💌 8TEEN - 19

4.1K 830 162
                                    

"Lo apa?" Senja mendadak linglung ketika Haikal berkata, jika dirinya suka pada Senja.

Senja tremor, membuat Haikal melihat genggaman mereka lalu terkekeh ringan. "Tangan lo tremor, mendadak banget ya?"

"Ehm.."

"Gue suka sama lo Senja, gue gapapa kalau lo gak suka balik sama gue tapi please jangan ngejauh ya?" Mohon Haikal dengan tatapan memelas.

Tidak tau saja Haikal jika Senja sudah ingin menjerit sekuat-kuatnya, mana mungkin seorang Gladis Senjana MENJAUHI GEBETAN DARI KELAS 10 NYA?!

Oho tentu saja tidak mungkin. Senja menarik nafas panjang lalu menghadapkan tubuhnya pada Haikal.

"Ngapain gue ngejauh dari lo?"

"Karena lo gak suka balik sama gue terus risih?" Ingin tertawa saja Senja rasanya.

Senja yang berniat melepaskan genggaman mereka ditahan oleh Haikal, lekaki itu menggeleng dengan wajah tertekuk. "Ih jangan dilepas atuh Ja, gamau.."

"Kal, liat deh kita ditinggalin." Senja sengaja merubah topik, dan Haikal sadar akan hal itu.

"Jangan ngerubah topik dong Ja, ini gimanaaa gue suka sama looooo!"

"Ya gak gimana-gimana?"

"Jawab dulu, lo serius gak akan ngejauh dari gue kan?" Tuntut Haikal, berusaha menatap netra teduh milih Senja sementara gadis itu menghindari kontak mata dengannya.

Senja pun akhirnya berhasil melepaskan genggaman Haikal, berjalan mundur dengan kedua tangan dibelakang.

"Gimana ya Kal?"

Wajah sendu Haikal membuat Senja tertawa tapi juga kasian disaat yang bersamaan. "Engga lah, gue gak mungkin kali ngejauh dari lo disaat gue lebih dulu suka sama lo."

Mendengar pengakuan Senja, kepala Haikal yang semula tertunduk langsung terangkat. Ia termenung dan langsung melebarkan matanya ketika sadar.

"Lo suka sama gue? Jadi gue gak bertepuk sebelah tangan nih?" Tanya Haikal antusias yang dibalas anggukan oleh sang gadis.

"So, kita pacaran kan?" Tanya Haikal lagi, tapi malah mendapat gelengan dari Senja membuat wajahnya kembali murung. "Kok gitu?"

"Lomba lari keujung yuk? Kalau lo duluan sampe kita pacaran, tapi kalau engga-"

"DADAH CAPAR, GUE LARI DULUAN!" Seru Haikal dan berlari lebih dulu sebelum Senja menyelesaikan perkataannya.

Melihat tingkah kekanakan Haikal, Senja terbahak dan ikut berlari menyusul pemuda itu. "Curang! Belun ngitung!"

"Bodo amat, wle!"

🖤🤍🖤

"Senja mana sih anjrit? Main ilang aja tuh anak mentang-mentang dibebasin kemana aja." Cerocos Oliv yang berjalan bersama Maudy dan Kiara.

Kiara anteng sekali sambil mengunyah cookies buatan bunda Dewa, berbeda dari Maudy yang celingak-celinguk mencari keberadaan Raden.

"Bagi Ki." Kiara menyodorkan bungkusan berisi cookies itu pada Oliv tanpa bicara.

"Eh Dy, lo pernah mikir gak sih kalau Gino suka sama lo?" Tanya Oliv yang membuat bukan hanya Maudy tapi Kiara juga menoleh.

Berjalan menyusuri kebun teh setelah beberapa penjelasan dari guru tadi, mereka menikmati udara dingin serta segarnya pemandangan hijau yang menyegarkan mata.

"Lo mabok darat ya? Ngaco banget kalau ngomong." Sewot Maudy dan memasukan ponsel nya kedalam saku mantel.

Oliv berdecak. "Mata gabisa bohong, beberapa kali gue ngeliat Gino kedapatan natep lo terus."

"Gino juga punya mata kali Liv, lagian kan lo berdua sekelas sama dia." Sahut Kiara, setelah berhari-hari akhirnya kesensian Kiara mulai berkurang.

"Kalau semisal bener Gino suka sama lo, gimana?"

"Gimana apanya?"

"Ya respon lo? Gino ganteng banget gitu, anak orang kaya lagi tau sendiri bapak nya pejabat, terus juga kece abis gaya nya."

Maudy dan Kiara mendelik jengah dengan ucapan Oliv. "Ya kenapa gak lo aja yang pacarin Gino?" Maudy terkekeh ketika Kiata melontarkan pertanyaan tersebut pada Oliv.

Oliv mendengus dan kembali mengambil cookies milik Kiara. "Ya kan gue nanya, lo gak demen gitu sama orang yang nyaris sempurna kayak Gino?"

"Dia ganteng loh Dy." Kompor Oliv lagi.

Maudy menghela nafas panjang, menggigil dingin karena ini berada dipuncak. "Kalau gue ngeliat tampang dari awal, gak akan gue nekat confess dikantin. Mikir bego." Sarkas Maudy.

"Yaaa gimana ya? Raden sama Gino-"

"Bisa gak gausah bandingin Raden sama Gino? Gue suka nya sama Raden bukan Gino, kalau sejak awal gue ngeliat fisik gue bisa aja nyari yang lebih dari Gino sekalian. Tapi dimata gue cuma ada Raden, gak ada orang lain." Tekan Maudy membuat Kiara dan Oliv terdiam, Maudy jika sudah serius benar-benar menyeramkan.

Kesal, akhirnya Maudy memilih pergi dari Kiara dan Oliv.

"Anjrit marah banget ya Maudy?" Panik Oliv.

Kiara merotasikan matanya lalu menatap Oliv jengah. "Siapa yang gak marah kalau pacar sendiri dibandingin dan dianggap remeh sama orang lain?"

Tidak hanya kali ini, beberapa kali Maudy memergoki orang yang membandingkan antara Raden dan Gino.

Siapa yang paling cocok lah.

Siapa yang paling goals lah.

"Halah bajingan, orang-orang gabisa ngertiin perasaan gue." Maki Maudy.


- TBC -

.

.

.

Yaampun Dy gausah ngamuk gitu🥺


[✔] 8TEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang