Bagian 8

17.5K 2.9K 3.1K
                                    

Sebutkan satu judul lagu yang lagi kalian suka.










~~~''HAPPY READING''~~~




Sekitar pukul sepuluh malam, Alan sampai di rumahnya. Setelah memarkirkan mobil, ia turun sambil membawa payung yang di berikan oleh Hazen tadi padanya.

Dua bodyguard langsung membukakan pintu utama saat Alan akan masuk ke dalam rumah.

Kondisi rumahnya saat ini benar-benar sepi dan gelap. seluruh lampu sudah dimatikan. Alan yakin anak dan Istrinya sudah tidur lelap karena cuaca juga sangat mendukung.

Kini ia langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Saat membuka pintu kamar, ia tertegun melihat Istri dan anaknya yang kini sedang saling mengobrol dan bermain puzzle.

"Mama, ini di sini, Mama salah."

"Oh, iya. Maafin Mama. Kayaknya kamu lebih pintar dari Mama deh."

"Mama, ini jangan di sini." protes Arsyad lagi, ia lalu merubah puzzle itu ke tempat yang sebenarnya.

Nalla dan Arsyad masih tak menyadari kehadiran Alan.

Alan tersenyum melihat dua orang paling istimewa dihidupnya itu.

Perlahan, langkah Alan mendekat ke arah dua orang di atas ranjang itu, lalu ia langsung memeluk Nalla dari belakang dan mengecup pelan pipi Istrinya penuh sayang.

Nalla tersentak kaget, begitupun Arsyad. Namun, detik berikutnya Arsyad langsung berdiri dan mendekat, memeluk sang Papa.

"Papa..." heboh Arsyad.

"Aku kaget banget, kirain siapa ih!" Nalla memukul lengan Alan pelan.

"Asyik banget main berdua." ucap Alan yang kini memeluk erat anaknya lalu mencium berulang kali puncak kepala Arsyad.

"Kamu dari mana, Mas? Ini udah hampir jam setengah sebelas, Arsyad gak bisa tidur, dia terus nanyain kamu." jelas Nalla yang sejak tadi tampak khawatir.

"Vian udah bilangkan kalo aku di Kantor." ujar Alan.

"Iya, tau. Tapi kamu gak biasanya sampai malam begini."

"Udah ya, intinya sekarang aku udah dirumah." jawab Alan sambil mengelus pelan pipi Nalla.

"Papa...aku mau es krim."

Alan menahan kaget, "Gak boleh. Cuacanya dingin gini, kamu mau sakit?"

"Mas, Leona dan Gibran tadi sore dateng ke sini."

Alan yang sejak tadi melihat wajah Arsyad kini mengangkat kepalanya, menatap Nalla.

"Ngapain?"

Nalla menghela napas. "Mereka marah-marah, terus bilang kalo kita gak pernah lihat balas budi dengan semua yang udah mereka lakuin ke kita di masa-masa sulit."

Alan kaget mendengar itu.

"Dia ada marahin kamu?"

Nalla tak bisa menjawabnya. Ia tahu betul sifat suaminya ini.

"Jawab, Nal."

Perlahan Nalla mengangguk. "Mereka juga ngatain soal Anhar."

Rahang Alan mengeras, ia segera mengambil ponselnya, namun tangannya langsung ditahan oleh sang Istri.

Nalla menggeleng, melarang Alan agar tak melakukan apapun.

"Ini udah malam. Sebaiknya kamu istirahat aja, Mas. Besok aja bahas masalah itu." saran Nalla.

NALLAN 2 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang