💌 8TEEN - 29

4.7K 743 291
                                    

"Gue pengen lo menghilang dari kehidupan Maudy, salah kalau gue ngarepin hal itu?"

"Lo bakal dapetin kemauan lo."

Gino memutar bolpoin dengan jemarinya, memangku pipi berussna fokus mendengarkan penjelasan tentang atom didepan sana.

Matanya perlahan melirik kearah Maudy, gadis itu masih segar dan sesekali mencoreg buku paket nya untuk ia rangkum, senyum Gino terlukis sangat tipis, Maudy gadis yang rajin ia suka dengan hal itu.

Azriel menoleh pada Gino lalu menendang kursi temannya itu. "Mata lo, gausah gatel jadi cowo." Desis nya tidak suka.

"Lo terlalu ikut campur."

"Apa bedanya sama lo yang ikut campur di hubungan mereka berdua?" Skak, Azriel selalu mampu membungkam mulut Gino setelah Raden.

Gino berdecak kasar dan mengalihkan wajahnya kearah lain. Ia harus memikirkan bagaimana cara agar Maudy beralih dari Raden.

"Pelajaran aja gak dipikirin, cara ngerebut cewe orang lo pikirin, sinting emang." sindir Azriel, Gino memejamkan matanya agar tidak tersulut emosi dengan setiap perkataan Azriel.

Tiba-tiba, ditengah itu semua Maudy mengangkat tabgannya. "Pak, saya izin keuks boleh?"

"Kamu sakit, Maudy?"

"Ngerasa demam sih pak, boleh gak?"

"Yasudah, silahkan ke uks."

Maudy pun membereskan semua alat tulis nya, merapikan rok sekolahnya dan kemudian beranjak pergi keluar kelas.

Sesampai diruang kesehatan, rupanya kak Arum selaku perawat pun tidak ada membuat Maudy langsung menyikap tirai, melepaskan sepatu lalu berbaring disana.

Sampai sekitar 15 menit, terdengar bunyi ketukan pintu dan langkah kaki seseorang memasuki ruang kesehatan.

Tok tok

"Maudy? Tumben?"

Maudy membuka matanya, Raden menatapnya khawatir dan langsung meraba kening Maudy serta menyisir rambut halus yang menganggu.

"Kangen.." Cicit Maudy, menarik almameter Raden lalu memeluk pemuda itu erat.

Raden pun menarik kursi agar ia tidak kesulitan saat Maudy memeluknya. "Beneran sakit apa gimana nih? Perasaan tadi pagi baik-baik aja?" Tanya Raden mengeratkan pelukannya pada Maudy, gadis itu pun nyaman menaruh dagu dipundak nya sambil memejamkan mata.

"Ih kamu rasa aja sendiri, emangnya aku tukang bolos apa? Sebenernya udah dari pagi sih ngerasa demam."

Raden melihat kejendela, langit sangat gelap pertanda hujan akan turun. Cuaca juga sangat dingin. "Bentar, lepas dulu."

Maudy menggeleng dan semakin memeluk Raden. "Gamau gamau, apasih!"

"Ini aku mau matiin kipas angin nya. Nanti kamu kedinginan terus makin sakit." Ujar Raden mengelus tempurung kepala Maudy yang untungnya langsung gadis itu turuti.

Raden pun menarik tirai agar brankar Maudy tertutupi. "Aku buatin teh anget, abis ini aku langsung kekelas gapapa kan?"

"Gapapa, anak teladan gaboleh ngebolos cuma demi cewe nya yang lagi sakit." Balas Maudy membuat Raden terkekeh, manisnya.

"Aku kirain kamu bakal marah."

"Sweet sih emang kalau lagi sakit ditungguin kayak difilm-film gitu, tapi balik lagi kerealita, kamu harus belajar apalagi kita kelas akhir." Tutur Maudy.

Raden pun membuat teh hangat untuk Maudy lalu mengambil obat untuk gadis itu minum. Setelah memastikan Maudy meminum obat nya, Raden pun bersiap untuk kembali kekelas.

[✔] 8TEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang