Sore harinya, Alan bersama Vian kembali ke kantor untuk memeriksa beberapa dokumen yang sempat terabaikan tadi pagi.
Namun, kaki Alan berhenti melangkah saat akan memasuki pintu utama kantornya. Matanya menyipit, melihat keramaian yang ada di pos penjaga satpam di sana.
Dengan kedua tangan ia masukan ke dalam saku, tubuh tegap dan tinggi, serta kaca mata hitam yang ia pakai sejak tadi, orang-orang yang ia lewati pun menatapnya tanpa berkedip. Bagi mereka, Alan seperti uang sedang berjalan.
Alan kini mendekati tempat keramaian itu.
Vian mengerutkan dahi, melihat tuannya membelokan langkah ke arah lain, buru-buru ia segera mengikutinya.
"Ada apa ramai-ramai?" tanya Alan sesampainya di pos.
Dengan cepat, kerumunan satpam itu segera memisahkan diri dan menunduk saat melihat atasan mereka datang.
Perlahan, Alan membuka kaca matanya dan mengantonginya. Lalu melirik ke arah satpam yang ia percayai, Burhan namanya.
"Jawab, Han. Sejak kapan bisu, hah!" gertak Alan tak suka.
"A-anu, Pak. I-itu, ada orang tadi yang ambil a-anu, aduh..." Burhan menggaruk kepalanya yang tak gatal, mulutnya seolah susah untuk mengatakannya, apalagi CEO-nya itu tampak sedang memiliki masalah lain.
"Vian, urus nih orang. Saya gak punya waktu untuk orang gak jelas kayak gini!" Alan berbalik ingin pergi.
"Pak, b-baik. Saya akan ceritakan." ucap Burhan pada akhirnya.
Alan berbalik lagi menghadap Burhan. Lalu menaikan sebelah alisnya. Menunggu pria itu melanjutkan ucapannya.
"Tadi, sewaktu makan siang. Semua ke kantin atas, kecuali saya.
Bagian saya yang menjaga pos ini.
Sebelum makan, saya ke toilet sebentar. Itu juga buru-buru. Setelah itu, saya kembali makan, Pak." Burhan terdiam beberapa detik, lalu menarik susah payah napasnya. "Eeh, s-saya lihat orang asing keluar dari gedung dan bawa barang yang cukup besar, tapi di tutup pakai spanduk putih..."Mendengar itu, Alan dan Vian melototkan mata mereka. Tangan Alan seketika mengepal.
"Terus, saya tanya siapa dia, orang itu langsung lari dan masuk ke mobil yang udah nungguin dia sejak awal___"
Belum selesai Burhan bercerita, Alan langsung bergegas pergi menuju ke pintu utama kantornya.
Vian lalu ikut mengejar tuan mudanya itu.
Di dalam kantor, semua pegawai saling panik dan ketakutan saat Alan melewati mereka. CEO itu memecahkan apapun yang ia lewati seperti, vas bunga, hiasan keramik, bahkan menjatuhkan beberapa buku yang ada di rak.
Semua manager berhenti bekerja dan saling berbisik heboh saat Alan dan Vian sudah masuk ke dalam ruangan pribadi mereka.
Alan melirik ke berbagai tempat di ruang pribadinya. Lalu tangannya terkepal kuat. Matanya menatap kaget pada dinding di ruangan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
NALLAN 2
Roman d'amourBisa langsung baca tanpa baca Nallan 1 ••• [Rank 1 : #mom] Mei, 2022. [Rank 6 : #spiritual] Mei, 2022. [Rank 1 : #konflikberat] April, 2022. [Rank 1 : #warinlife] Maret, 2022. [Rank 1 : #penghianat] Juli, 2022.