Bagian 9

16.3K 2.7K 2.4K
                                    

Tidak bisa double up, karena part ini sudah sangatttt panjang❤️





__Selamat membaca semua>.<__





Untung saja luka Hazen tidak parah. Kepalanya kini sudah di perban dan tubuhnya juga sudah mendingan. Namun, ia masih dalam kondisi syok karena ini baru pertama kalinya ia bekerja di sebuah perusahaan dan berkelahi dengan sesama pekerja.

Pulang dari rumah sakit, Alan dan Vian bergegas mengantarkan Hazen pulang ke rumahnya.

Di dalam mobil, baik Alan, Vian maupun Hazen sama-sama diam.

Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Apalagi Hazen, gadis itu harus terus mengontrol emosi dan menahan kasal saat mengingat Hasnah.

Sesampainya dirumah, Hazen buru-buru membuka pintu mobil dan segera turun.

"Tunggu."

Hazen berhenti melangkah, membalikan tubuhnya.

Alan keluar dari mobil, sementara Vian masih menetap di dalam.

"Saya harus menanyakan hal ini lebih jelas. Tentang semuanya___"

"Kalau lo cek CCTV, lo pasti akan nyalahin Gue. Tapi kalo lo dengar semuanya..." Hazen menunduk, menahan air mata. Tak bisa melanjutkan ucapannya.

"Hazen..." Dewi keluar dari rumah, lalu dengan tertatih ia berjalan mendekati anaknya. Lalu matanya berkaca-kaca. "Kamu, kenapa Nak? Apa yang terjadi?" Dewi terus meraba-raba wajah Hazen.

Hazen berusaha tersenyum, "Gak kenapa-kenapa kok, Bu. Cuma luka kecil." jawabnya.

Dewi menatap Alan yang diam sejak tadi. "Ceritakan, Nak. Hazen pasti terluka karena sesuatu."

Alan melirik ke arah Hazen, namun Hazen menggeleng kecil, memberi intruksi agar gak memberi tahu Ibunya.

"Dia berantem dengan salah satu Karyawan saya." ucap Alan jujur.

Hazen memejamkan matanya sebentar, menahan kesal dengan terus terang yang Alan lontarkan.

"Ibu udah bilang, Hazen. Baik-baik ditempat kerja kamu, apalagi ini hari pertama." pesan Dewi sambil menahan kesedihannya.

Hazen mengangguk mengerti.

"Makasih banyak, Nak. Ibu gak tau lagi harus balas kebaikan kamu bagaimana," ujar Dewi sambil menatap Alan.

"Bu, udah ya. Ayo kita masuk." Hazen segera membawa Ibunya masuk ke dalam rumah.

Alan pun bergegas masuk ke dalam mobil dan segera pergi menuju kantor kembali.


***


Sesampainya Alan di kantor. Ia dan Vian turun dari mobil dengan tergesa. Lalu banyak para satpam yang sedang berkumpul dipintu utama, menunggu kehadiran Alan.

Semua orang tertunduk, mempersiapkan diri di marahi oleh Alan atas apa yang sudah terjadi tadi.

Rahang Alan mengeras, menatap dingin ke semua orang.

"Sekali lagi hal seperti ini terjadi, dan kalian semua tidak bertindak,
Saya akan pecat kalian semua!" ancam Alan yang kemudian langsung melanjutkan langkahnya menuju ke ruangan pribadi.

Vian menggeleng, "Kenapa kalian tadi tidak mencegah perkelahian mereka?" tanya Vian.

"Kami semua lagi di luar dan tidak ada yang melaporkannya, Pak." jawab salahsatu Satpam.

"Lain kali ada yang jaga di dalam juga!" gertak Vian.

"B-baik, Pak."

Vian mendengus kesal, lalu segera pergi dari hadapan mereka.

NALLAN 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang