💌 8TEEN - 23

4.6K 851 268
                                    

"Maudy, Gino?"

Maudy langsung melepaskan genggaman Gino ketika mereka sampai ditempat camping karena Raden yang tiba-tiba datang.

Raden melirik sejenak kearah Gino yang hanya memasang wajah datar. "Cewe lo cape, ya gue bantuin dari pada ketinggalan." Jelas Gino dan berlalu begitu saja.

Maudy menjadi canggung sendiri, ia pun menatap Raden takut-takut sementara yang ditatap hanya menghela nafas panjang.

Cemburu sih, tapi ia kan juga salah karena meninggalkan Maudy begitu saja.

"Raden, maaf.."

"Gapapa sayang. Sini, cape ya? Taruh tas dulu yuk?" Senyum Maudy merekah, Raden pun melepaskan tas punggung Maudy agar berpindah ketangannya.

"Muka nya sampe pucet gitu, beneran gapapa Dy?"

Gino berdecih dan bergabung bersama Azriel yang tengah memasang tenda. Azriel yang dihampiri oleh Gino pun mengernyit melihat wajah kusut sahabat gila nya itu.

"Muka lo udah jelek gausah makin dijelekin." Hina Azriel.

Azriel bingung kenapa Gino sejak tadi menatap kearah yang sama terus-menerus membuatnya penasaran dan akhirnya ikut melihat hal yang Gino lihat.

Disana, Raden tengah membangun tenda untuk Maudy dan ketiga temannya. Dengan Maudy yang sesekali mengusap kening Raden yang mengeluarkan keringat.

"Kalau lo nyari celah buat nikung, gak bakal ada. Raden bukan cowo brengsek yang bisa lo jadiin bahan tuduhan ke Maudy." Tegur Azriel membuat Gino menoleh.

"Lo ngomong apasih?"

"Gino." Azriel pun menyelesaikan pekerjaannya lalu membasuh dengan sebotol air. "Kalau sampai lo ngerusak hubungan mereka, mending lo keluar aja dari Eros."

"Gue sama Darel gak nerima pengkhianat soalnya." Tohok Azriel dan pergi berlalu begitu saja membantu teman yang lain.

Gino mengepalkan tangannya, menenggelamkan kepala diantara kedua lutut. Kenapa semua jadi menyudutkan nya seperti ini? Apa menyukai Maudy merupakan dosa yang besar?

"Iya, gue harus lupain Maudy.. Harus."

🤍🖤🤍

Malam yang dingin dan ramai ini tidak membuat Kiara merasa tenang, ia selalu mencuri pandang kearah tenda kesehatan dimana Darel tengah tertidur setelah diberi obat oleh anggota pmr.

"Gue duluan." Pamit Kiara pada ketiga temannya.

"Hoe! Ini jagung lo Ki-"

"Buat lo aja Liv!"

Oliv tersenyum kemenangan. "Ya emang mau gue embat sih sebenernya."

"Yeeeuhhh!" Senja dan Maudy kompak menoyor Oliv yang mendapatkan dua jagung bakar sekaligus.

Kembali ke Kiara, ia masuk begitu saja ketenda kesehatan dan duduk dikursi menunggu Darel terbangun dari tidurnya.

"Gue udah gak marah sama lo."

"Tapi lo nya tengil banget, gue jadi males buat balik kayak dulu."

"Bisa sih balik kayak dulu, asal lo nya gak ngekang gue. Gue mau jadi cewe lo, asal lo nya bisa berubah."

"Ya.. Tapi emang apasih yang bisa berubah dari lo? Dari dulu gitu-gitu aja."

"Tolol lo anjing."

Kiara mengoceh sendiri bahkan memaki Darel, mumpung pemuda itu tengah terlelap. Sejak ia dan Darel duduk bersama di bus, Kiara mulai bisa menerima kehadiran sahabat kecil nya itu secara perlahan.

"Kasar banget mulutnya." Kiara tersentak ketika Darel membuka matanya dan menjadikan lengan nya sebagai bantalan.

"Sial, lo denger?"

Darel terkekeh dan mengangguk, Kiara berdecak. Ia malu, tapi tetap bersikap ketus membuat Darel yang melihat itu merasa gemas sendiri.

"Kalau gue mau berubah buat lo, lo beneran mau jadi cewe gue?" Tanya Darel hati-hati.

Kiara berdehem malas. "Hm, tapi mana ada orang berubah demi orang lain. Mana lo nya nethink mulu sama gue, lo pikir gue gak risih?"

Melihat Darel yang hendak duduk membuat Kiara sigap beranjak dan membantu pemuda itu untuk duduk, mengatur bantalan sebagai sandaran.

"Ki, selama dijauhin sama lo, gue udah mikir kok kalau selama ini gue salah udah ngekang lo, terlalu posesif juga. Maaf ya?"

"Maaf dimulut besok nya dilakuin juga."

Darel menggeleng, menggenggam tangan Kiara dan menatap nya dalam. "Engga Ki gue serius, percaya sama gue. Gue janji gak akan gitu lagi, lo bebas buat temenan asal tau batesan dan gue gak akan terlalu posesif lagi sama lo."

"Gue emang tau batesan kok kalau temenan, lo nya tuh terlalu-"

"Iya gue salah. Maaf.."

Kiara memiringkan kepalanya, Darel terlihat tulus entah dari sorot mata atau ucapannya. Kini, pemuda itu menundukan kepalanya karena keterdiaman Kiara.

"Yaudah."

Yaudah? Darel mengatakan kepala nya, bingung akan maksud dari perkataan Kiara. "Yaudah?"

"Gue maafin."

Darel tersenyum lebar dan hendak memeluk Kiara namun gadis itu lebih dulu menahan keningnya dengan jari telunjuk. "Gausah peluk-peluk, gue ga mau ketularan sakit." Kecam Kiara.

Mengurungkan niat untuk memeluk Kiara, Darel pun mencium punggung tangan Kiara. Gadis itu berdehem kaku dan memalingkan wajahnya kearah lain.

"Gue juga minta maaf kalau omongan gue nyakitin belakangan."

"Dimaafin."

Kiara melirik Darel yang memiringkan kepalanya menatap Kiara dengan senyum lebar. "Baikan kan Ki?"

"Gue mau makan, lo nyusahin daritadi bikin gue kelaperan aja!" Ketus Kiara dan langsung pergi keluar tenda meninggalkan Darel.

Tidak menahan kepergian Kiara, Darel terkekeh pelan. Kiara itu sebenarnya perhatian, tapi malu untuk memperlihatkan sisi itu pada orang lain.

"Tsundere banget, tapi lucu."


- TBC -

.

.

.

YEY BAIKAAAAN😩💘

YEY BAIKAAAAN😩💘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔] 8TEENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang