1. Prolog

274K 10.4K 271
                                    

Happy reading gyus 🥰
Dan jangan lupa untuk vote and coment.

Warning !!!

Cerita ini Murni dari pemikiran saya sendiri, apabila ada kesamaan dalam nama, latar tempat dsb. Mungkin itu hanya kebetulan saja.

WAJIB FOLLOW !!!
Supaya tidak ketinggalan setiap cerita ini up 😉

WAJIB COMENT DI SETIAP PART DAN PARAGRAF! 😁

Ga ada revisi guys, jadi maap kalau banyak typo dan kata-kata yang sulit dimengerti 😂 oiya bacanya urutan dari nomor ya. Soalnya aku ga tau kenapa bisa acakan. JADI HARUS SESUAI URUTAN NOMOR.

Buat yg kenal gw di real life. Jangan samakan sifat gw sama yg disini ya 😬 Karena sudah dipastikan beda guys wkwkwk ✌️

Terima kasih 😊
.
.
.

Sepuluh tahun yang lalu. Seorang wanita cantik tengah terbaring lemah di Rumah Sakit. Disampingnya ada sang suami yang selalu setia menemaninya bersama sahabat dari wanita tersebut.

Seorang laki-laki tampan, tengah berlari dikoridor Rumah sakit dengan memakai baju wisudah lengkap dengan jubah dan toganya. Raut wajahnya bahagia, namun airmata berkumpul dipelupuk matanya.

Ceklek.

Lelaki itu membuka pintu ruangan tersebut. Napasnya masih terengah-engah akibat lari tadi, ia tersenyum menatap wanita itu. Perlahan, ia mulai melangkahkan kakinya menuju wanita yang terbaring itu dan duduk dikursi tepat disampingnya.

Ia menggenggam tangannya dan ia cium berkali-kali punggung tangan dari wanita tersebut. Wajah wanita itu sudah terlihat sangat pucat, bahkan tubuhnya sudah sangat lemah. Ia tersenyum kearah sang anak yang berkali-kali menciumi tangannya, lalu diusaplah dengan lembut kepala sang anak.

"Mah, Alex udah wisudah Mah. Alex berhasil cumlaude Mah. Mamah janji kan, kalau Alex cumlaude, Mamah akan disisi Alex terus. Mamah jangan pergi ya Mah, Alex sayang Mamah," ucapnya dengan mata berkaca-kaca

Mamahnya tak mengatakan apapun, namun ia memberikan sebuah surat kepada anaknya. Alex pun mengambil surat tersebut. "Ini apa, Mah?" tanyanya.

Mamahnya tersenyum. "Mamah bangga sama kamu. Mamah juga sayang kamu nak," jawabnya dengan nada yang melemah.

Alex terus memerhatikan Mamahnya, ia terus menggenggam erat tangan Mamahnya. Perlahan, wanita itu menutup kedua matanya dengan senyuman diwajah cantiknya. Seketika, semua yang berada di ruangan itu pun mulai Panik. Terutama Alex, yang langsung memegang pundak Mamahnya.

"Mah, Mah. Mamah kenapa Mah? Mah jawab Alex Mah," panggilnya yang terus memerhatikan wajah sang Mamah dengan airmata yang mulai menetes dipipinya.

Berkali-kali dirinya memanggil, wanita itu tak merespon apa pun. Sang suami pun segera memanggil Dokter. Wanita itu pun dipriksa oleh Dokter, dan mereka semua menunggu di luar ruangan tersebut. Tak butuh waktu lama, Dokter keluar dengan raut wajah sedih.

Alex langsung menghampiri sang Dokter. " Gimana keadaan Mamah saya, Dok? Dia baik-baik aja kan, Dok. Mamah saya nggak kenapa-kenapa kan Dok? Jawab Dok?" desaknya

Dokter menghela napasnya. "Maaf, kami sudah melakukan yang terbaik. Tapi Ibu Rifka, tidak bisa diselamatkan, kami turut berdukacita,"

Deg,

Alex terdiam, ia merasa jantungnya berhenti berdetak ketika sang Dokter mengatakan hal tersebut. Ia terus menggeleng, tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Dokter itu.

Alex langsung berlari masuk ke ruangan tersebut dengan berderai airmata dan memeluk Mamahnya yang sudah ditutupi kain putih. Airmatanya terus mengalir, hatinya seperti tertusuk belati berkali-kali, ia benar-benar tak rela kehilanga wanita yang sangat ia sayangi.

"Mah, bangun Mah. Mamah nggak boleh ninggalin Alex Mah, Mah ... Bangun," jerit Alex yang histeris

Papahnya memegang pundaknya, ia mencoba untuk menenangkan sang anak yang terus menangis histeris. "Alex, sudah Lex. Ikhlaskan Mamah kamu nak," ucapnya yang juga tak dapat menahan tangisnya.

Alex benar-benar frustasi, ia marah pada dirinya sendiri, hingga berkali-kali memukul dinding di ruangan tersebut. Alex tak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya terjadi, bahwa sang Mamah. Wanita yang sangat ia sayangi, pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. "Argh ...."

Keesokan harinya. Acara pemakaman Rifka sudah selesai dan berjalan lancar, semua orang yang datang pun mulai meninggalkan pemakaman tersebut. Papahnya memerhatikan Alex yang terus menangis, ia tahu bahwa anaknya sangat terpukul akan hal ini, bahkan dirinya pun sama. Namun, ia berusaha tetap tegar, agar bisa menyamangati anaknya.

"Alex, ayo kita pulang nak. Papah tau, kamu sangat terpukul akan hal ini, Papah pun sama. Tapi kita harus bisa mengikhlaskan Mamah kamu nak. Ayo kita pulang Lex,"

Alex tak bergeming, ia masih mengusap lembut foto sang Mamah. Tiba-tiba, tangan mungil muncul dan memberikan saputangan pada dirinya. Alex menoleh, dan melihat bahwa seorang gadis kecil yang cantik tengah berdiri disampingnya seraya tersenyum manis padanya. Alex membalas senyumannya, ia mengambil saputangan tersebut lalu kembali fokus pada foto Mamahnya.

Gadis kecil itu memerhatikan Alex yang tengah bersedih. "Om jangan sedih. Kalau Om sedih, Mamah Om nanti ikutan sedih," ujarnya. Alex kembali menoleh dan tersenyum pada gadis itu.

" Kita berdo'a aja Om, supaya Mamah Om, bahagia disurga. Dan, bisa ketemu sama Mamah aku, karena kata Ayah, Mamahku juga udah ada disurga,"

Perkataan polos dari gadis kecil itu membuat Alex mengusap lembut kepala gadis kecil itu.

"Sayang, ayok kita pulang nak," panggil Ayah dari anak itu

Gadis itu menoleh kearah Ayahnya. "Iya Ayah. Om, aku pulang dulu ya. Om jangan sedih lagi ya. Dadah Om," ujarnya seraya melambaikan tangan mungilnya kearah Alex, lalu berjalan menuju kearah Ayahnya, yang tadi sempat mengobrol sebentar dengan Papahnya Alex.

*****

Yuhu guys, kembali lagi dengan fiya heheh.

Prolog dulu ya, kalau banyak yg suka aku lanjut deh.

Maap kalau rada kaga nyambung heheh, tapi ini baru awal, kawal cerita ini sampai end yuk 🤗

TERBIT JUNI 2024 INI YA GUYS ... YUK, BERITAHU YG LAIN KITA WAR BARENG. NABUNG DARI SEKARANG OKEH 🤗🥰 follow Instagram @fiyaseni. Karena aku akan kasih info disana dan cerita ini.

Votement jangan lupa 😉

Terima kasih 😊🙏

Om Alex (My Cold Husband) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang