From : Alexia Jagger - Pukul 20.00
Message : Halo Alexander, papaku mencret berulang kali setelah sesi ketiga kemo selesai kemarin, apakah itu normal?
Reply To : Alexia Jagger - Pukul 20.15
Message : Mencretnya sudah berapa kali?
From : Alexia Jagger - Pukul 20.16
Message : Kata mama, sudah hampir 15 kali... apakah itu normal? Wajah papa sangat pucat.
Reply To : Alexia Jagger - Pukul 20.18
Message : Aku akan segera ke sana. Tunggu aku.
"Halo Suster Olene? Aku akan segera ke RSS sebentar lagi. Tolong cek tekanan darah Bapak Sargent, jika di bawah 90/60 mmHg kabari aku dan minta bagian Laboratorium [1] untuk segera kirimkan aku hasil cek darah Bapak Sargent. Secepatnya." Alexander memutuskan sambungan ponselnya dan langsung mencari pakaiannya yang tercecer entah ke mana di sekitar ruangan ini.
"Kau akan pergi?" Tanya seorang perempuan.
"Pasienku dalam keadaan kritis. I'm sorry. I'll get back to you as soon as i can, okay?" Alexander mengecup dahi perempuan itu setelah ia selesai memakai seluruh pakaiannya.
"You always do that." Gumam perempuan tersebut yang terdengar sangat kecewa.
"Please, Elliah... Kau tahu persis seberapa penting pekerjaan ini bagiku. You know me better than anyone, i need you to not judge me for that." Alexander mendesah pelan.
"It's okay. Aku sudah terbiasa."
Sepanjang perjalanan di mobil, Alexander sangat gelisah. Setelah beberapa saat ia memantau kondisi pasiennya yang dalam pengaruh obat kemo, ia merasa bahwa kondisi pasiennya semakin memburuk. Kemungkinan pasien tersebut bisa berhasil untuk menahan obat kemo dan membiarkan obat kemo tersebut menghancurkan sel kanker di dalam tubuhnya sekarang tampak sangat kecil. Sejujurnya, Alexander tidak pernah suka menjanjikan apapun untuk pasiennya atau untuk keluarga pasiennya karena ia tahu persis ketika seseorang sudah terkena kanker, kemungkinan sembuh tidak tinggi.
Kanker itu seperti lampu-lampu pada pohon natal bagi Alexander, ketika lampu pohon natal tersebut mati, tidak ada jaminan lampu pohon natal tidak akan hidup lagi dan ketika lampu pohon natal tersebut sudah hidup, mereka sudah memenuhi pohon natal tersebut yang artinya ketika kanker dinyatakan sudah sembuh dari tubuh seseorang, maka tidak ada jaminan kanker tersebut tidak berkembang lagi dan saat kanker tersebut kambuh, kanker itu sudah menyebar ke bagian tubuh lain atau bahkan menyebar ke seluruh tubuh manusia.
Itu yang sebenarnya terjadi kepada pasiennya, Sargent Jagger. Tapi entah kenapa ia berani memberikan jaminan bahwa ia akan menyembuhkan Sargent Jagger kepada anak perempuannya, Alexia Jagger. Entah apa yang Alexander pikirkan pada waktu itu hingga ia sangat percaya diri ia bisa menyembuhkan Sargent Jagger... ataukah ia percaya diri ia dapat membantu memberikan harapan untuk Alexia Jagger yang tampak putus asa? Alexander memijat pelipisnya dengan kuat.
Alexander melihat Alexia sedang berdiri di depan pintu kamar. Alexia tampak sangat panik, sesekali ia menggigit kuku jarinya sembari mengintip ke dalam ruangan melalui kaca pintu. Sudah beberapa minggu Alexander jarang bertemu dengan Alexia dikarenakan Alexander hanya menemui pasiennya setiap ia mendapat jadwal kemoterapi, hal itu membuat Alexia pun hanya datang ke rumah sakit setiap kali adanya jadwal kemoterapi.
"Hey," Sapa Alexander.
"Eh, halo juga..." Alexia sedikit terkejut menyadari kehadiran Alexander tapi ia kemudian teralihkan dengan pemandangannya di kaca pintu. "My dad... is he gonna be okay?"
"Let's just pray for the best. Papamu adalah salah satu pasien yang paling kuat yang aku pernah temui." Alexander meletakkan tangannya di pundak Alexia dan mengelusnya pelan, "Everything's gonna be okay, alright?" Ucap Alexander.
Alexia membiarkan Alexander masuk ke dalam ruangan. Dari luar, ia melihat Alexander dan Suster Olene tengah sibuk memeriksa keadaan papa dan menjelaskannya kepada mama. Alexia memerhatikan raut wajah mama yang sangat berantakan, matanya merah dan bengkak sangat parah. Alexia cukup yakin mama tidak bisa tidur selama ia menjaga papa. Ketika Alexander menjelaskan sesuatu kepada mama, Alexia melihat mama seketika histeris dan Alexia langsung bergegas masuk ke dalam ruangan meskipun hal tersebut melanggar protokol kesehatan rumah sakit.
"Ada apa?" Alexia bertanya panik.
"Non... Nona tidak boleh masuk ke dalam sin-" Alexander memotong pembicaraan Suster Olene, "Tidak apa. Suster duluan saja. Persiapkan alat Monitor Holter [2] dan pasangkan ke pasien kita. Saya akan menyusul." Perintah Alexander tegas yang dibalas anggukan oleh Suster Olene.
Alexia melihat mama menangis sesegukan di samping papa yang tidak sadarkan diri. Lalu mencari mata Alexander, meminta jawaban. "Kita keluar dulu, Alexia. Akanku jelaskan kepadamu."
"Apa yang terjadi?" Tanya Alexia sesudah mereka di luar kamar. Untuk sesaat Alexander hanya menatap Alexia dalam-dalam. "Alexander? Apa yang kau katakan kepada mamaku tadi? Is my father gonna be okay?"
"I'm sorry."
"Maksudmu..."
"Saturasi oksigennya [3] sangat rendah, hanya 85 sedangkan yang normal itu di atas 95. Papamu sangat sesak, karena kekurangan banyak oksigen. Tekanan darahnya juga sangat rendah... Rencana akan dilakukan transfusi darah [4] sebanyak 3 kantong darah untuk membantunya bertahan lebih lama."
"Membantunya bertahan lebih lama?" Alexia memutar otaknya saat mendengar penjelasan Alexander yang ambigu. "Jawab pertanyaanku, Alexander. Apakah papak-"
"He's not going to make it, Alexia. I'm sorry." Alexander membuang mukanya, menatap ke luar jendela rumah sakit, tak kuasa menahan rasa sedih dan bersalah saat ia menatap Alexia yang terlihat sangat terpukul.
"Sorry for what?" Bisik Alexia. Alexia menatap Alexander yang terdiam menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. "T-thank you." Kata Alexia. "Setidaknya kau memberikanku harapan untuk melanjutkan hari-hariku setelah kejadian di atas gedung rumah sakit ini. Terima kasih Alexander." Suara Alexia bergetar.
"..."
"Alexander?" Panggil Alexia kepada Alexander yang sudah mulai melangkah pergi dari pandangan Alexia. "Kau akan kemana?"
Alexander berhenti dan menoleh sedikit. "Tugasku sudah selesai Alexia. Kau boleh menemani papamu bersama mamamu, akan aku sampaikan ke pihak rumah sakit." Alexander kemudian beranjak pergi.
"No goodbyes, huh?" Alexia bergumam sedih.
Semakin jauh punggung Alexander dari pandangan Alexia, semakin hampa perasaan Alexia. Entah mengapa, Alexia juga bingung. Keberadaan Alexander selama ini sedikit demi sedikit telah memenuhi perasaan Alexia yang kosong, takut dan kesepian. Menyadari bahwa Alexia tidak akan pernah bertemu dengan pria itu membuat Alexia semakin jatuh ke dalam perasaan sedih yang tak berujung.
Akankah kita bertemu lagi, Alexander?
---------------------------------
[1] Laboratorium medik merupakan salah satu bagian laboratorium yang dilengkapi dengan berbagai instrumen biomedis, peralatan, bahan dan reagen (bahan kimia) untuk melakukan berbagai kegiatan pemeriksaan laboratorium dengan menggunakan spesimen biologis (whole blood, serum, plasma, urine, tinja, dll).
[2] Monitor Holter adalah alat medis yang merekam ritme jantung secara terus-menerus.
[3] Saturasi oksigen normal biasanya antara 95-100 persen untuk kebanyakan orang dewasa yang sehat. Setiap tingkat di bawah ini dianggap berbahaya dan membutuhkan perawatan.
[4] Transfusi darah adalah prosedur untuk menyalurkan darah yang terkumpul dalam kantung darah kepada orang yang membutuhkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome Home
RomanceBASED ON TRUE ACCIDENTS [IN MEMORIAM PAPA SAYA(23/02/1969-17/08/2021) PEJUANG KANKER LIDAH STADIUM 4 SELAMA 5 TAHUN (2016-2021)] SLOW STORY [ADULT 21+] Alexia sering merasa bahwa ia adalah gadis yang paling sial di dunia. Teruntuk pertama kalinya, A...