Chapter 3

3.3K 312 0
                                    

Gadis kembar itu berjalan santai di lorong - lorong istana, berniat menuju ketempat ayah dan ibu mereka berada. Sesekali mereka berhenti untuk menikmati suasana sore hari. Tak jarang juga Ha Ni mengatakan kalimat candaan, sifat kaku Ha Na terkadang juga bisa mengundang gelak tawa Ha Ni.

Sifat kaku yang mengundang gelak tawa Ha Ni adalah seperti beberapa waktu yang lalu. Ketika Ha Na tersandung dan terjungkal, namun kakaknya dengan tenang berdiri kembali memasang wajah datar seperti tidak terjadi apa - apa. Hal - hal seperti itulah yang menurut Ha Ni lucu dan mengundang tawanya. Aneh bukan?

"Putri Ha Na dan Putri Ha Ni menghadap Yang Mulia dan Permaisuri Naomi" Dayang senior memberitahukan kedatangan mereka.

Di gazebo kesukaan Yang Mulia Je Ha dan Permaisuri Naomi, kedua orang yang memiliki jabatan tertinggi di Kerajaan Yang itu masih terpaku pada posisi yang sama.

Permaisuri Naomi duduk bersandar di pilar penyangga gazebo dan Yang Mulia Je Ha berbaring di atas paha istrinya tersebut.

Lagi - lagi Ha Ni menerapkan pelajaran tata krama yang ia dapatkan. Di depan sosok kedua orang tuanya tersebut ia membungkukkan badannya, tanda memberi salam dan hormat. Ha Na? Ia langsung berjalan, duduk di samping tubuh Yang Mulia Je Ha

"Kau tidak memberi salam pada ayah dan ibu?" Ucap Yang Mulia Je Ha.

"Tidak" Jawab Ha Na sekenanya.

"Kenapa?" Tanyanya sekali lagi.

"Posisi kalian tidak terlihat seperti Yang Mulia Raja dan Permaisuri Yang Agung" Jawab Ha Na. Kini Ha Ni mulai melangkahkan kakinya duduk mengikuti Ha Na.

"Ha Ni, berikanlah sedikit sifat lembutmu pada kakakmu ini" Ha Ni dan Permaisuri Naomi hanya bisa tertawa. Bukan kali ini saja Yang Mulia Je Ha dan Ha Na beradu kalimat. Terkadang si adik dan ibunya pun dibuat pusing karena terlalu sering mendengarkan percekcokan mereka.

Hal - hal kecil bisa membuat mereka perang mulut. Tapi meskipun demikian, mereka sangat menyayangi satu sama lain dengan cara mereka sendiri.

"Maaf ayah, Ha Ni sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi sepertinya Ha Ni yang akan tertular sifat kak Ha Na" Ia tersenyum lembut menatap ayah dan kakaknya.

"Jika kau mendapatkan sifat kakakmu, umur ayah akan terpotong lebih cepat" Sekarang bukan hanya Permaisuri Naomi dan Ha Ni saja yang tertawa, Ha Na dan Yang Mulia Je Ha sendiripun ikut tertawa.

"Yang Mulia, sudah waktunya" Kasim Kang datang mengingatkan jadwal Yang Mulia Je Ha selanjutnya untuk menghadiri rapat.

"Baiklah" Tubuh gagah itu beranjak dari posisi nyamannya.

"Sampai ketemu nanti. Jaga dan temani ibu kalian, mengerti?"

"Baik ayah!" Ucap mereka serempak. Sebelum Yang Mulia Je Ha pergi, ia mengecup kening kedua buah hatinya dan istri tercintanya.

Setelah melihat kepergian ayahnya, kini mereka berbincang dengan ibu mereka. Menceritakan bagaimana perkembangan pelajaran yang mereka dapat dan kegiatan - kegiatan yang mereka lakukan setelahnya.

Ha Ni melihat piring camilan telah kosong, teko teh pun demikian. Ia beranjak dari posisi duduknya.

"Ha Ni akan membuat camilan dan teh terlebih dahulu, ibu dan kakak tunggulah disini sebentar"

"Kenapa tidak meminta dayang untuk membuatkannya?" Tanya Ha Na.

"Aku ingin mencoba resep camilan baru yang ku baca dari buku kak"

Heartless [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang