"Ni—"Panggil Daniel pada Seruni yang baru saja turun dari jok belakang motornya. Ia menatap sekilas wajah teduh milik gadis itu.
Tanpa memerdulikan panggilannya, Seruni terlihat sibuk melepas helm yang ia pakai. Setelahnya, ia beralih membuka jaket hitam yang sempat membungkus tubuhnya disepanjang perjalanan, tadi.
"Ni," panggil Daniel lagi. Nada suaranya terdengar begitu sabar. Ia menunggu hingga akhirnya Seruni selesai dengan helmnya, sekaligus mengembalikan jaket itu padanya.
"Soal tadi yang mau gue omongin di sekolah. Lo masih ingatkan?" Tanya Daniel.
Seruni menatapnya dengan seksama membuat dua pasang manik hitam itu kini saling bertemu. Gadis itu masih diam. Beberapa detik kemudian, ia segera mengalihkan pandangan.
"Gue cuma mau bilang, gue ngajak lo tadi ke Villa karena sebenarnya gue mau nembak lo. Tapi percuma lo nggak bakal nerima." Ucap Daniel melanjutkan. Ia tahu Seruni mendengarkan apa yang ia katakan.
"Dan lo pacar gue... terhitung mulai dari sekarang." Daniel meraih tangan Seruni sambil bergerak turun dari motornya dengan gerakan pelan. Ia tahu gadis itu pasti akan segera menepis namun ia berusaha menahan.
Daniel mengeratkan genggamannya. "Gue jatuh cinta sama lo Ni, sejak pertama kali pertemuan kita. Lo ingat kan itu kapan?" Daniel sedikit menjeda lalu kembali melanjutkan.
"Sejak saat itu semua tentang lo menari-nari dikepala gue. Gue bersyukur semesta selalu mempertemukan gue sama lo dan gue bersyukur dikasih kesempatan buat nge-genggam tangan lo kayak sekarang."
Seruni tidak mengerti ia harus apa. Tidak ada perasaan apapun dalam dirinya mengenai kesan untuk seorang Daniel dan faktanya Daniel itu adalah orang yang menyebalkan.
"Gue serius Ni, nggak berlaku penolakan. Dan mulai sekarang, lo milik gue."
Seruni kembali menepis dengan gerakan lebih kencang. "Gue nggak mau ! Gue nggak mau pacaran."
"Apapun itu, nggak ada penolakan." Tekan Daniel. Ia terus berusaha menahan tepisan Seruni yang kian menjadi.
"Gue nggak mau Danil,"
"Gue bosan! Lo itu menyebalkan!" Seruni terus bergerak meminta dilepaskan.
"Hei, tenang dulu...tenang...Lo bisa belajar buat mencintai gue mulai sekarang."
"Gue nggak mau ! TITIK!" Bukan Seruni namanya jika ia tak melawan.
"Pokoknya gue nggak mau !" Ucap Seruni menekan setiap ucapannya.
"Mending lo pulang !" Seruni berkata seraya membalikkan badan. Tidak peduli dengan tangan Daniel yang masih bertengger di lengannya.
"Tunggu dulu," sergah Daniel.
Laki-laki itu mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku celananya dengan gerakan sangat cepat. Ia kemudian menarik tubuh Seruni dan membawa gadis itu masuk kedalam dekapannya. Tidak peduli seberapa kuat gadis itu memberontak. Ia hanya ingin mendekapnya dengan kuat.
"Diam dulu, gue cuma mau meluk lo kali ini doang."
Seruni diam. Ia tak melakukan apapun. Diposisi seperti ini, degup jantung Daniel terdengar begitu kentara. Degup itu mengalihkannya, ia berbetah mendengarkan meski sama sekali ia tak paham.
Sepersekian lamanya Daniel masih mendekap erat tubuh Seruni. Sesungguhnya ia tak ingin melepasnya lagi. Bayangan itu kian lama kian jelas menari di kepalanya. Ia teringat lagi akan sosok perempuan yang kini hilang dan bukan lagi menjadi miliknya. Setidaknya begitulah kenangan membawanya menyelam, jauh kedalam lautan yang menyakitkan.
Bayangan Livi dan kenangan-kenangan sebelumnya terputar jelas namun segera ia tepis agar tak lagi merasakan sakit serupa dulu. Kala kesakitan itu datang. Hingga akhirnya Daniel melonggarkan dekapannya. Ia bergerak mengalungkan benda yang sedari tadi ia genggam.
"Jangan lepas kalung ini Ni, ini tanda bahwa gue serius dengan apa yang tadi gue ucapkan."
Daniel menunduk mencari dimana letak wajah Seruni. Ia kemudian melonggarkan jarak dan sedikit memundurkan badan. "Terima kasih, karena lo udah nggak melawan."
Seruni membuang napas panjang. "Akhirnya," ucapnya lega kalah Daniel melepas dekapannya.
"Sana pulang ! Lo mau balik atau gue buang ini kalung sekarang." Tanya Seruni mengancam. Antara serius dan tidak. Kita lihat apa yang akan Seruni lakukan.
"Iya-iya, gue balik sekarang. Lo masuk dan jangan lupa besok gue yang jemput kesekolah. Ingat jangan tidur malam."
"Terus maksud lo, gue tidurnya kapan. Nunggu besok pas matahari datang?" Sarkas Seruni.
"Jangan larut malam maksud gue, susah ya ngomong sama pacar yang model beginian,"
Merasa tidak terima akhirnya Seruni menuntun tangannya untuk meraba benda yang tergantung dilehernya.
Ia serius !
"Pulang atau gue buang ?!" Tanyanya sekali lagi.
"Iya-iya gue pulang." Ucap Daniel memutuskan. Laki-laki itu naik kejok motornya lalu meminta Seruni masuk kedalam.
"Gue pulang, lo masuk kedalam."
Tanpa menunggu apapun, Seruni segera melenggang—membuka pagar dan masuk dengan gerakan setengah berlari tanpa mengucapkan sekatapun.
Sedangkan Daniel, ia ikut pergi setelah benar-benar memastikan Seruni telah masuk kedalam rumahnya.
.
.
.
Lanjut »»»
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Seruni ???
Mystery / ThrillerTerbangun dalam keadaan terikat di bangku berkarat dalam sebuah gedung tua yang menyeramkan ! Membuat Seruni begitu merasa ketakutan. Darah yang menetes dari hidungnya menyisakan rasa perih yang tidak bisa ia tahan. Ditengah ketakutan, sese...