Waktu terus berjalan, dua anak kembar itu tumbuh dengan baik. Umur mereka kini beranjak sepuluh tahun. Mereka mengonsumsi makanan, medapatkan
pendidikan, pakaian, dan perhatian yang sama. Tapi meskipun begitu mereka tumbuh dengan kepribadian yang berbeda.Kim Ha Ni memiliki pembawaan karakter yang lembut, simpati, penakut dan ceria. Sedangkan Kim Ha Na berbanding balik. Senyumannya sangat irit, tak terlalu banyak bicara seperti si adik, dan juga jauh dari kata lembut. Namun pada kondisi tertentu ia bisa menjadi bocah yang anggun. Jika ditimbang, sifat lemah lembut Yang Mulia Je Ha dan Permaisuri Naomi diturunkan seluruhnya pada Ha Ni. Sifat-sifat seperti tegas, berani, brandalan, psikopat semua yang membuat seisi istana sakit kepala diturunkan pada Ha Na.
Jika diperumpamakan sebagai cuaca, Ha Na merupakan cuaca mendung, yang bisa turun hujan petir kapan saja, sedangkan Ha Ni adalah cuaca cerah nan terik membuat semua orang bisa jatuh hati padanya saat pandangan pertama.
"Kak, kau mau kemana?" Tanya Ha Ni pada Ha Na. Mereka baru saja menyelesaikan kelas tata krama. Meskipun Ha Na tidak suka dengan kelas - kelas yang diberikan kedua orang tuanya, ia tak pernah sekalipun tidak mengikuti kelas. Yah,meskipun saat pelajaran dimulai ia hanya menatap malas. Jika guru menyuruh mempraktikan apa yang baru saja ia jelaskan, Ha Ni lah yang sering mengajukan diri, dan Ha Na merasa beruntung tanpa susah payah mengatakan kata 'Tidak mau'.
"Paman Choi Yun baru saja datang dari barak utara. Aku akan berlatih dengannya, kau mau ikut?" Ha Na bersiap-siap kembali ke paviliunnya.
"Ya! Sudah lama aku tidak bertemu Paman Choi Yun!" Ha Ni terlihat semangat.
"Baiklah, kita ganti pakaian dulu" Mereka mengarah ke paviliun yang sama. Namun kamar mereka berbeda. Sebuah taman dan kolam ikan yang memisahkan ruangan peristirahatan mereka.
Ha Na sudah siap dengan pakaian berlatihnya. Pakaian sederhana namun tidak meninggalkan kesan mewahnya. Ia sangat cocok menggunakan pakaian itu, pakaian yang selaras dengan warna sarung pedangnya, merah darah.
"Kau tidak mengganti pakaianmu?" Tanya Ha Na. Ia masih di ambang pintu, namun matanya bisa menatap si adik yang menyandarkan bagian samping tubuhnya di pilar lorong.
Ha Ni memberikan gelengan, beranjak dari posisinya dan meraih lengan Ha Na. Ha Ni sangat senang menempel pada Ha Na, ia merasa aman di sisi kakaknya. Ia terus mengapit lengan yang sama besar dengan miliknya itu. Namun jika dirasakan lengan Ha Na terasa keras karena otot yang terbentuk akibat sesi latihan berpedangnya.
"Aku tak mau berlatih pedang lagi. Terakhir kali aku berlatih, telapak tanganku tidak sengaja terkena pedang yang ku pegang. Ku rasa pedang bukanlah keahlianku" Jelasnya.
"Kau hanya kurang berhati-hati, Ha Ni" Ha Na memutar bola matanya malas mendengar penjelasan yang baginya mengarah pada alasan.
"Pokoknya aku tidak mau berlatih pedang lagi. Tapi aku akan tetap datang saat kakak latihan, aku akan membawakan minuman dan camilan kesukaan kakak"
"Ya, ya, sesukamu" Jawab Ha Na sedapatnya.
***
"Paman!" Ha Ni berlari seperti anak kecil. Ah-umur sepuluh tahun memanglah seorang anak kecil. Tubuh mungilnya ditabrakkan pada tubuh gagah Choi Yun, ia memeluk pria itu sedikit lama. Mencoba melampiaskan rasa rindunya.
"Hei, Putri Ha Ni!" Choi Yun mengelus pucuk kepala Ha Ni yang tingginya hanya sebatas tulang rusuknya saja. Mata kecil itu menyorotnya tidak suka dan bibirnya ia majukan, cemberut.
"Paman! Hanya HA NI! Jangan pakai 'Putri'!" Ucap Ha Ni.
"Haha, iya, iya. Maaf paman lupa!" Balas Choi Yun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartless [TAMAT]
Fiksi SejarahTerlahir sebagai anak kembar dari Permaisuri Kerajaan Yang. Ha Na, si kakak. Memberikan posisi yang seharusnya ia duduki pada si adik, Ha Ni. Ia memilih untuk melindungi Ha Ni untuk menggantikan posisi ayahnya menjadi seorang pemimpin. Untuk bisa me...