Hari ini aku akan menikah. Alexia terus-terusan mengulangi kalimat itu saat ia melihat pantulan dirinya di depan cermin, mengenakan gaun putih panjang yang sederhana tapi elegan. Ia melihat perubahan dirinya sedikit banyak, ia menjadi jauh lebih kurus, mungkin karena ia sedang hamil dan selera makannya tidak begitu bagus. Tapi bukan itu intinya... Ia melihat dirinya akan menikah tapi yang membuat dirinya bingung adalah perasaannya. Ia merasa... hampa.
Ia sedih karena tidak ada papa yang akan menggandengnya berjalan di sepanjang jalan menuju altar. Alexia tidak ingin berpikir terlalu banyak tentang kesedihan itu. Takdir sudah mengatakan hal yang lain, kalau papa sudah lebih dulu meninggalkannya ke tempat yang lebih tentram. Setidaknya papa sudah tidak sakit lagi. Mama ikut berbahagia tapi tentu saja tidak bisa dipungkiri kalau mamanya masih memiliki jalan pikir yang agak kolot. Mamanya sangat terkejut Alexia hamil di luar nikah dengan laki-laki yang baru saja ia kenal dan beliau sempat mengatakan satu kalimat yang terus-terusan membuat Alexia tergantung.
"Kamu yakin kamu akan menikah dengannya? Mama percaya Alexia itu anak yang pintar, Papa juga pasti berpikir demikian... menikah itu bukan sesuatu yang sederhana meskipun tampaknya sederhana, Alexia juga pasti tahu akan hal itu... Jadi, menikahlah dengan pasangan yang benar-benar cocok untuk kita... Bagaimana kita bisa menikah dengan seseorang yang baru kita kenal? Mama bahkan mengira Alexander yang akan menjadi pasanganmu lho, Alexia... Tapi apapun yang Alexia inginkan asalkan Alexia merasa itu yang terbaik untuk Alexia, Mama dan Papa akan mendukungnya."
"Cantik."
Badan Alexia tiba-tiba menjadi kaku dan tegang ketika menyadari suara itu yang menghampirinya.
"Alexander.." Alexia menatap pria itu melalui pantulan cermin di depannya. Pria itu kini sedang bersandar di ambang pintu dan ia tampak sangat tampan dengan setelan kemeja formalnya.
"Kenapa kau tidak tersenyum? Ini hari besarmu."
Alexia tersenyum tipis, "Gugup, kurasa."
"Everything's gonna be okay, remember?"
Core memory. Tiba-tiba Alexia merasa terhisap oleh waktu dibawa kembali ke beberapa tahun yang lalu saat ia pertama kali bertemu dengan Alexander. Saat itu Alexia merasa pasrah dan ingin mengakhiri segalanya tapi pria itu memberinya harapan. Pria itu mengucap kalimat itu kepadanya di hari itu dan itu mengubah segalanya.
Alexia terkekeh pelan, "Tentu saja."
"Let's go, I'll escort you to the aisle door."
Tidak begitu banyak tamu yang hadir. Alexia sendiri tidak punya banyak kenalan, ia hanya memiliki mama serta mengundang Alexander sebagai teman baik satu-satunya dan Kota hanya mengundang beberapa keluarga terdekatnya saja juga termasuk kakeknya Kota yang merupakan pemilik perusahaan di tempat ia bekerja sekarang.
Di balik dinding sebelum pintu lorong terbuka, Alexander menyapa Kota dengan hangat seolah-olah mereka sudah saling mengenal akrab satu sama lain. "Selamat, brother." Lalu Alexander dengan hati-hati menyerahkan pegangan tangan Alexia kepada Kota.
"Terima kasih, for taking care of my wife." Ucap Kota dengan hati penuh.
Alexander mengangguk kaku. Huh? Apa maksud mereka berdua? Apakah mereka akrab satu sama lain? Aku tidak pernah mengingat mereka pernah berinteraksi seperti ini. Alexia masih dengan pikirannya yang kacau dan tidak fokus menatap Kota dan Alexander terus-terusan.
"Hey... Everything's gonna be-" Alexander menangkap gerak-gerik Alexia yang terlihat panik.
"Everything's gonna be okay." Alexia mengulangi kalimat tersebut seperti mantra. Lalu Alexia menatap Kota dengan senyuman yang sangat manis. "Ready?" Tanya Kota. Alexia mengangguk.
Alexander berjalan ke arah pintu lain khusus untuk tamu masuk ke dalam aula acara pernikahan mereka. Ia kemudian mencari tempat duduk di samping Mama Alexia. "Tante." Sapa Alexander dengan sopan.
Mama Alexia hanya menatap Alexander dengan penuh arti. Alexander tidak mengerti maksud dari tatapan itu tapi ia sangat membutuhkannya sekarang. Kemudian Mama Alexia mengambil tangan Alexander dan menggenggamnya penuh kehangatan. "Tante cuma berharap Alexia bisa benar-benar berbahagia dengan orang yang tepat..."
Alexander dengan sopan menggenggam tangan Mama Alexia dengan satu tangannya lagi dan tersenyum, "Tentu saja Kota adalah orang yang tepat." Alexander meyakinkan Mama Alexia meskipun hati Alexander terasa perih ketika ia mengatakannya.
"Semenjak Papa Sargent sakit-sakitan sampai akhirnya ia meninggal di pelukanku, tidak pernah ada yang sama lagi. Terutama Alexia. Alexia menjadi lebih bingung. Aku mengerti betapa hancurnya dia ketika tau Papanya tidak akan selamat dari maut ini. Tapi aku terlalu sibuk mengurusi suamiku sampai aku lupa anak perempuanku satu-satunya juga butuh perhatian orang tuanya. Aku sangat-sangat bangga dengannya karena ia bisa melewati semua hal ini denganku. Dia adalah anak yang sangat kuat. Aku tau pasti Papanya juga bangga dengannya di atas sana." Mata Mama Alexia berkaca-kaca saat ia mencurahkan isi hatinya. Jujur saja Alexander merasa ia tidak pantas mendengarnya.
"Tante juga kuat. Alexia dan Papa Sargent juga pasti sangat bangga dengan tante karena bisa melewati semua ini. Aku cukup mengerti bagaimana rasanya ditinggalkan oleh orang tersayang." Balas Alexander dengan tulus.
"Kau tahu... Alexia sering bercerita tentang dirimu tapi jarang bercerita mengenai Kota. Sekarang, alih-alih Alexia menikah denganmu, malah ia menikah dengan Kota. Tante hanya sedikit bingung dengan jalan cerita kalian." Ia tertawa kecil. "Apa yang memang milik kita, pasti akan menjadi milik kita, bagaimanapun jalan ceritanya, kau setuju?"
"Setuju... Tapi aku dengan Alexia hanya berteman baik, tante." Jelas Alexander.
"Tentu saja. Maafkan tante, tante tidak bermaksud apa-apa."
"Tidak apa-apa tante..." Karena aku sendiri juga bingung dengan jalan ceritaku. Gumam Alexander di dalam hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome Home
RomanceBASED ON TRUE ACCIDENTS [IN MEMORIAM PAPA SAYA(23/02/1969-17/08/2021) PEJUANG KANKER LIDAH STADIUM 4 SELAMA 5 TAHUN (2016-2021)] SLOW STORY [ADULT 21+] Alexia sering merasa bahwa ia adalah gadis yang paling sial di dunia. Teruntuk pertama kalinya, A...