gadis itu benar-benar licik, apalagi saat Nathaniel membantunya.
Plak!
Tamparan keras melayang di pipinya.
"Apa kau tahu bagaimana usahaku agar pernikahan ini berlangsung?" Ratu Ellevania benar-benar murka. "Semua aku lakukan agar Heavin sialan itu menuruti keputusanku, tapi apa? Kau malah tidak becus menjaga gadis itu agar tetap di pelukanmu."
"Saya benar-benar minta maaf."
"Permintaan maafmu tidak ada gunanya. Cepat temukan dia! Jangan kembali sebelum kau menemukan gadis itu. Jika kau tidak menemukan dia, jangan harap gelar pangeran tetap tersandang di depan namamu."
"Baik, Ibunda Ratu."
Lucas membungkuk hormat. Setelah itu pria itu langsung pergi begitu saja. Mencari tunangannya yang benar-benar meresahkan ketenteraman hidupnya.
Awas saja kau Vedelila ... jika berulah lagi, dirinya berjanji akan memotong kedua kaki gadis itu agar tetap berada disampingnya.
[••]
Nathaniel benar-benar luar biasa. Laki-laki paling bisa menggemparkan hatinya. Bahkan tingkah tidak sopannya pun cukup menggerakkan hatinya.
Anehnya, kenapa dirinya mudah sekali jatuh cinta pada Nathaniel?
Ah, mungkin karena sudah ditakdirkan. Alhasil cinta datang tanpa adanya hambatan.
Saat ini Nathaniel telah memberikannya sebuah baju ganti. Katanya, mata laki-laki itu alergi melihat gaun pengantinnya dan Lucas. Katanya pun, dia akan memberikan gaun yang lebih indah di pernikahan mereka nanti.
Romantis sekali, bukan? Sampai sekarang dadanya pun masih berdebar tidak keruan.
"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?"
"Astaga!!" Vedelila memukul pundak Nathaniel kencang. "Jangan mengagetkanku!" murkanya.
"Aku tidak mengagetkanmu," decak Nathaniel. "Cepat ganti bajumu. Kita harus melarikan diri dari Lucas secepat mungkin."
"Pergilah. Semakin cepat kau pergi semakin cepat aku akan berganti."
Nathaniel melangkahkan kakinya keluar dengan patuh. Vedelila menghela napas lega. Gadis itu perlahan mulai melepas hiasan di kepalanya.
"Oh, rupanya kau di sini."
"Lucas?"
Lucas tersenyum tipis, "Halo, Calon Istriku. Bagaimana kabarmu?"
•••
Halo, selamat malam semuanya ❤️
Minal aidzin wal faidzin, ya🙏🏻 mohon maaf bila Anne selama ini banyak salah. Khususnya karena suka telat update, dan ingkar janji. Atau nggak ada kata-kata dari Anne yang kurang berkenan di hati kalian semua. Anne mohon maaf yang sebesar-besarnya 🙏🏻
Sekian ya~
Semoga senantiasa sehat selalu ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Became Princess In The Past
Fantasi[15+] Ini mengerikan, benar-benar mengerikan! Bagaimana bisa aku tiada dan kembali hidup lagi di tubuh seseorang yang tidak aku kenal sebelumnya? Parahnya, nama orang itu mirip dengan namaku di kehidupan sebelumnya. Benar-benar kebetulan yang lua...