"..."
"..."
Alexander pada detik itu memikirkan beribu-ribu hal dan kemungkinan ketika ia mendengar pengakuan Alexia. Alexia hamil dan itu bukan anakku. Is she going to have a family of her own? Is she going to be marry with other man? Alexia... tidur dengan laki-laki lain. Tapi Alexander pandai menyembunyikan apa yang ia sedang pikirkan sekarang. Ia tidak ingin terlihat aneh di depan Alexia. Ia masih ingat dengan kejadian beberapa tahun lalu ketika ia pertama kali bertemu dengan Alexia setelah ia merasa ia telah kehilangan wanita itu. Di pemakaman istrinya, ia bertemu dengan Alexia dan ia berjanji ia tidak akan membiarkan dirinya kehilangan seseorang yang ia sangat peduli karena keegoisannya lagi.
"Anakmu dengan..."
"Anakku dengan pria yang tidur bersamaku–Kota Yiura Suki." Jawab Alexia cepat.
Alexander menangkap kilatan cahaya mata Alexia yang tampak gugup dan takut. Alexander sangat marah. Marah karena ia memutar episode-episode tangan laki-laki lain menelusuri seluruh jengkal tubuh Alexia, memasuki wanita itu dan menanam benih di dalam tubuh Alexia. Tapi sebagai teman Alexia, Alexander tentu saja harus bersikap dengan tenang sebagai teman yang mendengat berita bahwa temannya hamil.
"Selamat." Ucap Alexander kepada Alexia. Alexander tersenyum paksa, "Anak dari keluarga konglomerat, the baby is going to be okay."
Tapi Alexia tidak tersenyum sama sekali. Hal itu membuat Alexander merasa bahwa ia baru saja membuat Alexia sedih.
"..."
"..."
Tiba-tiba mata Alexia berkaca-kaca dan air mata jatuh mengalir begitu saja. Alexia menangis di depannya. Alexia menangis? Alexia sedang menangis!
"Alexia? Did i say something wrong?" Alexander bertanya sangat khawatir dan berhati-hati.
Alexia menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. "Tidak. Bukan apa-apa."
"Mau pergi ke tempat yang lebih sepi? Aku akan mendengarkan dan siap membantu. Sebagai teman, tentu saja."
***
Mereka telah sampai di rumah Alexander yang tidak jauh dari rumah Alexia. Alexander juga memiliki rumah, peninggalan dari almarhum pamannya–dokter Jerald. Alexander sengaja mengajak Alexia ke rumahnya karena Alexander merasa kalau Alexia lebih pantas untuk mengunjungi rumahnya dibandingkan dengan apartemennya yang terasa hampa.
"Aku tidak pernah tau kalau rumah ini milikmu. Kau pernah mengatakan kalau rumahmu tidak jauh dari rumahku tapi aku tidak pernah tau kalau rumah ini milikmu."
Alexander mengerti apa yang dibicarakan oleh Alexia. Rumah besar, mewah dan sangat cantik yang terlihat seperti mansion bergaya rumah Tionghoa modern seperti di film-film Hongkong—adalah rumah yang sedang mereka pijak sekarang. Satu-satunya rumah termewah di komplek perumahan tersebut. Sangat eksentrik dibandingkan rumah mewah lainnya.
"Dulu kecil aku sering bertanya dengan papaku, kenapa kita tidak tinggal di rumah seperti ini juga dan ketika sudah dewasa aku baru mengerti kalau rumah ini—ralat, istana ini tentu saja tidak murah." Alexia tersenyum kecil sambil matanya menelusuri setiap sudut istana tersebut. Ia benar-benar terpukau dengan bentuk rumahnya yang sangat unik dan terlihat sangat mahal.
"Tapi yang paling lengket di otakku ketika setiap kali aku melihat istana ini yang meskipun sangat sangat sangat luar biasa besar tapi rasanya seperti rumah. Aku suka dengan suasananya."
Alexander tersenyum hangat ketika ia mendengar deskripsi singkat Alexia tentang rumahnya. Ia selalu mendapat pujian itu. Tapi sebenarnya yang patut diacungi jempol adalah dokter Jerald. Dialah yang menciptakan mansion megah yang terasa seperti rumah. Semua karena dokter Jerald ingin Alexander tumbuh besar merasakan semua kehangatan yang ada di dunia ini.
"Kau bisa mengunjungiku di sini kapanpun yang kau inginkan." Ujar Alexander kepada Alexia dengan bersungguh-sungguh.
"Benarkah?"
"Kau orang pertama yang kubiarkan menginjak lantai rumah ini—setelah mendiang istriku. Tapi kita tidak pernah tinggal di sini karena dia merasa rumah ini terlalu besar dan ia takut."
Alexia yang sedari tadi tengah menatap dan memperhatikan aquarium ikan-ikan kecil yang terlihat sangat mahal langsung menoleh ke Alexander. "Takut?" Tanya Alexia bingung.
Alexander menatap Alexia dengan tatapan lurus. Alexander berkali-kali menelan ludahnya dengan berat. Setiap kali ia mengingat susunan kejadian-kejadian mimpi buruk tersebut, reaksi Alexander akan menjadi tidak karuan. Jantungnya akan berdegub kencang hingga ia akan kesulitan bernafas. Lalu ia akan panik. Bertahun-tahun ia berusaha untuk menguasai perasaan takut tersebut dan persentase keberhasilan ia dapat menguasai perasaan tersebut semakin meningkat juga tapi tidak pernah benar-benar hilang.
"Kau tidak pernah benar-benar cerita tentang mendiang istrimu kepadaku, Alex. Aku hanya tau ia meninggal karena ia terjatuh dan kepalanya menghantam lantai dengan sangat keras." Ujar Alexia pelan.
"Aku sangat ingin bercerita, Alexia." Ucap Alexander dengan gugup.
"Aku siap mendengarkan ceritamu, Alex. If you think i am worth to hear yours."
"Kita ke sini karena aku ingin tau tentang kehamilanmu. Kenapa malah aku yang harus bercerita?" Alexander menggerutu. Ia tidak bisa menyangkal bahwa Alexia sebenarnya sangat menyebalkan, terkadang.
"Hmm.. begini saja. Kau bercerita duluan, baru aku." Alexia menawar.
Alexander menatap Alexia dengan kesal, "Tidak valid. Kenapa tiba-tiba harus aku duluan?"
Alexia memutar otaknya untuk memikirkan alasan yang tepat. "Eum... karena kau jauh lebih tua dariku...?"
Dahi Alexander berkerut dengan dalam. "Tidak."
"Tidak?"
"Ya, tidak."
"Ya?"
Alexander menghela napas dengan kesal. "Tidak, Alexia."
"Kita bertaruh saja kalau begitu." Alexia menawar lagi. "Kita bermain suit saja."
"Kau seperti anak kecil." Omel Alexander kepada Alexia.
"Yang mendapatkan skor 5, dia yang menang. Jadi yang kalah yang akan bercerita duluan." Jelas Alexia dengan senyumnya yang lebar. Alexander yang melihat senyuman Alexia setelah ia menyaksikan Alexia sempat menangis, hatinya langsung luluh.
"Baiklah. Kau pasti akan kalah, Alexia. Jangan sampai kau menangis." Alexander dengan kepercayaan dirinya yang sangat tinggi tersenyum licik.
Alexander tidak boleh kalah. Alexander harus menang. Karena ia tidak pernah kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome Home
DragosteBASED ON TRUE ACCIDENTS [IN MEMORIAM PAPA SAYA(23/02/1969-17/08/2021) PEJUANG KANKER LIDAH STADIUM 4 SELAMA 5 TAHUN (2016-2021)] SLOW STORY [ADULT 21+] Alexia sering merasa bahwa ia adalah gadis yang paling sial di dunia. Teruntuk pertama kalinya, A...