Bab 3

200 19 0
                                    


Alexander menatap Alexia dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan. Alexander langsung mengambil salah satu jaket hitam miliknya yang tergantung di kursi kerjanya dan memberikannya dengan kesal kepada Alexia. "Fine. Sebaiknya kau mengembalikan semua properti milikku."

"Terima kasih." Jawab Alexia dengan ragu.

"Duduk. Kita akan membahas tentang jadwal operasi Papamu." Alexander duduk di kursi kerjanya yang tampak sangat mahal dan empuk. Ia kemudian menghubungi suster Olene untuk membawa segala berkas yang mesti dilengkapi oleh penanggung jawab pasien yang akan ia lakukan operasi pada sore ini. 

"Kau memiliki ruangan yang megah," Kata Alexia yang matanya kini sedang menelusuri setiap sudut di ruangan ini. "Kau dokter baru di sini bukan?" Lalu Alexia kini menatap pria di depannya. Terlihat jelas kini warna mata pria itu; hazel dan pria ini terlihat sangat tampan bagi Alexia karena Alexia menyukai pria yang memiliki kulit sawo matang dengan perawakan yang besar dan tinggi tapi tidak dengan rambutnya yang berantakan serta kulit penuh dengan tato. Benar-benar tidak terlihat seperti seorang dokter. 

"Ya. Bisa dikatakan seperti itu." 

"Apakah semua dokter memiliki fasilitas seperti ini?"

"Tidak bagi semua dokter."

"Berarti kau termasuk dokter yang beruntung."

Alexander yang sedari tadi sibuk memeriksa berkas pasiennya kini mengangkat wajahnya dan menatap perempuan di depannya ini dengan tajam. "Nothing comes free. Everything has a price. Berhenti berpikir seperti itu Alexia. Hanya orang bodoh yang berpikir seperti itu." 

"Aku tidak bodoh. Aku tahu persis bahwa hanya orang yang memiliki hak istimewa yang memiliki jalan yang lurus dan tidak berbelok. Unlike me.

"Jadi kau berasumsi bahwa jalan hidupku selalu lurus dan tidak berbelok karena aku memiliki hak istimewa? Karena aku adalah seorang dokter muda dan tampan dan aku memiliki ruangan yang megah di rumah sakit yang super terkenal ini.. Wow, this topic is getting more interesting, isn't it?"

"Aku tidak mengatakan bahwa kau tampan, tapi selain itu kau benar." 

"Jadi maksudmu, aku jelek?" Alexander mulai merasa kesal dengan perempuan di depannya ini.

"Listen, you are a doctor. you're young. Mungkin kau seumuran denganku. Aku baru berumur 22 tahun bulan depan. Lalu kau juga memiliki ruangan pribadi semegah ini. Biar aku tebak, kau juga pasti memiliki sport car yang tidak sering kau bawa di garasi rumahmu. Perharps, kau juga memiliki 20an pembantu di rumahmu yang terlihat seperti istana kerajaan dan belasan perempuan ataupun pria yang ingin menjadi kekasihmu..." Alexia hampir meneruskan kalimatnya yang terdengar sangat konyol jika ia tidak menyadari bahwa Alexander benar-benar tengah menatapnya dengan tatapan yang dingin. Alexia merasa bersalah seketika karena ia juga merasa dirinya terdengar sangat menyebalkan. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud menghinamu. Aku... Aku hanya iri denganmu."

Alexander menaikkan alis matanya, "Well... Terima kasih karena sudah berpikir aku seumuran denganmu, tapi kau salah karena aku bukan kepala dua, aku sudah hampir memasuki kepala empat." Melihat reaksi Alexia yang tampak terkejut, Alexander tersenyum. Surely this young woman doesn't know how the world really works. "Kenapa kau iri denganku?"

"..."

"..."

"Lupakan. Ini benar-benar tidak masuk akal. Kau adalah dokter pengganti dokter Jerald yang bertugas untuk menyelamatkan nyawa Papaku, bukan psikiater-ku. Berkas mana yang harus aku lengkapi?"

"Benar. Aku bukan psikiater-mu. Tapi kau adalah tanggung jawabku juga mulai sekarang karena kita bertemu di waktu yang tidak tepat; Kau adalah penanggung jawab dari pasien yang menjadi tanggung jawabku. Aku bisa merekomendasikan beberapa temanku untuk kau temui mengenai masalah kesehatan mental."

"Aku tidak gila. Aku tidak membutuhkan bantuanmu atau temanmu. Aku bukan tanggung jawabmu." Alexia menjawab cepat dan marah. "Hentikan semua hal yang tidak masuk akal ini; munculnya dokter baru, dokter baru itu mendorongku dari gedung, berbicara seperti kita ini sudah mengenal lama dan kini aku juga mengenakan pakaianmu. This is all absurd! Kau hanya perlu menyelamatkan papaku karena aku sudah membayar semua administrasi di rumah sakit ini! Please, just do your job and stop this nonsense." Alexia menumpukan kedua tangannya di meja dan mengusap wajahnya dengan frustasi. "Let us talk normally like how a patient and a doctor should be, shall we? Sekarang... Berkas apa yang harus aku lengkapi, Dokter Alexander Wilder?"


Welcome HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang