Bab 19

32 2 0
                                    

Keadaan semakin menegangkan ketika Alexander terlihat dengan pelan melangkahkan kaki ke pria yang sedang memegang pistol dan menyandera seorang perempuan yang tampak lemah di atas kasur brankar dorong tersebut. Kepala Alexia berdenyut begitu kencang sehingga rasanya mau pecah. Setiap pergerakan Alexander membuat Alexia semakin tidak nyaman. 

Seluruh petugas keamanan dan kepolisian yang sedang berada di tempat ini juga melakukan hal yang sama, mereka berdiam sambil menodongkan pistol juga ke arah pria teroris itu untuk berjaga-jaga dan membiarkan Alexander untuk mengontrol situasi ini. Alexia kemudian dengan tidak sopan berbicara dengan salah satu pria dengan seragam rapi yang tengah memegang pistol di sampingnya, "Bukankah seharusnya anggota kepolisian yang menangani pelaku kejahatan? Kenapa harus dokter Alexander?" 

"Nyonya, percayalah, kita semua tidak menginginkan hal ini terjadi. Dokter Alexander sudah tidak bisa mengambil langkah kembali ketika dia menerobos semua petugas keamanan di sini." Polisi tersebut kemudian memberi tatapan yang begitu marah kepada Alexia, "Anda seharusnya tidak boleh berada di sini. Saya perintahkan anda untuk meninggalkan lokasi ini sekarang!" 

Alexia tidak menghiraukan perintah polisi tersebut. Dia hanya mundur beberapa langkah dari polisi itu membuatnya berpikir bahwa Alexia telah meninggalkan lokasi ini. Alexia kemudian berjalan mengelilingi lingkaran petugas polisi yang mengepung lokasi ini untuk mencari celah menarik Alexander dari bahaya ini. Alexander tidak boleh mengorbankan dirinya lagi untuk orang lain. Alexia tidak akan membiarkan itu. 

Jika Alexander butuh bantuan, Alexia berjanji ia akan membantunya sebisa mungkin.

"Berhenti di sana dokter!" Teriak pria teroris itu masih dengan pistol yang menodong ke kepala perempuan yang tengah disanderanya. "Jangan mendekat atau akan kutembak perempuan jalang ini!" 

"Kita bisa bicarakan ini baik-baik. Letakkan pistol itu." Jawab Alexander dengan berhati-hati.

"Tidak ada yang bisa dibicarakan!" Pria teroris itu berteriak sangat kuat. Nafasnya terengah-engah dan raut wajahnya tampak begitu buas. "Kau tau apa yang dilakukan perempuan jalang ini?!" Pria teroris itu kemudian menggunakan tangan yang satunya lagi dengan kuat memegang kedua pipi perempuan itu memaksanya untuk berbicara. "Katakan kepada dunia apa yang telah kau perbuat! Pelacur murahan! Katakan kepada mereka!!" Perempuan itu terlihat sangat lemah. Wajahnya bersimbah darah tetapi tidak bisa menyembunyikan tatapan matanya yang terlihat sangat takut.

"Kau menyakitinya." Ujar Alexander. "Aku mohon, letakkan pistolmu, kita akan mencari jalan keluarnya bersama-sama" Alexander masih mencoba untuk meyakinkan.

"Tidak ada gunanya lagi.. Tidak ada gunanya lagi, iya kan sayang? Mmm? Jawab!!!" Pria teroris itu masih dengan kasar memperlakukan perempuan malang itu. "Kita sudah membuat sumpah kan? Kita adalah pasang sehidup semati, jika kau bukan milikku, maka kau juga tidak boleh milik siapa-siapa." Pria teroris itu dengan posesif mengecup puncak kepala perempuan tersebut. 

Alexander hendak mengambil kesempatan itu untuk berlari dan merebut pistol pria teroris tersebut tapi pria itu menyadarinya langsung dan dengan cepat pistol yang ia pegang langsung ditodongkan ke arah Alexander. "Sudah kubilang jangan mendekat bukan, dokter? Apa kau sebegitunya ingin mati?! Mundur!!!!!" 

Entah apa yang sebenarnya Alexia pikirkan. Ia merasa Alexander tidak berada di posisi yang menguntungkan. Alexia tidak mengerti juga mengapa ia melangkahkan kakinya begitu cepat, menyelip di antara kepungan polisi dan berlari ke arah Alexander. 

"Nyonya berhenti!" Para polisi dengan gesit mencoba untuk menarik Alexia tapi gagal. 

"Alexander!" Panggil Alexia dengan panik. Ia tidak peduli dengan apapun lagi. Ia hanya peduli kepada Alexander. 

Semua berjalan begitu cepat, ketika Alexia memanggil nama Alexander, Alexia melihat Alexander menyahut balik dengan wajah yang amat panik tapi semuanya tiba-tiba berhenti menjadi gelap.

DOR! 

Jika Alexander butuh bantuan, Alexia berjanji ia akan membantunya sebisa mungkin... Karena Alexander sudah pernah membantu Alexia di rooftop rumah sakit ini. Rumah sakit yang sama. Pada waktu itu Alexia berpikir tidak membutuhkan bantuan siapapun tapi nyatanya ia membutuhkan bantuan itu dan Alexander tidak ragu untuk membantunya. Seharusnya ini juga sama, kan? Alexander pasti berpikir ia tidak membutuhkan bantuan, tapi sebenarnya ia membutuhkan bantuan dan Alexia tidak ragu untuk membantunya. Tidak lagi. Tidak lagi ragu. 


Welcome HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang