Bab 28

28 10 20
                                    

Masa lalu boleh kelam, hidupmu sekarang jangan.

(Maryam367)

.

.

.

  Selesai makan dan salat magrib berjamaah di musala, Syafiq membawa kedua sahabatnya ke kamar untuk beristirahat sebentar. Mereka bertiga berdempet di kasur kecil Syafiq dengan Firdaus berada di tengah.

Ketiganya kompak memandang langit-langit rumah Syafiq. Syafiq meringis pelan karena di atas mereka sangat tidak enak untuk dipandang. Sarang laba-laba, bercak-bercak air hujan yang menguning dan pelapon yang bolong sudah biasa menghiasi kamar dua saudara ini, tapi untuk ukuran harta kayak Firdaus dan Ababil, siapa yang tidak malu memperlihatkan hunian tak layak ini?

"Kalau lagi di kamar, tempat mana yang lo nggak pernah duduk di sana?" cetus Firdaus.

"Gue? Gue nggak pernah tidur di langit-langit," timpal Syafiq agar suasana mereka cair kembali.

"Semua orang juga nggak ada yang tidur di langit-langit, Fiq," tukas Ababil sambil memejamkan mata menikmati kasur keras. Sensasinya pun berbeda dengan kasur-kasur yang pernah ia gunakan.

"Ada, rumahnya yang kebalik," kilah Firdaus.

"Kalau lo Sur, lo di mana yang nggak pernah tidur di kamar?" lontar Syafiq memberikan pertanyaan yang sama, siapa tahu jawabannya berbeda 'kan? Mereka bertiga banyak akal!!

"Gue? Gue nggak pernah tidur, nggak pernah duduk di tempat sempit, di belakang pintu, di dinding, di lukisan yang terpajang di dinding, di buku, di jam, di atas AC, di bayang-bayang, di gelas minum, di——."

"Udah gue duga bakal sesat," gumam Ababil.

"Bwhahaha, gitu mah kita, nggak ada faidahnya banget bicara," ucap Firdaus lagi.

"Nyadar akhirnya," timpal Ababil lagi.

"Capek banget lo kayaknya hari ini," celetuk Syafiq yang sudah merasa ada perubahan di diri Ababil.

"Iya nih, suka julid kalau ngomong, datang bulan ya lo?" tebak Firdaus. Masih saja anak satu ini bercanda dengan Ababil yang sudah diambang kesadaran, alias mengantuk.

"Capek ngurusin warisan, gue tidur dulu," ujar Ababil lalu menyerong badan ke kiri memunggungi Firdaus dan Syafiq.

"Nggak boleh tidur setelah magrib, menyerupai orang Majusi sama Nasrani, tauuuu, kata Bapak Syam'un," ingat Syafiq.

"Ngantuk banget padahal," ungkap Ababil diiringi suara menguap tertahan. Mata seretnya membuka perlahan hingga menangkap sosok Syafi'i yang datang dan duduk memunggungi mereka.

Firdaus memilin jari-jarinya hingga membuat Syafiq gemas dan ikut bermain jari dengannya. Umur boleh saja 20, tapi kalau umur otak mereka, mungkin baru anak TK! Keduanya sontak saling menyarang sambil tertawa.

"Yha-yha-yha!" mantra Syafiq sambil menggerakkan seluruh jarinya untuk menyerang dan menghindari jari Firdaus.

"Huwahaha, hap-hap. Kena lo! Mati lo, mati. Mati!" hardik Firdaus yang gemas dengan jari Syafiq yang terus menghindar.

"Wle, kagak bisa sob. Jari anak tiri Evos nih, jan maen-maen! Jan maen-maen!" beber Syafiq yang pastinya tidak mungkin terjadi.

Syafi'i menoleh, hal itu juga membuat Ababil membalikkan badan lagi karena ingin tahu apa yang sedang terjadi. Syafi'i dan Ababil lantas menggeleng tak habis pikir.

SyaVin Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang