"Huh?" Perlahan kelopak mata Ha Na terbuka, objek pertama yang ia lihat adalah sebuah langit - langit ruangan. Tanpa ragu tubuhnya beranjak duduk dari posisi berbaringnya, Ha Na mengedarkan pandangannya seperti orang kebingungan. Setelah beberapa saat terdiam ia baru menyadi ruangan itu adalah kamarnya sendiri.
NYUT
"Ah, benar, aku terkena panah" Ia merasa punggungnya nyeri dan perih. Pakaian yang ia kenakan tak lagi sama, hanya kain putih yang biasa ia gunakan untuk tidur yang melekat di tubuhnya saat ini.
"Shua?" Kosong, tidak ada siapapun di lorong depan kamarnya. Biasanya Shua akan berada di sana atau bahkan masuk ke dalam kamar Ha Na. Terlebih lagi jika mendengar ia terluka, pengikut setianya itu pasti sedang duduk menangis sembari menatap dirinya yang sedang terbaring.
Ha Na beranjak dari tempat tidurnya, ia mengambil mantel yang tersampir di sekat kayu sebagai pelindung saat ia berganti pakaian, kakinya melangkah keluar paviliun mencari penghuni lainnya karena istana nampak sepi.
***
Ruang makan berhasil menarik perhatian Ha Na, dari celah pintu ruangan tersebut terpancar cahaya terang yang menandakan di dalamnya terdapat seseorang. Selain itu, ia mendengar suara familiar, suara berat ayahnya, suara ibunya yang nampak sedang menasehati Ha Ni yang tidak berhati - hati karena hampir saja menumpahkan makanan, dan suara tawa adiknya yang khas. Ha Na memutuskan melangkah mendekat dan membuka ruang makan tersebut.
KRIET
"Ha Na?" Permaisuri Naomi menyadari kehadiran Ha Na lebih cepat. Ia segera beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Ha Na. Ia memegang tangan kurus Ha Na dan menuntunnya untuk duduk di depan Ha Ni.
"Apakah kau baik - baik saja? Seharunya kau beristirahat" Ucap Yang Mulia Je Ha, pria yang masih bernotaben sebagai Raja Kerajaan Yang tersebut melepaskan matel yang ia kenakan dan memakaikannya pada Ha Na, kini diatas bahunya terdapat dua lapis mantel.
"Aku baik - baik saja ayah, ibu" Ucap Ha Na dengan suara seraknya. Dari arah depan sebuah gelas berisi air di tunjukkan pada Ha Na, dan Ha Ni lah yang memberikan gelas tersebut. Ha Na melihat wajah adiknya tertunduk tak berani menatap ke arahnya langsung.
"M-maafkan Ha Ni, kak. Gara - gara Ha Ni kakak terluka" Dengan kasar Ha Ni mengelap cairan bening yang telah mengalir sampai pipinya.
"Itu bukan salahmu, sudah seharusnya aku melindungimu" Ha Na memberikan senyuman tipis khasnya.
"Ini. Yang Mulia Yong Ram menitipkan itu. Beliau mengucapkan terima kasih karena sudah melindunginya dan meminta maaf karena tidak bisa melihat Ha Na sampai sadar, karena beliau memiliki urusan di Kerajaan Shina" Permaisuri Naomi memberikan liontin giok hasil titipan dari Pemimpin Kerajaan Yongwa.
"Kerajaan Shina?!" Tubuhnya berdiri spontan Yang Mulia Je Ha, Permaisuri Naomi dan Ha Ni pun sampai kaget dengan gerakan mendadak Ha Na.
"Jam berapa sekarang? Malam ini aku harus berangkat ke sana. Dokumen itu ada di ruang kerja ayah bukan?" Yang Mulia Je Ha menahan tangan Ha Na, ia memberikan tatapan yang tak bisa di ungkapkan. Entah harus bangga atau sedih melihat anaknya lebih mementingkan urusan Kerajaan dari pada kesehatannya sendiri setelah melindungi Ha Ni.
"Tenanglah, duduk dulu. Meskipun kau bisa menahan rasa sakit itu tapi kau tetap membutuhkan istirahat Ha Na. Kau bisa menunda kepergianmu ke Kerajaan Shina, lagi pula ayah sudah mengirimkan surat pada mereka" Permaisuri Naomi membenarkan perkataan suaminya, ia juga membantu membujuk Ha Na agar menunda perjalanan itu.
"Jika kakak pergi ke Kerajaan Shina berarti mereka akan bertemu disana?"
"Sambil menunggu Choi Yun dan Do Rim datang, ada hal yang harus ayah bicarakan pada kalian bedua. Ini mengenai kedudukan. Tidak hanya dari pendapat para petinggi namun juga dari hasil ujian yang telah ayah berikan pada kalian, ayah sudah memutuskan siapa yang akan menduduki tahta" Ucap Yang Mulia Je Ha menatap bergantian kedua putrinya.
"Ha Ni..." Ha Ni tampak amat senang saat namanya disebut. Matanya membulat sempurna tak percaya bahwa namanyalah yang akan disebut ayahnya.
"...Maafkan ayah nak, Kerajaan ini membutuhkan sosok Ha Na"
DEG
Tak ada binar senang lagi di manik matanya, senyuman yang sebumnya terpatri di bibir itu sirna, meskipun ia melihat ke arah posisi ayahnya duduk, tetapi pandangan itu kosong.
"Tapi ayah bukankah-"
"HA NA!" Ha Na hendak saja membantah keputusan ayahnya, ia tampak bersalah pada Ha Ni karena sebelumnya ia sudah mengatakan tak akan menduduki singgah sana.
"Sudah ayah bilang, kau tidak bisa menyerahkan tahta seenaknya meskipun pada saudaramu sendiri. Ini menyangkut tentang Kerajaaan yang di dalamnya dihuni oleh banyak manusia, tanggung jawab besar berada di bahu Sang Pemimpin dan tidak semua orang dapat menanggung beban itu. Jika tahta berada di tangan yang kurang tepat tidak hanya istana yang terkena dampaknya, namun satu Kerajaan Ha Na!" Ucap Yang Mulia Je Ha.
Ha Na hanya bisa terdiam, kali ini ia tidak bisa membantah perkataan ayahnya karena kalimat ayah memang benar. Ha Na nampak frustasi tindakan apa yang harus ia ambil, ia tak ingin hubungannya dengan Ha Ni kembali renggang.
"Ha Ni, satu kali lagi maafkan ayah nak. Ayah juga ingin Ha Ni menjadi Ratu, tapi potensi Ha Ni belum mampu untuk kedudukan itu, ku harap Ha Ni bisa mengerti" Kini pandangannya beralih pada putri bungsunya yang terlihat syok.
"Tentu saja ayah, Ha Ni bisa mengerti" Wajah terkejutnya berhasil Ha Ni kendalikan dan digantikan dengan senyuman cerianya.
Tok tok
Choi Yun dan Do Rim telah menginjakkan kakinya di ruang makan tersebut, meskipun memiliki hubungan yang lebih dekat dengan Yang Mulia Je Ha dan Permaisuri Naomi dari pada orang - orang istana, mereka tetap memerikan salam pada kedua orang tersebut tanpa mengurangi rasa hormat sedikitpun.
Sosok yang di undang telah datang, formasi mereka talah lengkap. Tanpa berlama - lama lagi Yang Mulia Je Ha membuka acara makan malam tersebut.
"Bagaimana keadaanmu Ha Na?" Choi Yun menghentikan kedua tangannya untuk mengambil makanan, ia menatap Ha Na yang ia anggap sebagai keponakan sendiri dengan ekspresi khawatir.
"Seperti yang paman lihat, Ha Na masih hidup" Ucap Ha Na malas, Choi Yun menyuguhkan senyuman anehnya, senyuman yang dipaksakan karena menahan diri untuk tidak menjitak kepala Ha Na di depan Yang Mulia dan Permaisuri Kerajaan Yang.
"Ini, minumlah setelah selesai makan. Minuman ini bagus untuk mengembalikan energi" Do Rim memberikan satu botol bening yang di dalamnya terdapat cairan berwarna coklat gelap pada Ha Na.
"Terima kasih paman Do Rim, paman memang yang terbaik" Ha Na memberikan senyuman manisnya pada Do Rim, ia bahkan memberikan makanan di atas piring Do Rim sebagai ucapan terima kasih, saat melakukan hal tersebut ia milik Cho Yun sembari menyeringai.
"Bagaimana bisa Putri tidak adil padaku!" Choi Yun mentap Ha Na tak percaya. Ia tak bisa menyembunyikan rasa kesalnya lagi dan itu yang Ha Na mau. Melihat Choi Yun kesal, frustasi karena dirinya adalah kebahagiaan tersendiri bagi Ha Na, tidak hanya Choi Yun saja yang menjadi korban Ha Na, Yang Mulia Je Ha sendiripun sering Ha Na perlakukan sama.
Permaisuri Naomi tampak tersenyum bahagia, ia tak menyangka akan memiliki keluarga harmonis. Tertawa dengan orang terdekat dan yang ia sayangi adalah mimpi yang sangat ia ingin wujudkan, dan Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Permaisuri menatap suaminya yang juga ikut tertawa karena pertengkaran Choi Yun dan Ha Na, ia memegang lembut tangan laki - laki yang sangat ia cintai hingga membuat sang empu menatapnya.
"Aku sangat bahagia, Yang Mu-"
UHUK!
Cairan kental merah tersembur dari mulut Permaisuri Naomi, seluruh tubuhnya terasa amat sakit dan panas seperti terbakar. Mereka semua yang berada di dalam ruang tersebut tampak amat terkejut.
"Naomi?! Naomi?!" Yang Mulia Je Ha bergegas menggendong tubuh Permaisuri Naomi, ia memeluk erah tubuh kecil itu yang semakin lama semakin dingin, tetapi hal aneh terjadi pada dirinya, tubuh yang masih gagah itu terasa lemas, ia merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Permaisuri Naomi sebelum kehilangan kesadaran. Setelah carian merah juga keluar dari mulutnya, tubuh Yang Mulia Je Ha ambruk dengan masih memeluk tubuh Permaisuri tercintanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartless [TAMAT]
Historische RomaneTerlahir sebagai anak kembar dari Permaisuri Kerajaan Yang. Ha Na, si kakak. Memberikan posisi yang seharusnya ia duduki pada si adik, Ha Ni. Ia memilih untuk melindungi Ha Ni untuk menggantikan posisi ayahnya menjadi seorang pemimpin. Untuk bisa me...