XV. Kejutan

256 48 2
                                    

"Apa kau tidak waras Vedelila?!"

Oh ayolah. Tidak mungkin ada orang tidak waras yang bisa masuk ke istana yang ketat sekali penjagaannya.

"Aku masih waras, Ayah."

"Kenapa kau membawa hewan berbahaya itu ke istana? Tidak tahukah dia akan membahayakan nyawamu jika sudah besar nanti?"

"Aku akan merawatnya sampai dia besar nanti, dan aku akan melepasnya. Ayah tidak perlu cemas."

"Ayah tetap tidak setuju. Buang naga itu!"

Sungguh raja yang tidak berperikenagaan! Padahal naga kecil ini juga merupakan rakyat yang sudah sepantasnya Ayah lindungi. Walaupun suatu hari nanti dia akan berbahaya, tapi tetap saja. Dia kan seperti anak kecil yang ditelantarkan oleh ibunya. Kenapa Ayah tega sekali membuangnya?

"Aku tidak mau!" kekehku. "Ayah kejam sekali. Dia kan masih kecil. Apa Ayah tidak lihat matanya yang berkaca-kaca? Apa Ayah tidak tega? Kalau seandainya Ayah jadi dia nanti bagaimana?"

Ekspresi Ayah begitu frustasi saat ini. Beliau pasti bingung akan berbuat apa nanti.

"Baiklah. Kau boleh memeliharanya, tapi dengan satu syarat."

Akhirnya Ayah menyetujui permintaanku.

"Apa?"

"Hanya rawat dia selama dua bulan. Setelah itu, lepaskan!"

[••]

Ayah memang sangat perhitungan. Kasihan anak naga manis ini. Melihat wajahnya yang menggemaskan sungguh membuatku tak enak hati.

"Naga Kecil. Maafkan aku ya tidak bisa mempertahankanmu. Ayahku begitu kejam. Aku tidak bisa mendebatnya lagi. Hanya ini yang bisa aku lakukan untukmu," ujarku padanya sambil mengelus kepalanya yang halus.

Naga yang ada di pelukanku ini tidak seperti naga pada umumnya. Naga ini sungguh tenang, dan begitu menyukai belaian. Itu menguntungkan untukku, karena saat aku merawatnya nanti. Aku hanya perlu mengelus kepalanya agar dia tidak menyemburkan apinya.

"Oh, iya. Kamu belum punya nama, 'kan?" tanyaku padanya sambil tersenyum riang. Naga itu menatapku dengan ekspresi menggemaskan. "Karena kamu lucu. Namamu Manis, ya."

Naga itu menggeram. Sepertinya dia menyukai namanya. Aku sungguh bahagia.

"Baiklah, Manis. Untuk dua bulan ke depan aku adalah ibumu. Tolong kerja samanya."

Aku mengecup kepalanya sebagai ungkapan kasih sayang padanya.

Semoga membesarkan anak naga tidak sesusah membesarkan anak manusia.

[••]

Author point of view

"Sungguh menyebalkan!"

Begitulah racau Vedelila yang berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya menyusuri koridor istana. Gadis itu sungguh kesal karena Lucas yang kembali bertamu tanpa diundang.

Pria itu sungguh menyebalkan. Ia tak ingin menemui pria itu lagi. Tapi sayang keinginannya tidak akan terpenuhi. Karena dua bulan lagi, mereka akan melangsungkan pernikahan.

Kabur saat pernikahan sepertinya ide yang bagus. Namun, itu tidak akan pernah terlaksana karena penjagaan ketat istana akan sangat merepotkannya.

Became Princess In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang