16. Roti Sobek

68.4K 4.2K 76
                                    

Warning !!!

Terdapat beberapa perlakuan yang tidak patut untuk ditiru 🙏

Mulai PO 06 JUNI 2024 INI YA GUYS ... YUK, BERITAHU YG LAIN KITA WAR BARENG. NABUNG DARI SEKARANG OKEH 🤗🥰 follow Instagram @fiyaseni. Karena aku akan kasih info disana dan di cerita ini.

Jangan lupa votement 😉
Happy reading guys 🥰

Spam coment part ini guys 🙏
.
.
.

Tak mendapat respon apapun dari Bianca, membuat Alex sedikit kesal. "Bianca," panggilnya lantang. Gadis berambut hitam itu pun tersentak, ia menyodorkan tangan kanannya kearah Alex tanpa menoleh kearahnya, sedangkan tangan yang satunya masih memegang jaz Alex.

Lelaki itu makin bingung dengan tingkah gadis didepannya ini, ia menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal.

"Kamu ini sebenarnya kenapa, sih?"

"Sa-saya, mau minta kunci ruangan kerja Om," jawabnya yang masih tak mau menoleh kearah Alex.

Alex menghela napas panjangnya. "Terus kenapa kamu malah membelakangi saya. Kalau sedang berbicara dengan seseorang itu, harus tatap wajahnya. Kalau seperti ini, itu namanya kamu tidak sopan," terangnya

Bianca menurunkan tangannya, "Bukan saya yang nggak sopan, tapi Om yang nggak sopan. Berdiri didepan saya tapi nggak pakai baju, saya kan jadi malu,"

Alex melihat tubuhnya sekilas, ia sadar bahwa dirinya tak menggunakan apa-pun kecuali handuk yang melilit dipinggangnya. "Saya yang nggak pake baju, kenapa kamu yang malu. Aneh,"

Bianca menghela napasnya. "Udahlah Om, mana cepetan kuncinya," pinta Bianca dengan perasaan kesal.

"Tunggu sebentar, saya ambilkan."

Alex berjalan masuk kedalam kamarnya dan segera membuka laci meja yang berada dikamarnya. Tiba-tiba, ponselnya yang berada diatas meja itu berdering, dengan segera ia pun mengambilnya. Terlihat bahwa panggilan itu adalah dari rekan bisnisnya, dengan segera ia pun menerima panggilan tersebut.

"Bianca, kamu ambil sendiri kuncinya dilaci meja saya," teriak Alex dari dalam kamar,

Bianca menoleh kearah kamar Alex. "Ih ... Kenapa nggak dia aja sih, yang ngambilin," geramnya, kemudian berjalan masuk kedalam kamar tersebut.

Melihat Alex yang masih menggunakan handuk sambil menerima telpon, membuat Bianca pun menutup matanya dengan satu telapak tangan. Ia berjalan seraya mengintip dari balik sela-sela jarinya kearah Alex. Perlahan, tangannya pun meraih kunci tersebut didalam laci itu. Alex yang berdiri didekatnya sambil menerima telpon, melirik Bianca sekilas dengan tatapan aneh.

Karena kesulitan mencari kunci tersebut dilaci itu, membuat Bianca pun mengalihkan tangannya dari kedua matanya. "Ih ... yang mana sih kuncinya," kesalnya seraya memilih-milih banyaknya kunci yang berada didalam laci itu.

"Om, kuncinya yang mana?" tanya Bianca dengan suara keras.

Alex tak mendengarnya, ia masih fokus akan obrolannya di telpon, membuat Bianca pun menoleh kearah lelaki menyebalkan itu.

Bianca menghela napasnya. Sekali lagi, ia melihat bentuk tubuh Alex yang mempesona membuat Bianca pun langsung menggeleng, dan mendekati Alex. Bianca menarik napasnya dalam-dalam lalu ia berteriak ditelinga Alex. "OM ... MANA KUNCINYA ...."

Jelas teriakan Bianca membuat Alex terkejut, hingga hampir saja ia menjatuhkan ponselnya. Alex langsung menoleh kearah Bianca dengan tatapan marah. "Bisa nggak sih, nggak usah teriak-teriak ditelinga saya. Berisik tau," tegasnya

Om Alex (My Cold Husband) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang