Pintu tertutup rapat. Mereka berkumpul disatu tempat yang dinamakan 'Ruang Pertemuan'.
Di sana sudah ada tiga pemuda berseragam sama. Andri G D Windana, Ravelo Olevar dan Mahardika Akihdrahma H.
Huruf H dinama terakhir Mahardika adalah inisial dari nama besar keluarga Husen–yakni kakek dari Daniel Al Husen. Daniel dan Mahardika adalah saudara sepupu dekat.
Ruangan itu dialih fungsikan oleh Mahardika sebagai ruang khusus untuk dia dan teman-temannya berkumpul atau melakukan apapun di dalam sana. Bagi Mahardika mudah saja karena salah satu pemilik Yayasan Paramitha adalah ayahnya. Jadi, begitulah...
Mereka menjadikan tempat itu sebagai tempat pertemuan.
Di sudut ruangan, diletakkan sebuah ranjang kecil;cukup dipakai oleh dua orang. Suasana di dalam didominasi dengan warna monokrom, serta dua bangku kayu sederhana yang diletakan berjejer lengkap dengan sebuah meja persegi yang dicat senada dengan warna ruangan.Mahardika berdiri menyambut datangnya Daniel Al Husen yang baru kali ini masuk keruangan tersebut. Tangan Daniel, ia sisipkan ke saku celana abu-abunya.
"Wih, si A. L. B. K." Celetuk Mahardika. Ia menepuk kan kedua telapak tangan sebagai ucapan selamat datang. "Anggota Baru Bergabung Kembali."
Yang lainnya, Ravelo sedang tertidur di atas ranjang. Sedangkan Andri begitu tenang melirik siapa yang datang. Kakinya ia letakkan diatas meja–duduk bersandar di bangku seolah-olah tanpa beban.
Daniel melempar tubuhnya pelan ke sisi ranjang di samping Ravelo tanpa membalas sambutan yang diberikan oleh Mahardika. Matanya terpejam dengan lengan yang ia buat sebagai bantalan.
"Jadi Gimana?" Ucap Mahardika. Ia tahu Daniel masih belum hilang kesadaran.
"Apanya?" Tanya Daniel kemudian. Ia melirik Mahardika yang sudah duduk disamping Andri.
"Soal Seruni Syarif." Mahardika mulai memperjelas. "Lo, tertarik kan?" Daniel pun kembali terpejam.
"Ayolah Nil, hitung-hitung biar lo bisa move on ."
"Siapa tahu dia bisa lo takluk'kan."
"Kan mayan, cerita baru disekolah baru." Mahardika terus melayangkan tawaran.
Daniel mendelik tak suka. "BISA DIAM NGGAK?!" membuat Mahardika berhenti. Ia paham sosok seperti apa Daniel Al Husen.
"LO CUKUP TUNGGU SEIRING WAKTU BERJALAN. JADI TUTUP MULUT LO DAN DIAM! Mau sampai kapanpun orang-orang ngasih saran, Livi nggak bakal ilang dari pikiran gue." Daniel kembali memejam. "Bangunin kalo udah bel masuk."
Daniel benar-benar tidur bersisian dengan Ravelo yang sedari tadi tidak terusik dengan keributan. Laki-laki itu begitu pulas mengelilingi dunia sampai-sampai mulutnya menganga. Beruntung, tak menimbulkan suara-suara yang tidak diinginkan.
Mahardika akhirnya memilih diam. Ia menatap Andri sambil menyimpulkan sebuah gelengan. Dia baru akan membuka suara mengharap sebuah pembelaan,
"DIAM ! gue mau tidur juga." Andri ikut memejam mata tidak memperdulikan Mahadika.
"Ish, si babi-babi ! Sekolah itu tempat tidur bukan tempat belajar." gerutu Mahardika. Matanya melotot dan tersadar, "sekolah itu tempat belajar bukan tempat tidur, dika." dia meralat sendiri kata-katanya.
Semua sudah tidur pulas hanya dirinya yang masih waras. Tanpa berpikir panjang Mahardika keluar menuju kantin untuk makan. Dari pada di dalam tidak ada kerjaan.
****
Mahardika memesan dua gelas teh. Yang satu hangat yang satu, pakai es. Dua-duanya ia letakkan mengapit sepiring mie goreng yang tinggal menunggu untuk ia santap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Seruni ???
Mystery / ThrillerTerbangun dalam keadaan terikat di bangku berkarat dalam sebuah gedung tua yang menyeramkan ! Membuat Seruni begitu merasa ketakutan. Darah yang menetes dari hidungnya menyisakan rasa perih yang tidak bisa ia tahan. Ditengah ketakutan, sese...