Setelah mendengarkan cerita Alexander tentang kehidupannya tempo hari itu, perasaan Alexia kepada Alexander menjadi berubah dengan kentara. Alexia sangat bingung terhadap perasaannya sendiri. Apakah Alexia marah kepada Alexander atau apakah Alexia merasa cemburu dengan mendiang istrinya? Alexia merasa Alexander hanya melihat Alexia sebagai perempuan lemah yang membutuhkan bantuan, maka dari itu Alexander hanya bersikap baik kepada Alexia karena Alexander kasihan terhadap dirinya. Begitukah?
Intinya, Alexia merasa ia sangat kecewa terhadap Alexander. Setelah bertahun-tahun berteman dengan pria itu, tidak pernah satu kalipun Alexia merasa ia mengetahui latar belakang pria tersebut. Selama ini ia hanya berandai-andai dan ternyata semuanya salah. Alexander memiliki latar belakang yang sangat menyedihkan dan Alexia yang merasa bahwa ia adalah teman baik Alexander seharusnya lebih mengerti pria itu dari gerak-gerik pria tersebut. Dari cara ia memperlakukan semua perempuan dengan sangat hati-hati dan lembut, dari cara ia menatap ke semua orang sekitarnya dengan tatapan yang sopan dan tidak merendahkan, dari cara ia... memperlakukan Alexia.
Selama ini Alexia hanya berpikir bahwa Alexander hanyalah seorang pria yang beruntung terlahir di keluarga yang kaya raya. Ia bisa memiliki apartemen mewah, mobil mewah, pekerjaan yang stabil dan terhormat serta tampang wajah yang tidak buruk. Dari luar, Alexander terlihat seperti memiliki segalanya tapi Alexia salah besar. Alexander ternyata seperti guci emas yang dilelang oleh kalangan orang kaya. Guci emas yang sangat menarik dan mahal serta sulit untuk dimiliki tapi nyatanya karena dari luar tampak begitu indah, tidak ada yang peduli dengan isinya yang hampa dan kosong. Guci emas yang indah tapi kosong. Itulah Alexander Wilder.
"Aku tidak ingin resepsi pernikahan yang terlalu ramai..." Ujar Alexia kepada Kota.
Pria itu kini sedang duduk di depan meja kerja sederhana dalam apartemennya dan menatap layar laptop dengan serius. Alexia dapat melihat apa yang tengah pria itu cari di laptop tersebut. Berbagai video dan foto-foto resepsi pernikahan yang pria itu tengah cari sebagai ide untuk acara pernikahan mereka yang akan diadakan bulan depan.
Alexia tidak percaya ia akan segera menikah bulan depan dengan pria yang baru ia kenal beberapa saat. Tapi Kota adalah pria yang sangat baik dan bertemu dengan Kota adalah sesuatu hal yang indah bagi Alexia. Ia sangat mencintai pria itu, cara pria itu memperlakukannya dengan lembut, pria itu juga tau apa arti tanggung jawab, namun... Alexia hanya merasa semua ini terjadi begitu cepat. Terlalu cepat hingga Alexia terkadang hampir lupa kalau ia tengah mengandung anak dari pria tersebut.
Semua hal yang tengah terjadi di kehidupannya seperti bayangan yang lewat begitu cepat. Semenjak Papa Sargent meninggal beberapa tahun yang lalu, cara Alexia menjalani hidup berubah drastis. Alexia seperti berjalan di ambang-ambang, tidak tahu apa yang ia sebenarnya ingin dan tidak tahu apa yang sebenarnya ia kejar di kehidupan ini. Ia tidak bisa menunjukkan kekosongan ini kepada siapapun terutama kepada mamanya. Alexia cukup yakin orang yang paling tersakiti ketika papa pergi adalah mamanya sampai ia lupa kalau kepergian papanya juga sebenarnya mempengaruhi ia perlahan. Alexia tidak boleh jatuh, untuk mamanya. Alexia harus bisa menjaga mama, untuk papa.
"Aku juga begitu, bagaimana kalau kita mengundang beberapa orang yang kita kenal dekat saja?" Kota menatap Alexia dan perut Alexia secara bergantian kemudian ia tersenyum manis, "Aku tidak percaya aku menaruh benih di dalam perutmu."
Wajah Alexia langsung memanas, "Ketika kau bilang begitu, aku kira kau sedang mengatakannya dengan mesum."
Kota berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah sofa di mana Alexia sedang berbaring. Pria itu mengelus perut Alexia yang masih tidak begitu besar. "It took me 35 years to finally become a husband of yours and a father of our baby."
Alexia tersenyum mendengarkan kata-kata pria itu. "We fell in love too fast. Does it mean it's our fate?"
"I fell in love with you the first time i saw you in the office. Aku melihatmu selalu berjalan sendirian kemana-mana. Melakukan semua hal sendiri, enggan untuk berinteraksi dengan orang lain dan enggan untuk meminta bantuan jika kau benar-benar tidak membutuhkannya. Aku selalu tidak cocok dengan orang lain karena aku tidak suka ketika orang tersebut tidak tahu bagaimana cara menjaga dirinya sendiri, bertanggung jawab atas dirinya sendiri. Then, i found you."
"Kita seperti di cerita-cerita novel tahu?" Alexia menatap Kota. "Cucu dari pemilik perusahaan besar bertemu dengan salah satu karyawan biasa di perusahaan tersebut lalu saling jatuh cinta dan menjalin hubungan. Too good to be true."
"But it's happening to us, right? Apa salahnya dengan itu?" Tanya Kota dengan bingung.
"Hidup yang aku jalani selama 26 tahun ini tidak begitu kenyataannya, Kota. Aku selalu hidup di dunia ini, menghadapi realita. Membaca cerita-cerita fantasi seperti itu hanya akan membuatku merasa semakin sedih karena aku tahu itu hanya imajinasi kebanyakan orang. Siapa yang ingin hidup susah, Kota? Jadi aku cukup mengerti mengapa rata-rata orang itu bersikap materialistis."
Kota tertawa mendengar kata-kata Alexia. "Jadi kau ingin bersamaku karena aku kaya raya?"
"Bisa jadi." Alexia tertawa kecil. "Memikirkan aku tidak perlu hidup susah, membuatku sedikit merasa lebih tenang. Tapi tanpa semua kemewahan ini, aku juga tetap bisa bertahan kok, hanya saja kekhawatiranku akan menjadi tak berujung.
Memikirkan aku harus lebih berhemat, memikirkan aku harus mencari uang lebih agar aku bisa membeli asuransi agar ketika aku kecelakaan atau mati nanti aku tidak perlu menyusahkan siapa-siapa, memikirkan puluhan kali sebelum membeli barang yang aku inginkan, atau menjadi seperti orang-orang lain yang berlomba-lomba untuk menjadi kaya dan hidup mewah; aku bisa bertahan dengan itu semua, tapi aku tidak hidup.
Bukan hidup seperti itu yang ingin aku jalani, kau tahu? Aku ingin hidup dengan sederhana tanpa kekhawatiran itu. Merasakan hangatnya matahari di kulitku, mencium aroma tanah yang lembab ketika hujan datang; tanpa khawatir tentang apapun." Alexia kemudian mengecup bibir Kota dengan pelan. "And then you're here. For a moment, all those worries are not here anymore and i like that."
"Woah, that's so deep." Kota membalas ciuman Alexia, ketika ciuman mereka mulai intens, di sela-sela ciuman itu Kota kemudian berkata, "The life that you've lived all this time, was pretty rough isn't it? I'm sorry i couldn't take the pain away from you." Kota mengelus rambut Alexia dengan lembut.
Was pretty rough, huh? Alexia kemudian memikirkan Alexander.
Kenapa Alexander? Karena ketika hidupnya berada di titik paling bawah, Alexander adalah orang pertama yang menjadi tempat bersandarnya harapan-harapan Alexia.
"Alexia? Kau tiba-tiba melamun, kau sakit?" Kota bertanya.
Alexia menggeleng terlalu cepat, "Tidak apa-apa, aku hanya... sedikit lelah. Bolehkah aku beristirahat sebentar?"
Kota menatap Alexia dengan bingung, "Tentu saja, aku tidak akan mengganggumu kalau begitu." Kota mengecup kepala Alexia dengan lembut dan beranjak kembali ke depan laptopnya berada.
Kenapa aku merasa semua ini.... salah? Bukan seperti ini seharusnya yang terjadi.... Alexia berbisik di dalam hatinya.
Apakah menikah dengan Kota pilihan yang tepat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome Home
RomanceBASED ON TRUE ACCIDENTS [IN MEMORIAM PAPA SAYA(23/02/1969-17/08/2021) PEJUANG KANKER LIDAH STADIUM 4 SELAMA 5 TAHUN (2016-2021)] SLOW STORY [ADULT 21+] Alexia sering merasa bahwa ia adalah gadis yang paling sial di dunia. Teruntuk pertama kalinya, A...