Bohong.
Perempuan berpakaian serba hijau dengan rambut disanggul ini pasti tengah berbohong.
Alexia tidak percaya bahwa ia sesial itu. Kini ia berada di depan meja administrasi Rumah Sakit Sastrawidjaya dengan mata merah dan berkaca-kaca. "Saya mohon, pasti ada dokter lain lagi yang bisa mengoperasi Papa saya.. iyakan Suster?"
Perempuan yang memberitahu kabar bahwa dokter yang akan mengoperasi Papa Alexia telah mengalami kecelakaan besar dan meninggal dunia di tempat adalah Suster dari Dokter Jerald, dokter onkologi [1] di mana Dokter Jerald adalah satu-satunya dokter yang dapat menangani penyakit kanker terlihai di kota kecil ini. Suster Olene hanya bisa menunduk dalam tak kuasa melihat Alexia yang muda terlihat sangat putus asa.
"Maafkan saya, Nona..." Hanya itu yang bisa diucapkannya.
"B-bagaimana dengan Papa saya, Sus?" Alexia bertanya dengan suara bergetar. "A-apakah ini berarti... Papa saya akan meninggal hari ini? Papa saya tidak bisa bernafas dengan normal, Sus... Saya harus bagaimana?" Alexia meremas kepalanya kuat dengan kedua tangannya. Sakit. Kepalanya sangat sakit membayangkan tidak ada hal lain yang dapat membantu Papanya untuk hidup lebih lama. Tidakkah semua penderitaan ini berhenti untuk sesaat saja? Alexia sangat letih.
Bagaimana ia harus memberitahukan kepada Papanya? Kepada Mamanya? Ya Tuhan... Mama pasti akan histeris. Alexia tidak kuasa mendengar tangisan Mamanya yang perih. Alexia tak kuasa jika ia... ia harus melihat jenazah ayahnya dalam waktu yang singkat untuk sekarang. Alexia tak kuasa menahan semua bayangan mengerikan ini yang akan terjadi sesaat lagi dan Alexia tidak dapat menghentikan itu semua. Oh... Tuhan. Sakit sekali.
Alexia setengah berlari dari meja administrasi rumah sakit ke kamar rawat inap di mana Papanya tengah dirawat dan Mama yang setia menjaga di samping Papa. Air matanya tak berhenti mengalir. Bayangan Papanya yang sangat kesulitan bernafas sekarang... Bayangan Mamanya yang akan menangis histeris hingga tertidur. Jika Papa pergi... Apa tujuan hidup Alexia? Apa tujuan dari Alexia kerja keras membanting tulang demi menyembuhkan Papanya jika Papa tidak berhasil diselamatkan? Untuk apa ia berusaha keras untuk mengembalikan semua kenangan manis keluarga kecilnya yang sudah lama memudar jika Papanya tidak akan sembuh?
Di sana.. ia melihat Papa terbaring lemah. Wajahnya pucat, kulitnya kering dan terlihat sangat tak berdaya. Mama hanya duduk di samping Papa dengan raut wajah yang sangat khawatir. Apa yang harus Alexia lakukan sekarang, Ya Tuhan?
Alexia mengurungkan niatnya untuk memasuki kamar tersebut. Justru, ia melangkah mundur dan mundur, menjauhi kamar itu, menjauhi semua kerumunan manusia yang ada di sekitarnya. Ia berlari tanpa arah dan terus menangis.
Putus asa.
Alexia putus asa. Rasanya sekarang semua tampak tak berarti lagi. Ia lelah. Begitu lelah hingga hari-hari ia meminta kepada Tuhan agar dapat diakhiri saja hidupnya. Tapi, Ia tidak pernah mendengar atau mengabulkan permintaan Alexia. Alexia tertawa keras. Ia kemudian memukuli kepala dan wajahnya sendiri, menangis sejadi-jadinya. Angin berhembus kencang menghentikannya untuk sesaat sebelum ia menyadari bahwa ia sekarang sedang berada di lantas teratas di Rumah Sakit ini. Langit mulai tampak gelap tapi masih menyisakan sedikit garis oranye yang ditinggalkan Matahari.
"Kalau aku melompat, semua penderitaan ini akan berhenti, kan?" Alexia bergumam sendiri, badannya bergetar hebat. Ia berjalan mendekati dinding pembatas kemudian menatap ke bawah dengan kosong. "It'll end. So quick... Right?"
"Kau akan melompat?" Suara berat mengejutkan Alexia. "Cukup tinggi untuk mematahkan seluruh tulang rusukmu, tapi tidak cukup tinggi untuk menghentikan detak jantungmu, Nona."
"Jangan mendekat!" Alexia menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria muda berjas putih layaknya seorang dokter sedang mengisap rokoknya dalam-dalam.
"Kau putrinya Sargent Jagger? Kenalkan aku Dokter Alexander Wilder, dokter onkologi yang akan menggantikan Almarhum Dokter Jerald. Papamu akan baik-baik saja di tanganku, Nona Jagger."
Alexia menatap dalam-dalam pria tersebut. Apakah ia sedang berbohong? "Kau berbohong. Dokter mana yang bertato dan merokok?" Alexia menyipitkan matanya. Tentu saja, ia pasti berbohong. Tidak ada dokter yang berpenampilan seperti pria berantakan itu.
