Bab 21

27 8 78
                                    

Terkadang, yang paling bisa ngelawak adalah orang yang terlalu dalam memendam rasa sakit.

(SyaVin)

.
.
.

  Sebelah tangan membuka pintu dan sebelahnya lagi memegangi HP yang sedang merekam suasana di hadapan. "Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday, happy birthday, happy birthday to you!"

"Selamat milad, selamat bertambah usia. Selamat berkurang umur, menghadapi kematian!" senandungnya bernada random.

Sang empu kamar yang sedang menata rambut di hadapan cermin langsung melempari sang pembuat onar dengan alat-alat make-upnya. "Ih, Bang!"

"Nggak dihargain nih?" tanyanya.

"Janna lagi sisiran tau. Tunggu bentar dong," omelnya sembari mengesampingkan sebagian rambutnya untuk dikepang.

Laki-laki lebih tua darinya 1 tahun itu ikut bercermin sembari mengarahkan HP pada bayangan di dalam cermin sana. "Ganteng juga, gue."

"Kurang kerjaan banget lo, Bang!" makinya lagi.

"Lu pasien orang gila baru ya?" tebak Firdaus.

Ya, laki-laki ini sedang bersama adiknya yang bernama Jannati, sering minta dipanggil Janna, bukan Nati apalagi mati.

"Maksud lo!" Jannati mencubit kencang pinggang Firdaus hingga sang empu berdesis tajam ke arahnya sembari menangkis tangan. Namun bukan Jannati namanya kalau belum membuat sang musuh kapok. Setiap tangkisan tangan Firdaus, Jannati mencubit lagi pada bagian yang sama. Siapa suruh mengganggu ketentraman hidupnya sore ini.

"Iket rambut lo sebelah pink sebelah kuning. Emang kita udah miskin ya? Itukan ciri-ciri ringan orang gila."

"Ck! Ini tuh iket rambut paling enak. Ngapa sih urusin urusan yang nggak perlu diurus? Sok nggak sibuk hidup lu!" cacar Jannati.

"Habis mandi ya?" Firdaus mengambil helaian rambut adiknya dan menciumnya.

"Iyalah! Emangnya elu, 2 hari 1 kali baru mandi!"

"Gua bukan kambing, ya. Gue mandi 2 kali sehari kok."

"Siapa yang bilang lo kambing? Kamera lo noh masih nyala. Edan!"

Firdaus tersadar akan misinya kali ini untuk apa datang ke kamar adiknya langsung berdehem mengutarakan niat hati. "Doa dulu dong yang lagi ulang tahun, biar gue simpan doa-doa lo di umur 15 ini." Kameranya ia arahkan pada Jannati yang tampak unyu karena dua bandol rambut pink dan kuning bermotif telinga kelinci di sebelah kanan dan kirinya.

"Semoga aku menjadi orang beruntung. Papa, mama, abang nggak ngeselin lagi. Makin disayang, makin bahagia terutama sama ...." Jannati tampak berpikir untuk melanjutkan kata-katanya.

"Sama Abang!" sela Firdaus lalu mematikan kamera di HP jadulnya.

Padahal saat itu aksi kejar-kejaran langsung terjadi karena Jannati sangat kesal dengan Firdaus yang asal menyahut dan langsung mematikan kamera. Ia ingin menyebut orang terkasihnya namun Firdaus malah menyela. Menyebalkan!

Firdaus mengusap layar HPnya agar vidio tadi berhenti. Ia menghela napas pelan lalu mengangkat kepala untuk mencari jawaban. "Lo bahagia sama yang hancurin hidup lo, Jan?"

"Sampai saat ini, gue terus gagal mencari orang yang bikin lo berakhir." Firdaus kembali menunduk, ia mematikan HPnya ketika mendengar langkah ke arahnya.

Syafiq mengayunkan kaki yang dibalut jeans hitam dan sepatu hitam berlogo Adidas. "Eh, Sur, udah didaftarin noh sama burung."

Laki-laki bernama Ahmad Syafiq yang diberi gelar menteri dangdut itu langsung merangkul pundak Firdaus. Ababil ikut merangkul kedua sahabatnya dari tengah membuat Syafiq dan Firdaus mengaduh sebal.

SyaVin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang