Bagian 17

17.7K 3.6K 11.7K
                                    


Tenangin diri kalian dulu. Kalau udah tenang baru baca. Kalau masih ada urusan penting, tugas atau apapun, lebih baik kerjakan dulu sana...

Efek samping sehabis baca ini, bahaya lho! ☺️👍





JANGAN LUPA PUTAR LAGU YANG NGENAA BGT YAA🥺🙏💓










_____________





"Nalla?" bibir Alan bergetar memanggil nama itu.

Matanya menatap kaget pada kehadiran sosok perempuan dengan genangan air mata di wajah pucatnya.

Nalla menatap suaminya tak percaya. Detik berikutnya, ia berlari pergi dari tempat ini.

"NALLA..." teriak Alan penuh kekhawatiran dan kepanikan. Wajahnya di banjiri banyak keringat, serta jantungnya terus berpacu lebih cepat.

Alan akan mengerjar Nalla, namun ia hampir lupa jika Hazen sedikit lagi benar-benar akan terjun dari ketinggian ini.

Sontak Alan berbalik menatap Hazen, lalu kembali menatap lagi kepergian Nalla.

Ia sangat dilema dengan semuanya. Jika ia mengejar Nalla, Hazen akan menerjukan dirinya detik ini juga.

"Lo tega, Lan." ujar Ernon dengan mata berkaca-kaca.

Alan kini menatap Ernon, "Non, tolong gue. Ini situasi darurat, d-dia mau terjun, Non..." ucap Alan sambil menunjuk Hazen.

Ernon tersenyum miris, lalu menggeleng tak percaya. "Laki-laki bejat, lo!" umpat Ernon, setelah itu ia pergi berlari mengejar Nalla yang tampaknya sudah keluar dari bangunan tua ini.

Alan menatap kepergian Ernon dan kini terdiam. Lalu ia memejamkan matanya lama.

Apa semua ini?

Apa yang terjadi pada dirinya?

"AKHHHH!" Alan kini teriak dan menarik kuat rambutnya penuh kesal. Lalu terduduk di lantai, menatap kosong ke depan. Kepalanya terus terbayang lagi dengan kehadiran Nalla tadi.

Grap!

"HAZEN!"

Jantung Alan berpacu lebih cepat, keringatnya terus menetes di pelipis, serta matanya menatap kaget pada posisinya dan posisi Hazen kali ini.

Ya, Hazen kini bergelantungan di dinding bangunan. Tangan kirinya berhasil Alan tangkap dan tangan kanannya berusaha sekuat mungkin memegang pagar pembatas pinggir teras rooftop.

Untung saja Alan berhasil menangkap tangannya.

Jika Alan terlambat sedikit saja, Hazen mungkin sudah kehilangan nyawanya saat ini.

"APA YANG KAMU LAKUKAN!" teriak Alan penuh emosi.

"LEPAS! KAMU PIKIR SAYA GAMPANG DI BOHONGI SAMA ORANG KAYAK KAMU? SAYA TAHU BAGAIMANA REAKSI KAMU SAAT ISTRI KAMU MELIHAT SEMUANYA, KAMU BENAR-BENAR HANCUR!" teriak Hazen sambil menahan tangisan.

"KAMU NAIK, TARIK TANGAN SAYA, CEPAT!" teriak Alan memberi perintah.

Hazen menggeleng, "BIARKAN SAYA MENJUMPAI IBU SAYA. PERCUMA SAYA HIDUP TIDAK UNTUK SIAPAPUN!"

"HAZEN, TARIK TANGAN SAYA DAN JANGAN COBA-COBA KAMU LEPASKAN!" gertak Alan sambil menatap tajam pada Hazen.

Jantungnya benar-benar bergemuruh saat ini.

Jangan sampai perempuan ini melepaskan tangannya.

Hazen menggeleng lagi, "Saya tidak menerima dengan kenyataan pahit, dan biarkan saya pergi." perlahan Hazen akan melepaskan satu tangannya.

NALLAN 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang