Bab 2

192 19 0
                                    

Ke mana perempuan aneh itu? Alexander bertanya-tanya dalam hatinya. Ia menoleh ke lorong sebelah kanannya saat mendengar sebuah pintu besi emergency exit door terbuka sedikit. Alexander mengernyitkan dahinya dalam. Apakah perempuan itu di sana? Alexander langsung bergegas menuju ke pintu tersebut dan benar saja ia mendengar langkah seseorang menaiki tangga dengan tergesa-gesa. 

Tidak butuh waktu yang lama bagi Alexander untuk mengejar perempuan tersebut. Ketika Alexander sudah mencapai lantai 7, lantai tertinggi di gedung rumah sakit ini, Alexander melihat perempuan itu tengah menatap ke bawah gedung dengan tatapan kosong. Badannya bergetar hebat dan sesekali perempuan itu menarik-narik rambutnya dengan kasar. That must be so hurtful to be thinking that there's no way out, pikir Alexander mengasihani perempuan muda tersebut. 

Alexander tidak ingin menganggu perempuan tersebut jadi Alexander hanya berdiri memerhatikannya. Perempuan itu juga tidak menyadari kehadiran Alexander. Alexander mengambil satu batang rokok dari saku jas putihnya dan menghidupkannya dengan pelan karena angin berhembus kencang sekali di atas gedung ini. Ia sempat menghisap beberapa kali batang rokoknya sambilan memerhatikan perempuan tersebut yang masih tampak kaku menatap ke bawah gedung dengan tatapan kosong sampai akhirnya jantungnya terasa berhenti untuk sesaat saat melihat perempuan itu memanjat ke pembatas dinding. Perempuan aneh itu akan melompat?! Alexander rasanya ingin berlari dan menarik perempuan tersebut tapi ia tidak bisa melakukan itu karena ia mengerti rasanya berada di posisi seperti perempuan itu.

Alexander mengenal rumah sakit ini lebih dari apa pun. Jika perempuan aneh itu melompat, dia tidak akan mati begitu saja karena ia mengarah ke belakang gedung rumah sakit yang memiliki kolam renang privat untuk terapi khusus di lantai terdasar. Tentu saja perempuan itu tidak menyadarinya karena kolam renang di tutup dengan kain jaring khusus berwarna hitam di hari-hari di mana kolam tersebut tidak dipakai. Naif sekali jika ia ingin mengakhiri hidupnya hanya karena ia tidak bisa menyelamatkan Papanya, pikir Alexander sambil tersenyum miring dengan sinis.

Sebelum perempuan aneh itu membulatkan tekadnya, sebaiknya Alexander bergegas menghampiri perempuan tersebut. "Kau akan melompat?" Perempuan itu tampak sangat terkejut dan langsung menoleh ke belakang, menatap Alexander dengan takut. "Cukup tinggi untuk mematahkan seluruh tulang rusukmu, tapi tidak cukup tinggi untuk menghentikan detak jantungmu, Nona." Kata Alexander acuh tak acuh.

Alexander dapat melihat jelas kedua mata perempuan itu merah dan sembab. "Jangan mendekat!" Jawab perempuan itu. 

Alexander sudah menebak bahwa perempuan itu akan mengatakannya. So typical, ledek Alexander dalam hati. Alexander yang tadinya ingin membantu dan mendapat penolakan langsung merasa kesal. This is wasting my god damn time, kesalnya dalam hati dan Alexander kembali mengisap rokoknya dalam-dalam, berusaha untuk menenangkan emosinya yang sudah naik. "Kau putrinya Sargent Jagger? Kenalkan aku Dokter Alexander Wilder, dokter onkologi yang akan menggantikan Almarhum Dokter Jerald. Papamu akan baik-baik saja di tanganku, Nona Jagger."

 "Kau berbohong. Dokter mana yang bertato dan merokok?"

Perempuan ini baru saja bermain api denganku. Alexander berusaha untuk tidak membiarkan emosinya mempengaruhinya. Lagipula, dia butuh perempuan ini untuk sadar dan dalam keadaan tenang agar ia dapat melanjutkan operasi pada pasiennya. "Kau belum cukup melihat dunia, Nona." 

"..."

"Kau membuang waktuku juga. Kau akan turun dari sana atau tidak?"

Perempuan itu masih menatap Alexander dengan tatapan penuh penghakiman. Okay, that's enough of insulting me. Alexander sangat tidak suka ketika orang menghakiminya tanpa mengenal dirinya terlebih dahulu. Lagipula, apa yang diketahui oleh bocah perempuan ini tentang hidup? Hanya karena ia merasa ia tidak bisa menyelamatkan nyawa ayahnya, jadi dia berniat untuk mengakhiri hidupnya? Perempuan dangkal!  Marah Alexander dalam hati. 

Alexander tidak berpikir terlalu panjang. Ia segera mematikan puntung rokoknya. "Kau terlalu lama berpikir, Nona muda. Kau membuang waktuku dan aku tidak suka." Alexander langsung mengambil langkah besar-besar menghampiri perempuan tersebut yang sekarang tampak panik dan ketakutan tergambar yang begitu kental di matanya. "Kalau kau begitu ingin mati, silahkan mati." 

Alexander mendorong perempuan tersebut dengan kuat. Pada akhirnya, Alexander sadar bahwa ia baru saja membiarkan emosinya menguasai dirinya. Untuk kesekian kalinya sejak beberapa tahun lalu semenjak ia bersumpah untuk tidak membiarkan emosi menguasainya, ia baru saja mengingkar janjinya dan itu semua terjadi hanya karena ia bertemu dengan seorang perempuan muda yang mengingatkan dirinya persis pada masa lalunya dan Alexander sadar bahwa ia harus membayar ini semua. 

----------

"Astaga!" Suster Olene menatap Alexia dan Alexander dengan panik. "Apa yang terjadi? Kenapa kalian basah kuyup?" Suster Olene memerintahkan pegawai rumah sakit lainnya untuk segera mengambil handuk dan baju ganti untuk dua anak muda di depannya ini.

"Hujan deras dan aku harus mengejar perempuan aneh ini." Dusta Alexander. 

Alexia tidak memiliki tenaga untuk menanggapi apapun. Rasanya semua tenaganya sudah terkuras. Ia dibawa ke ruangan pribadi dokter Alexander dan langsung menjatuhkan dirinya di atas sofa kulit yang tersedia sedangkan Alexander segera memasuki kamar mandi dan mengganti pakaiannya. 

"Kau harus mengganti pakaianmu." Kata Alexander dengan dingin kepada Alexia setelah ia selesai mengganti pakaiannya.

"A-aku... maksudku.. saya tidak punya baju ganti."

"Tidak perlu berbicara formal denganku Alexia, kita berdua tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi di antara kita." 

"Maksud anda?" Alexia tidak mengerti ke mana arah pembicaraan ini.

"Kau mencoba untuk bunuh diri, Alexia." 

"..."

"Tenang, aku tidak memberitahukan ini kepada siapapun." Alexia merasa begitu lega saat Alexander berkata seperti itu. "Dan kau juga tidak boleh menceritakan hal ini kepada siapapun, aku bisa dituntut karena aku hampir membantumu menyelesaikan misi bunuh dirimu itu. Sekarang gantilah pakaianmu dengan kaos dan celana ini." Alexander meletakkan tumpukan kain yang tampak rapi dan bersih di atas meja depan Alexia.

Alexia masih bingung dengan semua kejadian yang tengah terjadi sekarang. Rasanya otaknya tak menyanggupi semua kejadian mendadak ini. Dari berita meninggalkan Dokter Jerald, Alexia yang mencoba untuk mengakhiri hidupnya dan bertemu dengan seorang dokter muda yang akan membantu Alexia menyembuhkan Papanya. Semuanya berlalu begitu cepat. 

"Bisakah kau berhenti bengong? Aku punya banyak sekali kerjaan dan kau tampaknya suka menghabiskan waktuku. Aku sangat tidak suka. Kau ingin Papamu cepat dioperasi atau tidak?" 

Alexia bergegas mengambil tumpukan kain di depannya dan masuk ke dalam kamar mandi. "Umh..." 

Alexander mendengar gumaman Alexia, "Apa lagi?"

"Aku rasa aku harus meminjam jaketmu..."

Alexander menghembuskan napasnya dengan kasar, "Untuk seorang bocah perempuan sepertimu, kau terlalu banyak memint-"

Alexia keluar dari kamar mandi dan menunjukkan kepada Alexander alasan mengapa ia harus meminjam jaket pria menyebalkan tersebut. "Bra-ku basah dan menjiplak dari kaos putih sialan ini, Alexander Wilder. Apakah kau lupa kalau aku ini berjenis kelamin perempuan dan aku memiliki payudara?"

Welcome HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang