Ha Na, Choi Yun, dan Do Rim sedang melakukan patroli rutin tiap malam di sekitar wilayah tambang berlian berada.
Pertama kali datang ke barak utara, perubahan cuaca yang ekstrim berhasil mengganggu Ha Na. Saat matahari mulai muncul cuaca terasa hangat yang kemudian menjadi sangat panas di siang harinya. Namun, saat malam hari tiba udara terasa amat dingin hingga menusuk tulang. Ha Na masih belum familiar dengan cuaca dan lingkungan di barak utara, oleh karena itu ia terkena flu selama hampir satu minggu.
Tapi sekarang, tubuhnya telah kebal dengan perubahan cuaca ekstrim itu. Ia tidak lagi menggigil ketika hawa dingin malam yang sekarang ini sedang memeluknya erat. Meskipun musim salju masih cukup jauh, Ha Na bisa melihat napas yang ia keluarkan melalui mulut berubah seperti asap.
"Paman"
"Hm?" Dehem Choi Yun dan Do Rim bersamaan.
"Apakah kalian tidak ingin mencari istri? Umur kalian tidak lagi muda" Tiba - tiba Ha Na membahas topik yang tak pernah ia singgung sebelumnya.
"Tentu saja ingin. Laki - laki mana yang tidak ingin mendapatkan pasangan?" Jawab Do Rim.
"Lalu kenapa sampai sekarang kalian tidak kunjung menikah?"
"Kami berjanji untuk mengabdikan diri pada Kerajaan Yang sampai Yang Mulia Je Ha turun dari tahta. Setelah itu paman akan pergi menjemput gadis pujaan paman" Jawab Choi Yun. Di setiap kalimat ia melukis senyuman di bibirnya. Ia membayangkan gadis cantiknya yang Choi Yun rasa mungkin mulai sedikit jengah untuk menunggunya datang kepelukan.
"Paman punya gadis pujaan?" Ha Na menatap Choi Yun semangat.
"Punya. Tentu saja punya. Ia adalah Putri sekutu kita. Putri Han Lin, Putri dari Kerajaan Noal" Ha Na memalingkan pandanganya dari Choi Yun. Pandangannya lurus menatap depan, tangan rampingnya lihai mengendalikan kuda yang ia tunggangi.
"Jika, jika Ayah telah turun tahta. Apakah kalian akan meninggalkan Kerajaan Yang"
"Kemungkinan besar, Iya. Tentu saja aku harus mengikuti Putri Han Lin ke Kerajaan Noal karena ia memiliki posisi sebagai Putri Mahkota" Ucap Choi Yun.
"Dan aku juga bermimpi untuk mengembara seperti Pangeran Je Eun. Siapa tahu jodoh paman berada di Kerajaan lain" Timpal Do Rim. Ha Na hanya terdiam. Ia tidak berminat untuk melanjutkan percakapan itu. Membayangkan kedua orang terdekatnya akan segera meninggalkan dirinya, lubuk hati Ha Na sedikit tidak rela.
"Kita sudahi patroli malam ini. Mari kembali ke tenda" Wajahnya hanya menampilkan ekspresi dingin. Ia memacu kudanya dengan cepat, meninggalkan Choi Yun dan Do Rim.
***
Langit malam berubah menjadi biru terang yang menyejukkan. Pertanda hari telah berganti. Sesuai dengan jadwal yang mengharuskan mereka pulang ke istana setiap enam bulan sekali, mereka bersiap untuk menempuh perjalanan panjang itu.
Ha Na telah siap dengan pakaian khasnya dan mantel yang akan melindunginya dari debu, sengatan matahari, atau pun hawa dingin. Tak lupa, pedangnya sudah betengger indah di sabuk besi yang terikat di pinggulnya.
Beberapa kali kepulangannya, ia tidak menunjukkan rasa semangat. Bukannya tidak ingin melihat keluarganya lagi. Namun, kepulangannya seakan menjadi beban untu Ha Ni. Meskipun Ha Ni tidak mengatakan sepatah kalimat apapun dan selalu berkata "aku baik - baik saja" saat ditanya Ha Na, namun anak pertama Kerajaan Yang itu tahu ada yang janggal dari adiknya.
Ha Na menengadahkan wajahnya ke arah langit. Cahaya matahari pagi yang menerpa Ha Na membuat ramput panjang hitamnya berkilau indah. Ia menutup kedua kelopak matanya perlahan, menikmati suasana yang akan ia tinggalkan beberapa saat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartless [TAMAT]
Ficção HistóricaTerlahir sebagai anak kembar dari Permaisuri Kerajaan Yang. Ha Na, si kakak. Memberikan posisi yang seharusnya ia duduki pada si adik, Ha Ni. Ia memilih untuk melindungi Ha Ni untuk menggantikan posisi ayahnya menjadi seorang pemimpin. Untuk bisa me...