21

3.6K 316 3
                                    

Sekarang renjun telah mengupaskan buah untuk jaemin yang duduk diatas bangsal nya tanpa berkata apapun sama sekali. Bahkan jaemin sangat yakin sekali perubahan renjun adalah karena dia mengakui semuanya pada pemuda mungil itu. Tapi, perasaan dia tidak mengatakan apapun mengenai jeno yang berselingkuh dengan haechan. Kenapa pemuda mungil itu malah enggan mengatakan sepatah katapun padanya. Bahkan sekarang wajah datarnya yang sangat kental.

"Injunie?" Panggil jaemin.

"Hmm?" Jawab renjun dengan berdehem pada jaemin dan memberikan buah apel yang sudah dia kupas pada jaemin dan langsung di terima oleh jaemin.

"Kau berubah pada hae---" Ucap jaemin terpotong karena ponsel renjun berbunyi dan renjun langsung melihat nama hrvy sang teman saat renjun berada di US beberapa waktu.

"Hallo?" Jawab renjun lalu meletakkan pisau dan buah yang belum selesai di kupas oleh renjun.

"Hai arren sayang. Kau ada dimana?" Ucap hrvy.

"Kenapa bertanya? Apa harus aku menjawabmu." Ucap renjun datar.

"Ayolah arren. Aku sedang berada di Korea saat ini. Kau tidak ingin bertemu denganku?" Ucap hrvy.

"Baiklah. Aku akan bertemu denganmu. Tapi, nanti ya. Aku sedang sibuk." Ucap renjun.

"Sibuk? Kalau begitu aku yang akan mengunjungi mu saja."Ucap hrvy.

"Tunggu sebentar." Ucap renjun lalu menutup speaker ponselnya dan melihat kearah jaemin.

"Kenapa?" Ucap jaemin datar.

"Apa temanku boleh berkunjung kemari?" Ucap renjun datar.

"Baiklah." Ucap jaemin.

"Baiklah. Datang aja kemari. Aku akan mengirim lokasinya padamu." Ucap renjun.

"Baiklah arren, aku juga datang bersama sivon karena dia merindukanmu." Ucap hrvy.

"Baiklah, datang saja dengan istrimu itu." Ketus renjun.

"Kau kesal karena kami lupa mengundangmu?" Ucap hrvy.

"Tidak. Sudahlah. Aku sibuk. Bye." Ucap renjun lalu diapun mematikan ponselnya. Jaemin bahkan tersenyum karena ternyata teman yang menghubungi renjun telah memiliki seorang istri. Baguslah.

Renjun yang menyadari jaemin tengah tersenyum merasa bingung sendiri lalu melihatnya dengan tatapan bingung yang terkesan lucu bagi jaemin.

"Kenapa?" Ucap jaemin.

"Harusnya itu pertanyaan saya. Kenapa kau tersenyum? Apa ada yang lucu?" Ucap renjun bingung.

"Hmm." Ucap jaemin mengangguk.

"Apa?" Ucap renjun penasaran.

"Tadi. Ada tikus di dekat kakimu tapi kau tidak sadar karena sedang menerima telpon." Ucap jaemin yang memang sengaja berniat untuk bercanda.

"Benarkah?!" Kaget renjun lalu naik hingga tidak sadar menduduki perut jaemin karena sangat takut bahkan dia telah memeluk erat leher dominan itu karena sangat takut. Jaemin yang mendapatkan pelukan itu sangat senang sekali.

"Aku hanya bercanda. Kenapa kau malah seperti ini." Tawa jaemin sembari mengelus punggung sempit itu.

"Bercandamu tidak lucu tuan Jung Jaemin." Ucap renjun menatap tepat pada mata jaemin dengan airmata yang lolos dari matanya bahkan tangannya masih melingkar pada leher sang dominan.

"Maafkan aku. Jangan menangis lagi ya? Aku benar-benar menyesal." Ucap jaemin sembari menghapus airmata renjun.

"Kau benar-benar sangat menyebalkan. Jinjja." Ucap renjun kesal dengan wajah yang sangat cantik walaupun dia menangis. Jaemin tersenyum lalu mengelus kepala renjun dan mendekatkan wajahnya pada renjun yang berada diatasnya lalu dua belah benda kenyal beda pemilik itupun menempel dengan sempurna satu sama lain dan renjun sontak saja langsung menerima ciuman itu dan menutup matanya. Bahkan tangan jaemin yang tidak di gips saja sudah melingkar dengan sangat apik di pinggang ramping itu.

My Enemy {jaemren/nohyuck}END✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang