💌 8TEEN - 26

4.1K 719 147
                                    

Plak!

Azriel menahan semua temannya yang langsung berdiri kala Haikal mendapat tamparan dari sang ayah, yang kembali setelah mendapat kabar jika putri kecilnya sudah berpulang.

Disana, Haikal hanya diam. Tatapan matanya kosong, wajah nya yang biasa menampilkan ekspresi ceria juga menyebalkan sekarang seakan menghilang digantikan dengan wajah dingin dan muram.

"Kenapa kamu gak pernah bicara soal ini, Haikal?" Tanya Amira, sang bunda yang terlihat jelas sekali jika beliau kecewa berat pada si sulung.

Haikal memejamkan matanya ketika Reoga menarik kerah kemeja hitam yang ia kenakan. "Seharusnya kamu bicara sejak awal." Begitu menusuk, tatapan bahkan ucapan Reoga seakan dapat membunuh Haikal saat itu juga.

Shena meneguk ludahnya kasar, Reoga mengangkat tangan hendak kembali melayangkan tamparan namun ia langsung berlari dan menahan pergerakan Reoga saat itu juga.

Suasana ruang tengah dirumah Haikal benar-benar menegangkan. Apalagi Reoga yang saat awal datang langsung menyeret Haikal untuk ia berikan tamparan.

"Om! Om jangan pukul Haikal!" Seru Shena, melirik Haikal yang menggeleng pelan padanya.

"Shena, biarin. Gue pantes kok digampar sama ayah." Bisik Haikal yang membuat nyali Shena terkumpul, ia tidak terima jika sahabat kecil nya itu mendapat perlakuan kasar.

"Karena kamu, Alea meninggal." Celetuk Amira.

"Alea pergi karena udah takdirnya tan! Dia sakit, harusnya kalian sebagai orangtua nyadar ada yang salah sama Alea sejak kecil! Dia sering sakit-sakitan tapi kalian lebih mentingin kerjaan. Sekarang yang harus disalahin siapa? Haikal? Engga! Dia yang ngerawat bahkan banting tulang untuk biaya pengobatan Alea selama beberapa tahun belakangan!"

Shena berani untuk berbicara lantang untuk membela Haikal, ia yang selama ini berada disisi pemuda itu. Jadi ia tau, sakit dan senang nya Haikal, mereka melewatinya bersama demi Alea.

"Shea.." Haikal meraih tangan Shea agar gadis itu tidak menyembunyikan presensinya dari orangtua nya.

"Diem! Lo diem!" Bentak Shea menghempaskan tangannya agar Haikal berhenti menarik nya mundur.

"Bahkan ketika Alea selalu ngeluh kepala nya sakit kalian cuma ngasih obat panas padahal penyakit dia lebih dari itu! Waktu percerain om sama tante, kalian malah lempar-lemparan hak asuh sampai akhirnya Haikal sama Alea lebih milih misah. Sekarang tau kan siapa yang paling bersalah disini?"

Semua terdiam mendengar penjabaran Shea, terutama Senja. Ia tercenung sejak awal karena Shea sangat mengerti semua tentang Haikal lebih dari dirinya.

Bahkan Shea tidak takut jika saja Reoga ikut melayangkan tamparan padanya karena berani membela Haikal bahkan membentak.

"Penyebab meninggal nya Alea itu karena leukimia bukan Haikal. Kalau aja kalian lebih peka sama kondisi Alea, mungkin Alea masih bisa sedikit bertahan sampai saat ini." Shea mengakhiri perkataannya, tatapan sinis dan benci menjadi satu menatap kedua orang tua Haikal saat ini.

"Kalau kalian masih ada hati dan sayang sama Alea, lebih baik kalian minta maaf ke Alea sekarang!" Secara tidak langsung, Shea mengusir keberadaan Reoga dan Amira.

Reoga dan Amira langsung pergi, sebelum itu Haikal dan Amira sempat bersitatap sebelum akhirnya sang bunda lah yang lebih dulu memutuskan kontak mata diantara mereka.

"Haikal!" Semua langsung berlari kearah Haikal ketika pemuda itu ambruk dengan memegang tangan Shea.

Shea membulatkan matanya, sontak berjongkok dan mengusap tangan Haikal. "Kal! Anjir jangan gini dong! Gue gak punya siapa-siapa lagi selain lo."

[✔] 8TEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang