Bab 4

169 16 0
                                    

"Kau menghindariku." Kata itu terlontar dari mulut Alexander yang kini sedang berpapasan dengan Alexia di lorong rumah sakit.

Sepenuhnya benar, Alexia memang berusaha menghindari manusia di depannya ini. Sudah seminggu berlalu semenjak operasi tracheostomy papanya berhasil dan papanya kini masih dalam ruang observasi [1] untuk dipantau keadaannya agar dapat memungkinkan melanjutkan kemoterapi [2]  dan imunoterapi [3] terhadap tumor di leher papanya. Selama seminggu itu juga, Alexia tidak ingin bertemu dengan Alexander karena ia takut dan malu untuk berhadapan dengan pria itu; karena pria itu seperti bisa membaca pikiran Alexia, seolah-olah mereka sudah saling mengetahui satu sama lain sejak lama. Aib terbesarnya juga hanya Alexander seorang yang tahu; Alexia mencoba untuk bunuh diri.

"Tidak benar. Jika ada yang ingin aku tanyakan, aku pasti akan mencarimu. Jika kau berpikir begitu, mungkin itu karena aku sedang tidak membutuhkanmu." Jawab Alexia ketus.

"Kau juga tidak membalas pesanku." Tambah Alexander. Pria itu berdiri menjulang tinggi di hadapan Alexia dan jarak mereka bisa terhitung tidak lebih dari satu meter membuat Alexia dapat kembali mencium aroma tubuh yang khas dari pria di depannya. 

"Itu karena kau memberitahukan aku hal yang sudah pasti aku dan keluargaku ketahui; efek samping dari dijalankannya kemoterapi dan imunoterapi. Itu sudah dijelaskan juga secara jelas oleh Suster Olene setelah aku keluar dari ruanganmu tempo hari itu." Jawab Alexia. "Kenapa? Ponselmu sepi? Tidak ada yang mengirimkanmu pesan?" Alexia bertanya mengejek.

Alexander tersenyum miring menanggapi pertanyaan Alexia. "Baiklah. Aku hanya ingin memberitahu bahwa keadaan papamu sudah lebih baik sekarang dan kemoterapinya akan dimulai pada hari esok. Tolong persiapkan segala hal karena efek samping dari obat yang akan dimasukkan ke dalam tubuhnya sangat keras dan minta mamamu untuk memerhatikan dirinya juga. Tadi aku sempat masuk ke dalam ruangan sebentar dan melihat makanan di meja tidak disentuh sama sekali olehnya." Jelas Alexander. "Dan kau... sekarang sudah jam berapa dan kau masih berkeliaran di sekitar rumah sakit ini? Go home, take a rest and come back tomorrow, or you wanna be my patient so bad?" 

"Salahkan peraturan rumah sakit ini kenapa pendamping serta pengunjung pasien terbatas. Aku juga ingin merawat papa dan mamaku di dalam sana. Tapi aku terjebak di luar ruangan itu karena peraturan yang tidak jelas." Alexia menghembuskan napasnya lelah, "Rumahku tidak dekat dengan rumah sakit ini. Kalau sampai ada yang terjadi dengan mereka, harus aku yang pertama kali di sini untuk membantu dan menenangkan mereka... Aku akan pulang ke rumah sebentar lagi, kau tidak perlu khawatir karena aku tidak akan mencuri barang di rumah sakit ini." Gumam Alexia yang sudah tampak tidak tertarik untuk berbicara lagi.

Baru saja Alexia mau melangkahkan kakinya pergi, seorang pria baya berseragam menghampirinya. "Maaf bu, waktu untuk berkunjung sudah habis. Silahkan datang di esok hari lagi ya bu." 

"Oh... Iya pak, kalau begitu saya permisi sebentar ke dalam ruangan untuk pamit ke orang tua saya." Alexia bergegas pergi meninggalkan pria baya berseragam tersebut dan Alexander.

"Tuan Alex juga belum pulang?" 

"Sebentar lagi Pak, masih banyak kerjaan." Alexander tersenyum menanggapi pertanyaan pria baya berseragam yang merupakan anggota security di rumah sakit ini yang sudah bekerja sangat lama seingat Alexander. "Pak Karmin duluan saja, biar saya yang mengantarkan Nona Alexia ke pintu rumah sakit nanti." 

Pak Karmin dengan kumis tipis berwarna abu-abu itu tersenyum tidak enak, ia kemudian mengangguk. "Baik tuan, kalau begitu saya kembali bekerja lagi. Terima kasih tuan, saya duluan." 

"Lanjut, Pak." Alexander membiarkan pria baya tersebut kembali bekerja dan kembali memerhatikan ke pintu ruang observasi keluarga menunggu Alexia keluar dari ruangan tersebut. 

Welcome HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang