"Pak Ali tolong buka gerbangnya!"
Pak Ali selaku satpam pun berjengit kaget ketika teriakan terdengar. Masalahnya bukan hanya satu dua siswa melainkan satu angkatan yang berteriak bersahutan.
"Masya Allah anak-anak! Upacara sudah hampir selesai dan kalian baru datang? Janjian telat apa gimana?"
"Pak tolongin dong buka, duh susah pak dijelasinnya mah." Mohon Senja dengan wajah memelas.
Pak Ali pun mau tidak mau membukakan gerbang, satu persatu murid kelas 12 itu pun memasuki area sekolah.
"Makasih pak, aduh baik banget mana saya lagi pilek pak Ali pengertian banget!" Ujar Maudy memberikan dua jempolnya.
Raden yang sudah sedikit menjauh dari Maudy pun langsung berbalik dan meraih pergangan tangan Maudy, mengajak gadis itu untuk berlari kecil menuju lapangan.
"Ayo cepetan." Maudy masih dalam kondisi mood yang buruk namun tetap menampilkan senyuman hangatnya pada Raden.
Maudy mungkin bisa bersaing dengan banyak gadis demi mendapatkan Raden, tapi ia tidak bisa bersaing dengan gadis yang Raden sukai.
"Haaah.." Maudy mendesah lesu dan ia pun menghentikan langkah untuk berjongkok membuat Raden tentu saja ikut terhenti.
Raden melihat teman-temannya yang lain sudah memasuki lapangan, maka ia ikut berjongkok didepan Maudy lalu memiringkan kepala nya untuk menatap wajah gadis itu.
"Maudy? Kenapa? Pusing ya?" Tanya Raden, mengusap wajah Maudy yang terlihat lesu.
Maudy menggeleng dan langsung berdiri diikuti oleh Raden. "Seriusan gapapa? Gue anterin ke uks dulu ya?" Tawar Raden yang dibalas gelengan.
"Gausah, yang lain pasti bakal kena hukum masa gue enak-enakan diuks? Engga ah ayo Den!"
Ia tau jika Maudy tidak suka dipaksa, maka Raden pun hanya mengangguk sebagai respon dan langsung menautkan jemarinya pada jemari Maudy.
🖤🤍🖤
D
isinilah angkatan kelas 12 berada, dilapangan dengan posisi menghadap matahari. Barisan pun dibuat perkelas.
Sementara sejak 20 menit yang lalu, Pak Bagas selaku guru bk pun tak henti-hentinya berkoar dengan suara keras.
"Aduh ingus gue cair, sialan." Dengus Maudy menahan pening karena pilek yang ia alami.
Gino yang berada disamping Maudy pun menoleh tidak peduli dan kembali menatap ujung sepatunya.
"HORMAT KETIANG BENDERA SAMPAI JAM PELAJARAN KEDUA SELESAI!"
"Anjing." Umpat Haikal pelan, berdecak kesal karena hukuman itu pasti akan membuat kulitnya lebih gelap.
"Tinggal bilang sampe istirahat kali ah!" Decak Oliv mengacak rambutnya frustasi.
Melihat rambut Oliv yang berantakan, Azriel pun menatap depan sejenak sebelum mengulurkan tangan untuk merapikan surai hitam gadis itu.
"Udah cantik, gausah diacak-acak." Bisik Azriel.
Akhirnya semua nya pun pasrah untuk menjalani hukuman. Bagaimana bisa satu angkatan kena kesialan yang sama bahkan ini dihari senin?
Jadi, mereka semua tertipu dengan satu pesan yang mengatakan jika sekolah libur selama dua hari digrup angkatan. Tentu saja itu membuat senang.
Namun, ketika mereka mengecek ponsel ada spam chat pukul 7 pagi mengatakan jika maksud dari libur dua hari itu ya sabtu dan minggu. Tentu saja itu membuat heboh dan sumpah serapah langsung memenuhi room chat grup.
"Fathan goblok, ngerjain nya seangkatan anjir." Geram Haikal berusaha mengatur nafasnya.
"Ya lagian gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba libur. Mana gak ada keterangan dari sekolah, ini sih kita yang nya yang bego." Sahut Darel pada Haikal.
"Lo bego." Balas Haikal lagi.
"Udah kek lo berdua, liat tuh mata Pak Bagas kayak yang mau keluar dari tempat nya." Tegur Raden.
Maudy berdecak, menoleh kekanan dan kekiri lalu langsung berjongkok untuk berlindung dari sinar matahari.
Gino mengernyit dengan wajah malas, menunduk melihat Maudy yang benar-benar butuh ketoilet, ya mungkin untuk membuang ingusnya.
Tangannya bergerak menuju saku dan mengambil sapu tangan miliknya dari sana. "Cebol." Panggil Gino pada Maudy.
Maudy mendongak dan berdecak malas pada pemuda itu. "Apaan, mau ngaduin gue? Sono aduin." Ketusnya.
"Suudzon mulu jadi orang, nih pake buat buang ingus lo tuh. Tapi jangan lupa dicuci awas aja." Nada bicara Gino mungkin terdengar ketus dan tidak bersahabat, tapi tidak dengan perlakuan nya saat ini.
"Gamau, lo jahat." Ujar Maudy.
Gino mendesis dan langsung menjitak kening Maudy dengan tangan nya yang bebas. "Ambil, gue gamau ada ingus dibarisan." Paksa Gino.
Maudy menangkap sapu tangan yang Gino berikan padanya, ia pun menunduk dan langsung membuang ingusnya. Bodo amat dengan rasa malu, yang penting ia bisa membuang ingus.
Setelah beres, Maudy langsung berdiri dan hormat ketiang bendera seperti yang teman-temannya lakukan saat ini.
"Sapu tangan lo harum, pake apaan apa?" Bisik Maudy pada Gino.
"Sajen."
"Becanda mulu!" Kesal Maudy. "Gue beri ingus juga lo!"
Gino menampilkan ekspresi jijiknya pada Maudy lalu menjauh dua langkah darinya. "Gucci Bloom Eau De Parfum."
Maudy sontak terbatuk mendengar penuturan Gino. Pelajar gila mana yang menggunakan parfum 1 jutaan kesekolah?!
"Anjrit? Orang kaya lo? Gue kira gelandangan."
Entah memuji atau menghina, tapi Gino hanya merotasikan bola matanya malas mendengar ucapan Maudy.
Beruntung pak Bagas sudah tidak berdiri disana membuat beberapa murid berani untuk saling berbincang, contohnya ya Gino dan Maudy.
"Oh iya.." Gino menoleh sebentar dengan satu alis terangkat.
Maudy menoleh padanya dan mengangkat sapu tangan yang ia berikan. "Makasih, besok gue balikin abis gue cuci."
Gino mengangguk, Maudy tersenyum tipis. Gino memang tidak seburuk itu, hanya tingkah nya saja yang kadang menyebalkan-
"Gajadi, buat lo aja. Kalau gamau ya buang, gue ogah make sapu tangan bekas ingus lo."
Maudy meralat ucapannya, Gino sangat menyebalkan.
- TBC -
.
.
.
Asik juga dihukum barengan🤓
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] 8TEEN
Fanfiction𝐁𝐋𝐀𝐂𝐊𝐏𝐈𝐍𝐊 𝐟𝐭 𝐁𝐎𝐘𝐒 Apa yang empat gadis ini lakukan dimasa putih abu-abu nya? Memiliki kekasih lalu merubah hidup menjadi genre romance? Atau menikmati hidup dengan kadar kewarasan sedikit menjadikan hidup genre comedy? Start : 19 agus...