💌 8TEEN - 22

4.4K 828 275
                                    

"SAMPEEE! AKH PANTAT GUE PANAS BANGET ANJIR!" Seru Oliv ketika mereka sudah sampai ditempat camping.

"Masih jalan kedalam hutan dulu kali Liv." Celetuk Haikal membuat mata Oliv melotot.

"Yang bener aja lo?! Zril, bener?" Azriel mengangguk membuat Oliv mendesah kecewa, ia benar-benar lelah saat ini.

Azriel pun langsung menggandeng tangan Oliv dan mereka pun mulai mengikuti rombongan untuk berjalan sampai ketujuan.

Kiara dengan kedua tangan yang dimasukan kedalam saku jaketnya pun menyenggol pinggang Darel dengan sikutnya.

"Gak mati kan jalan sejam?"

Translate : Lo gapapa kan kalau jalan selama itu?

Darel menggeleng. "Engga kok, udah agak mendingan. Ayo Ki." Ajak Darel mengulurkan tangan nya pada Kiara.

Kiara melirik tangan Darel, dan enggan bergandengan. Ia pun memilih untuk berjalan didepan cowo itu masih dengan kedua tangan yang dimasukan kedalam saku.

Tapi..

"Sial, sini cepet! Kalau pingsan ntar berabe lagi!" Ketus Kiara, ia lebih dulu lah yang mengeluarkan tangan dari saku lalu menggandeng Darel untuk berjalan bersama.

Senyum tipis Darel tercetak, Kiara si tsundere satu ini.

🤍🖤🤍

Entah ini suatu keberuntungan atau tidak, Gino dan Maudy berjalan dibarisan yang sama karena Raden ditunjuk untuk mengarahkan perjalanan mereka didepan bersama guru pendamping yang ikut dalam camping ini.

"Lo cape?" Tanya Gino pada Maudy yang terlihat kelelahan.

Maudy menoleh dan menggeleng, padahal ia sudah sangat lelah sekarang tapi ya mau bagaimana lagi? Kalau mengeluh, yang lain juga pasti sama lelahnya.

Sret

"Eh anj-"

Gino langsung menahan pergelangan tangan Maudy ketika gadis itu tersandung oleh akar pohon, untung saja kalau tidak bisa-bisa Maudy jatuh dan malu sekarang.

"Mata lo dipake, akar segede itu aja gak keliatan." Sewot Gino membantu Maudy untuk berdiri dengan benar.

"Ya santai dong? Namanya gak keliatan ya gimana?!" Kesal Maudy, terbawa emosi karena kelelahan.

Gino mendengus dan melepaskan tangannya dari Maudy ketika gadis itu yang lebih dulu menepis tangannya.

"Apaansi pegang-pegang.." Sinis Maudy dan mengusap pegangan tangannya.

"Masih untung gue tolongin." Jengah Gino dengan lirikan khas nya kearah gadis yang ia sukai itu.

Sangat lelah, Maudy akhirnya memilih untuk berjongkok sebentar sementara Gino yang merasa aneh pun langsung membalikan tubuhnya dan berjalan menghampiri Maudy.

"Lebay banget lo, temen lo aja kuat masa lo engga? Sini cepet!" Ketus Gino mengulurkan tangannya pada Maudy.

Maudy mendongak dengan wajah tidak suka nya. "Iya gue lebay! Kenapa? Ada ngaruh nya sama lo? Engga kan? Sana gih! Enek gue liat muka lo." Usir Maudy mengibaskan tangannya.

Raut wajah Gino tetap datar, ia pun menarik tangannya dan memasukan kedalam saku. "Yaudah, kalau lo diculik sama setan bukan salah gue. Gue udah berniat baik buat bantuin lo." Intonasi datar pun dengan rautnya membuat Maudy bergidik ngeri.

"Argh! Modus lo! Suka lo sama gue hah?" Hardik Maudy menarik jaket Gino sebagai bantuan berdirinya.

Gino sedikit oleng dan langsung menarik tali tas punggung Maudy agar berjalan bersamanya. "Gausah kepedean, seganteng gue gak akan seimbang sama cewe kucel kayak lo."

"Apaansih?!" Maudy menepis tangan Gino dari tali tasnya, membuat ia pun terpaksa menerima gandengan dari cowo tengil ini.

Tanpa Maudy sadari, Gino tersenyum kecil karena dapat menggenggam tangan nya. Sekali lagi, Gino berharap agar ia tidak terlalu jauh dalam memiliki perasaan pada kekasih sahabatnya sendiri.

🤍🖤🤍

"

Biar gak ilang, ntar kalo ilang gue susah nyari gantinya." Ujar Haikal sambil meraih jemari Senja untuk digenggam.

Senja berdecih lalu menyentil kening Haikal. "Cewe cantik banyak tuh apalagi adkel."

"Yang cantik sih emang banyak, tapi yang klop dihati mah cuma Senjana. Ciaattt baper gak lo?!" Senja tertawa karena tingkah random Haikal, kadang sweet dan kadang menyebalkan.

Namun tawa Senja terhenti ketika melihat presensi Maudy dan Gino didepan yang sana yang sedang bergandengan.

"Mereka ngapain sih gandengan? Maudy nyadar gak sih dia udah punya Raden?" Monolog Senja.

"Kenapa Ja?"

"Itu." Haikal pun mengikuti arah yang Senja beritahu, matanya sedikit melebar karena melihat Gino dan Maudy bergandengan.

"Gino gatel banget anjing sama cewe Raden, emang udah curiga dari lama sih gue."

"Curiga gimana?" Bingung Senja, mereka masih berjalan pelan mengekori Maudy dan Gino.

Haikal menghela nafasnya panjang lalu menggerakan dagu kearah kedua orang didepan sana. "Gino tuh katanya suka sama Kiara, tapi gelagatnya bukan kayak orang suka."

"Hah? Gino suka Kiara?" Kaget Senja.

"Gue sih gak percaya. Gino malah keliatan caper nya sama Maudy bukan Kiara, gue cowo dan gue tau tatapan yang Gino kasih ke Maudy itu beda."

"Beda gimana?"

"Lo ngerti gak sih yang cuma dikasih ke cewe yang dia suka. Misal, kayak gue natap lo, nah tatapan itu gak gue kasih ke cewe lain."

Senja terdiam dan langsung paham apa yang Haikal maksud. "Terus gimana-"

"Ya kita harus jauhin Gino sama Maudy sebelum Gino nya gelap mata dan nikung Raden."

Sesuatu akan terjadi, dan hal itu tidak bissa dicegah. Senja tau hal itu. "Nyaman itu karna terbiasa. Cinta bisa datang kapan aja dan kesiapa aja."

Haikal mengangguk. "Kalau makin lama dibiarin, ini sih antara Raden yang harus ngelepas Maudy atau Maudy yang harus ngelepas Raden."


- TBC -

.

.

.

Setelah dipikir-pikir, aku milih buat manjangin cerita ini dengan nambahin beberapa chapter, kalian gak bosen kan?


[✔] 8TEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang