Ini adalah hari kelima di mana aku hidup di zaman ini. Keseharianku hanyalah makan, tidur, dan mandi. Aku tidak lagi bekerja atau membersihkan rumah seperti biasanya.
Itu semua tak lepas dari gadis yang aku semayami tubuhnya ini adalah seorang putri raja, tentunya hidupku akan lebih mulia daripada sebelumnya.
Tapi sayangnya, aku masih tidak rela di kehidupan ini aku harus bertunangan dengan pria yang sama. Pria yang sebelumnya mencampakkan diriku, dan merenggut harta bendaku yang sudah aku kumpulkan selama hidupku dengan begitu keras.
Aku masih murka padanya sampai saat ini. Mau bagaimanapun juga, dia telah merenggut semua yang aku miliki termasuk nyawaku sendiri.
Andai saja, tunanganku di kehidupan ini adalah orang yang berbeda. Mungkin saja aku tak akan serisau dan semarah ini.
"Tuan Putri, Yang Mulia memanggil Anda."
Oh, astaga. Untuk apa Yang Mulia Raja memanggilku lagi? Bukannya tadi, beliau sudah memanggilku. Ada apa lagi ini?
Karena tidak mungkin aku menolak perintah mutlak dari sang raja, aku langsung saja berdiri dari tempat dudukku dan mengangkat gaun panjang yang sangat merepotkanku.
"Di mana aku bisa menemui Ayah?" tanyaku pelan pada pelayan itu. Nama pelayan itu adalah Tarina, usianya masih cukup muda, dan sepertinya dia adalah pelayan setia putri yang sebenarnya.
"Di ruang kerja Yang Mulia, Tuan Putri. Mari saya antar."
Tarina membukakan jalan dan menuntunku menuju di mana ruang kerja yang mulai berada. Walaupun sudah lima hari aku terdampar di sini, aku masih saja belum ingat bagaimana seluk beluk istana super besar ini. Banyak sekali ruangan yang berjejeran, dan aku rasa setiap kediaman atau ruangan tertentu pasti dibedakan.
"Silakan masuk, Tuan Putri. Yang Mulia sudah menanti kedatangan Anda." Dua orang prajurit yang berjaga di depan ruang kerja raja membukakan pintu untukku, aku berterima kasih pada mereka yang telah membukakan pintu untukku.
Kedua bola mataku melebar saat melihat ruang kerja raja begitu luas dan begitu megah. Setiap ukiran yang ada di sekitarnya terbuat dari emas murni yang aku rasa harganya cukup fantastis.
"Putriku, ke marilah."
Sang raja memanggilku untuk mendekat padanya, aku melewati lantai-lantai marmer yang luar biasa mahalnya. Cukup jauh jarak antara pintu dengan di mana raja berada, kalau fisikku lemah. Pasti aku sudah tepar di langkah kesepuluhku.
"Ada apa, Ayah?" tanyaku dengan sopan, aku menatap sang raja yang tampak begitu membuka berkas-berkasnya. Berkas-berkas itu seperti gulungan dengan tinta bermacam warna. Setahuku, setiap tinta yang digunakan memiliki arti tersendiri.
Itu semua aku dapat dari memori yang dipunyai tubuh ini. Jika tidak karena bantuannya, mungkin saat ini aku seperti orang ling-lung yang tak tahu di mana tempat yang aku pijak saat ini.
"Tunanganmu ingin mengunjungimu, dia akan datang setelah petang nanti. Ayah harap, kau mempersiapkan dirimu dengan baik," ujar Raja Heavin tanpa menatap ke arahku. Aku masih belum menerima sepenuhnya kalau dia adalah ayahku di zaman ini, jadi di dalam benakku aku memanggil seperti itu.
Aku menghela napas pelan, mau menolak kedatangan bedebah sialan itu aku tidak kuasa. Ayahku di zaman ini bisa saja memenggal kepalaku saat ini juga karena berani menolak permintaannya.
Jika ini di zamanku, aku pasti akan menolak mentah-mentah yang namanya perjodohan itu. Aku sudah makan asam garam akibat perjodohan yang menyebalkan, dan sekarang ... aku hanya bisa menelan ludah pelan menerima segala perintah sang raja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Became Princess In The Past
Fantasia[15+] Ini mengerikan, benar-benar mengerikan! Bagaimana bisa aku tiada dan kembali hidup lagi di tubuh seseorang yang tidak aku kenal sebelumnya? Parahnya, nama orang itu mirip dengan namaku di kehidupan sebelumnya. Benar-benar kebetulan yang lua...