Pria itu hanya tersenyum miring seperti mengejek pernyataan Alexia. Ia kembali mengisap puntung rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan dramatis. "Kau belum cukup melihat dunia, Nona." Pria itu kemudian membuang rokoknya ke lantai semen dan menginjaknya hingga mati. "Kau membuang waktuku juga. Kau akan turun dari sana atau tidak?"
Alexia memperhatikan gerak-gerik pria tersebut dengan seksama. Di dalam hatinya, ia tidak percaya dengan pria berpenampilan berantakan ini adalah seorang dokter. Belum lagi ia tampak sangat muda. Tidak ada dokter yang muda di sekitar sini. Ini baru kali pertamanya Alexia menemui dokter muda. Tapi otaknya berpikir lain ketika ia menatap sebuah badge tergantung di leher pria tersebut. Itu adalah badge yang dipakai oleh semua dokter di rumah sakit ini. Ia ingat kalau Dokter Jerald juga tidak pernah absen mengenakan benda tersebut.
"Kau terlalu lama berpikir, Nona muda. Kau membuang waktuku dan aku tidak suka." Pria itu lalu melangkah maju mendekati Alexia. Belum sempat Alexia menyuruhnya untuk berhenti, pria itu berkata, "Kalau kau begitu ingin mati, silahkan mati," Pria itu mendorongnya dengan kuat.
Alexia tidak dapat berkata-kata karena semuanya terjadi begitu cepat. Sepersekian detik berikutnya, Alexia merasakan tubuhnya terasa ringan. Ia seperti melayang. Apakah aku akan mati? Alexia memejamkan matanya, tersenyum tipis. Apakah pria tadi adalah malaikat pencabut nyawa? Ia membantuku mengakhiri semua ini lebih cepat. Terima kasih...
"Alexia!" Panggilan itu membuat Alexia membuka matanya dan hal selanjutnya yang terjadi adalah ia melihat pria tersebut ikut melompat dari gedung ini! Ya Tuhan! Apakah dia gila?! Alexia seketika panik dan berusaha berteriak tapi gagal karena hal selanjutnya yang ia tahu adalah tubuhnya tak lagi berada di udara bebas.
Alexia berada di dalam air. Apakah aku mati? Apakah ini surga? Lamunannya seketika buyar ketika ia ditarik dengan kuat oleh Pria gila tadi. Tenggorokan Alexia terasa sangat perih dan hidungnya sangat sakit. Ia terbatuk-batuk, mengais oksigen dalam-dalam. "Ya Tuhan... Ya Tuhan... Apa yang baru saja terjadi?"
Pria gila yang mendorong Alexia dan ikut terjun bebas dari atas gedung rumah sakit itu tertawa keras. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya. Butuh beberapa detik untuk Alexia cerna kejadian yang baru menimpanya ini. Wajah Alexia yang tampak shock dan bingung langsung berubah menjadi marah.
"Apa yang lucu?!" Tanya Alexia dengan garang. "Kau gila?! Kau hampir membunuhku! K-kau juga hampir terbunuh!" Alexia mengerang kesal. "Apa yang sebenarnya sedang terjadi!"
"Nona... kita berdua terlalu muda untuk mati, bukankah begitu?"
"Jawab aku!" Alexia menunjuk pria itu dengan marah. "Kau gila?!"
"Tidak sopan menunjuk seperti itu kepada orang yang baru saja menyelamatkan nyawamu dan orang yang akan menyelamatkan nyawa papamu, bukan?"
"..."
"..."
"Haruskah aku memperkenalkan diriku ulang? Aku adalah Alexander Wilder. Aku adalah dokter onkologi yang menggantikan mendiang Dokter Jerald yang akan menyembuhkan kanker papamu, Sargent Jagger. Nona Alexia Jagger, itu namamu bukan?"
Kata-kata pria itu terdengar sangat meyakinkan. Alexia mengangguk pelan. "Apakah kau janji, papaku akan sembuh, dok?" Suara Alexia bergetar.
"..."
"Aku berjanji akan melakukan yang terbaik."
"Because if you can't promise... then it'll be the dead end for me. So, please... promise me that my dad is gonna be okay.."
"Don't worry too much young Alexia. Everything is gonna be alright. I promise. And if i fail... you can hate me for the rest of your life."
Dia berjanji. Alexia ingat betul di hari ia pertama kali bertemu dengan Alexander Wilder... Alexander berjanji begitu yakin dan mantap. Like he is the man of his words. Tapi... semuanya hanyalah ilusi. Ya... semua hanyalah ilusi.
--------------------------
[1] Onkologi merupakan bidang ilmu kedokteran yang berfokus pada deteksi dan penanganan penyakit kanker.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome Home
RomanceBASED ON TRUE ACCIDENTS [IN MEMORIAM PAPA SAYA(23/02/1969-17/08/2021) PEJUANG KANKER LIDAH STADIUM 4 SELAMA 5 TAHUN (2016-2021)] SLOW STORY [ADULT 21+] Alexia sering merasa bahwa ia adalah gadis yang paling sial di dunia. Teruntuk pertama kalinya, A...