💌 8TEEN - 17

4.5K 901 291
                                    

Senyum Kiara mengembang ketika seseorang yang ia tunggu kehadirannya akhirnya tiba didepan gerbang.

"Tumben make beat? Moge lo kemana?" Tanya Kiara pada Dewa.

Dewa tersenyum hingga lesung pipi nya terlihat. "Disita, bunda ngambek gara-gara gue kemarin hampir kecelakaam jadi lah disuruh make motornya." Jelas Dewa.

"Oiya, nih buat lo dari bunda. Have fun ya Ki!" Kiara menerima bungkusan berisi cookies buatan bunda Dewa, tante Maya.

"Wahh bilang makasih ya buat tante Maya." Girang Kiara tersenyum hangat pada Dewa.

Dewa mengangguk, sejenak ia berpikir sampai akhirnya ingat apa yang ingin ia sampaikan pada gadis didepannya ini.

"Ah ya! Kata kak Deka, minggu depan ada kegiatan lagi. Lo bisa gak? Kalau gak bisa nanti biar gue bilang sama yang lain."

"Ih mau dong! Dimana?"

"Rumah sakit kanker Pelita. Kemarin pihak rumah sakit minta kak Deka katanya bisa gak kita ngehibur pasien disana supaya mereka gak terlalu tertekan? Yaudah kak Deka iyain, tapi beneran lo bisa?"

Kiara mengangguk yakin dan menepuk pundak Dewa, menatap netra pemuda itu tajam. "Kapan gue gak serius?" Tanya nya membuat Dewa terkikik geli.

"Baguslah. Tapi cowo lo-"

"Ck, dia bukan cowo gue Dewa! Berapa kali sih harus gue kasih tau?" Sela Kiara tidak senang.

Darel selalu berprasangka buruk jika Kiara pergi tanpa dirinya, padahal tanpa pemuda itu tau, Kiara dengan teman-temannya dari sekolah lain itu membentuk semacam band yang bertujuan untuk menghibur para pasien dirumah sakit.

Membawakan lagu ceria agar para pasien tidak tertekan dan mengembalikan semangat berjuang para pasien untuk yakin jika mereka akan kembali sembuh.

"Tapi dia ngeliat gue kayak gue itu pedofil yang mau nyulik anak kecil." Bisik Dewa membuat Kiara berbalik.

Disana, Darel menatap nya dan Dewa sangat tajam, jika ini kartun mungkin dibelakang Darel sudah ada kabut hitam pekat yang terlihat.

"Eh ya, kenapa lo gak sekolah deh?" Tanya Kiara, seakan tatapan Darel tidak berarti apa-apa.

"Hari ini izi mau keluar kota kerumah eyang, makanya gak sekolah."

"Loh? Yaudah kalau gitu lo pergi, ntar ditinggal keluarga lo nangis lagi!" Canda Kiara membuat kekehan ringan keluar dari bibir Dewa.

"Yaudah, hati-hati ya Ki. Gue duluan!" Pamit Dewa yang dibalas anggukan oleh Kiara.

"Dah!"

Seperginya Dewa, Kiara mendengus dan langsung berbalik. Benar saja, Darel berjalan kearahnya dan menghadang langkah Kiara yang ingin pergi menjauh.

"Kiara, biarin gue ngomong sebentar sama lo." Pinta Darel melembutkan tatapannya.

Kiara itu keras, tapi Darel lebih keras. Namun pemuda itu berusaha menekan ego nya agar masalah dengan Kiara dapat selesai tanpa permasalahan yang panjang dan rumit.

"Minggir, lo ganggu." Desis Kiara sinis.

Darel dengan tubuh jangkungnya bergerak kekanan dan kekiri mengikuti pergerakan Kiara agar gadis itu tidak lepas begitu saja.

"Gue minta maaf." Ujar Darel menghela nafas panjang.

"Kata maaf gak ada artinya buat lo. Hari ini minta maaf besok nya ngulangin lagi, basi." Balas Kiara tajam.

Mendengar itu Darel mengulum bibirnya berusaha menahan emosi, ia tidak mau kelepasan membentak Kiara apalagi sampai menyakitinya.

"Ki.. Gue serius. Gue harus apa biar lo maafin gue?"

[✔] 8TEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang