XVII. Meet Again

279 54 2
                                    

Di dalam mimpinya yang mengabur. Vedelila melihat bayang-bayang Nathaniel yang kembali mendekat padanya. Sayangnya, itu seperti mimpi dan tak mungkin menjadi nyata.

Nathaniel sudah jauh dari jangkauannya, dan tak dapat digapainya. Laki-laki telah memutuskan hubungan keduanya sepihak dengan begitu tragisnya. Membuatnya ngilu walaupun hanya berharap sedikit saja.

Namun, tadi apa? Bagaimana bisa sesosok Nathaniel yang dikenalnya bisa berubah menjadi sesosok anak naga?

Pasti itu cuma mimpi. Mungkin karena dirinya begitu rindu pada Nathaniel tanpa sadar. Otaknya pun membuat halusinasi yang begitu kental.

"Tuan Putri ... apa Anda baik-baik saja?"

Suara merdu itu. Bukankah itu suara Tarina? Di mana gadis itu? Dan mengapa hanya gelap saja yang menyapanya?

Dengan sekuat tenaga Vedelila mencoba bangkit dari kegelapan itu. Perlahan-lahan cahaya menyusup melalui kelopak matanya, membuat dirinya kembali ke dunia nyata. Setelah sekian lama berkelana di dalam mimpinya.

"Tarina," panggilnya serak.

Tarina mencoba membantu Vedelila bangkit dari tidurnya. Ia segera meraih gelas yang ada di atas meja, dan memberikan itu pada Vedelila. Vedelila meneguknya dengan pelan, merasakan sensasi dingin saat air itu menyusuri kerongkongannya.

"Bagaimana aku bisa ada di sini?"

"Anda pingsan di penjara bawah tanah tadi, dan saya membawa Anda ke sini," jawab Tarina sopan. "Apa masih terasa sakit?"

"Tidak. Aku baik-baik saja!"

Vedelila dengan segera menyibak selimutnya.

"Anda mau pergi ke mana, Tuan Putri?" tahan Tarina. Bagaimanapun kondisi Vedelila masih belum stabil, tentu dirinya tidak akan ceroboh membiarkan Vedelila pergi begitu saja.

"Aku ingin ke penjara bawah tanah. Ada yang harus aku pastikan."

Vedelila menyentak lengan Tarina kasar. Gadis itu langsung berlari begitu saja tanpa memerhatikan kakinya yang tak terbalut apa-apa.

Dengan panik Tarina mengejar Vedelila yang begitu cepat larinya. Bakat Vedelila yang satu itu selain melelahkan sangat amat meresahkan.

Tabahkan dirimu Tarina.

[••]

Di dalam kepala Vedelila hanya ada satu pikiran yang membayanginya. Ia harus memastikan apa yang dilihatnya sebelum pingsan benar atau tidaknya. 

Ia harus memastikan si Manis jelmaan Nathaniel atau bukan. Di dalam hatinya yang terdalam ia sangat berharap si Manis adalah Nathaniel. Walaupun ada kebencian dan kekesalan yang kuat, Vedelila tak bisa memusnahkan perasaan lain yang lebih mendekam erat di dalam hatinya.

Anggap saja dirinya bimbang, dan termakan perasaan suka yang belum sepenuhnya berubah menjadi cinta. Namun, walaupun begitu perasaan itu kuatnya sama seperti cinta.

"TUAN PUTRI!!"

Vedelila menoleh sekilas. Melihat Tarina yang mengejarnya membuatnya merasa tidak aman. Ia langsung berbelok di tikungan dengan kecepatan kilat, mencoba mengoceh Tarina yang begitu kewalahan mengejarnya.

Napasnya terengah-engah. Efek bangun tidur langsung olahraga ya begini. Cepat lelah. Tak mau terserang sesak napas dadakan, Vedelila memutuskan beristirahat sejenak. Gadis itu meraup oksigen sebanyak mungkin dengan tubuh yang menyandar di dinding.

Became Princess In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang