Bab 20

27 1 0
                                    

Jika kau dihadapkan dengan dua pilihan, antara nyawamu atau nyawa orang yang kau sayang, mana yang akan kau pilih? 

Mungkin itu pertanyaan yang sempat terlintas di benak Alexia. Tapi hanya terlintas sejenak karena jawaban Alexia sudah pasti. Ia akan menyelamatkan orang yang ia sayang dahulu. Namun, apa jaminan bahwa orang yang kita selamatkan... benar-benar akan 'selamat'? Apa ada juga jaminan bahwa tidak akan ada yang tersakiti?

Kota Yiura Suki, laki-laki itu masih dengan kemeja biru mudanya yang sudah ternodai dengan banyak darah, menunggu di depan ruang ICU dengan hatinya yang tersiksa. Ia masih tidak bisa menghentikan pikirannya yang memainkan ulang kejadian tragis beberapa jam yang lalu ketika ia baru saja menginjakkan kakinya di rumah sakit ini. Rumah sakit sialan ini.

Ia bahkan tidak bisa mendengar suara teriakannya sendiri ketika ia melihat Alexia tergeletak tidak berdaya di rangkulan Alexander dengan darah yang terus mengucur dari sisi perut Alexia. Alexander sekilas memberikan tatapan benci yang amat dalam kepada Kota. Begitupun sebaliknya. Kota sempat menarik tubuh Alexia dari rangkulan Alexander dengan perasaan yang sangat amat marah tapi Alexander memberi perintah untuk tidak menyentuh Alexia karena kondisi Alexia sangat kritis. Kota dan kepalanya berdenyut hebat. Semuanya seperti berlalu terlalu cepat. Kota bahkan tidak mengerti mengapa polisi yang begitu banyak di sini tidak bisa menghentikan kejadian ini! Kenapa bisa Alexia berada di tengah-tengah situasi ini? Polisi tidak berguna! 

Kota sudah memaksa Alexia untuk menunggunya selesai meeting di kantor lalu Kota yang akan menemani Alexia untuk menghadiri jadwal pengecekan janin tapi entah mengapa Alexia tidak mau mendengarkan Kota. Kota sedikit kecewa akan hal itu, seakan-akan Alexia tidak menghargai Kota sebagai suami sah-nya. 

Lamunan Kota terbuyar ketika dokter dan beberapa asisten dokter yang menangani Alexia keluar dari kamar ICU. Dokter itu memerintahkan asistennya untuk meninggalkannya terlebih dahulu kemudian ia menghampiri Kota. Dokter laki-laki tersebut masih mengenakan setelan operasi. "Anda suami dari Nyonya Alexia?" 

Kota berdiri dari duduknya dan mengangguk kuat. "Bagaimana keadaan istri dan anak saya dok?" 

"Istri anda mengalami pendarahan yang terlalu banyak sehingga membutuhkan banyak kantong darah untuk membantu kami melanjutkan operasi pengeluaran peluru pistol. Operasi tersebut berhasil.."

Kota tersenyum lebar. "Terima kasih dokter... lalu bagaimana dengan kandungan istri saya dok?"

"Peluru tersebut telah merobek selaput air ketuban sehingga air ketuban tersebut sudah pecah namun kondisi nyonya Alexia sudah kritis sehingga tidak memungkinkan bagi kami untuk menyelamatkan sang bayi.  Kami, tim dokter di rumah sakit ini telah melakukan usaha semaksimal mungkin, tetapi sang bayi meninggal dunia."

"....."

Dokter tersebut memberi tepukan simpati di bahu Kota. "Jika Bapak ingin melihat kondisi istri bapak, silahkan." Kemudian dokter tersebut melangkah pergi memberikan Kota waktu untuk mengolah semua hal ini. 

Selang beberapa puluh menit kemudian, Kota melangkahkan kakinya dengan lambat dan tak bertenaga. Perasaannya terasa sangat hancur seketika. Namun yang membuatnya terasa lebih menyakitkan adalah pertanyaan-pertanyaan yang ada di benak Kota. Apakah Alexia nekat ke rumah sakit dan tidak mau menungguku karena ia ingin bertemu dengan Alexander? Apakah Alexander lebih penting daripada perasaanku? Lebih penting daripada bayi kita? 

Kota melangkah menjauh dari kamar ICU tempat Alexia sedang berbaring lemah. Kota tidak ingin melihat wajah Alexia untuk sekarang. Entah mengapa... Hati Kota terasa seperti sudah disobek dengan sadis. Sangat... sakit. Perasaan ini sangat sakit. 

"Kota? Kau sudah melihat keadaan Alexia?" 

Suara itu menghentikan Kota. Kota mendongak dan mendapatkan laki-laki itu sedang berdiri di depannya masih dengan jas putih yang ternodai oleh darah istrinya dan bayinya. Laki-laki itu dan bayinya

"Kurasa Alexia akan lebih senang bertemu denganmu daripada aku, Alexander."

Hari itu adalah di mana Kota membenci semuanya.

Welcome HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang