Pak Handoko, guru matematika sekaligus merangkap menjadi guru tergalak dari beberapa guru tergalak lain yang menghuni SMA Paramitha.
Entah kemasukan apa, laki-laki paru bayah itu sedari tadi hanya duduk saja didepan meja guru. Ia bercerita panjang lebar tentang pengalaman masa-masa sekolahnya. Berkisah tentang dirinya yang dulunya adalah brandalan di sekolah. Anti belajar. Sangking malasnya untuk belajar, ia pernah merebus buku catatan matematikanya. Lalu meminum air rebusan itu untuk persiappan ulangan di keesokan harinya. Lebih praktis dari pada belajar yang melelahkan plus membosankan katanya.
Ceritanya berlanjut ketika beliau tiba-tiba mendapat Ilham. Ia memutuskan untuk lanjut kuliah. Saat kuliah ia mengambil matematika, alasannya hanya satu. Karena perempuan yang dia suka juga mengambil jurusan itu.
Momen lucu yang paling berkesan baginya adalah ketika dia menembak perempuan itu. Karena si perempuan orangnya matematika sekali, maka dia memberikan sebuah tes sederhana bagi Handoko muda. Ia disuruh menggambar trapesium pada saat itu juga. Tahukah kamu apa yang Pak Handoko gambar?
Lambang buah hati ! Apanya yang lucu ? Bego, iya. Pantas ditolak.
Seruni mencoba membuka hati untuk ikut dalam alur cerita. Sesekali ia akan ikut tertawa dengan yang lainnya meskipun tidak ada momen lucunya sama sekali. Ini semua dilakukan sebagai bentuk kerjasama dengan siswa lain. Agar supaya Pak Handoko terus bercerita dan lupa dengan tugasnya mengajar.
Semuanya hanyut dalam cerita Pak Handoko. Atau lebih tepatnya, mereka semua berlagak tertarik dengan cerita sang guru.
Padahal, di lubuk hati terdalam, mereka punya tujuan lain. Beberapa murid sesekali menanyakan hal yang bisa membuat Pak Handoko semakin semangat bercerita tentang kisah masa mudahnya. Dan bagi seluruh penghuni kelas, ini adalah sebuah keberuntungan. Kapan lagi kan!?
Hingga bel istirahat berbunyi, Pak Handoko hanya berhasil bercerita setengah dari kisah panjang tentang hidupnya.
Beberapa murid kembali menyanyangkan, padahal mereka masih ingin mendengar kisah inspiratif itu. Tapi dengan kesadaran, Pak Handoko menghentikan ceritanya dan langsung menutup kisah nya untuk hari ini.
Ia berkata "Kisah bapak kali ini semoga jadi pengalaman yang bisa kalian jadikan pembelajaran. Bapak cuma mau berpesan, tidak ada yang tahu nasib kita selanjutnya akan seperti apa, tapi sebisa mungkin buat yang terbaik untuk diri kalian. Jangan kayak bapak yang dulu berandalan, syukur-syukur bisa jadi begini. Kalau jadi preman kan lain lagi ceritanya !? Dan karena sudah masuk jam istirahat, maka silahkan kumpulkan PR yang bapak kasih kemarin. Seruni, tolong kumpulkan."
Astaga ! Semua murid terpekik kelagapan. Untung Seruni sudah mengerjakannya semalam, tapi bagaimana dengan nasib yang lainnya ?!
"Cah, lo udah?" Tanya Seruni kepada Marisa dengan rasa panik. Kasihan kalau Icah tidak membuatnya. Dia tahu bagaimana Pak Handoko.
"Udah kok, tenang aja."
Yang lain mulai menggerutu, karena mungkin mereka belum mengerjakan.
Seruni pun membawa beberapa buku yang sudah ada ditangannya. Ternyata banyak yang belum menyelesaikannya dan itu membuat Pak Handoko tersenyum puas. Yang menjebak belum tentu tidak terjebak.
"Satu...dua...tiga...empat...lima..." Hitung Pak Handoko.
"Sisanya, minggu depan tidak usah ikut pelajaran bapak. Kecuali kalau orang tua kalian sudah datang menghadap. Jadi, bapak tunggu ! Dan sekian untuk hari ini, selamat istirahat wahai anak-anak..." Pak Handoko berlalu keluar kelas. Mereka yang tidak mengerjakan, ada yang memaki tidak tertahan.
****
Marisa dan Seruni keluar. Mereka berniat menuju kantin namun suara seseorang berhasil menginterupsi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa & Seruni ???
Mystery / ThrillerTerbangun dalam keadaan terikat di bangku berkarat dalam sebuah gedung tua yang menyeramkan ! Membuat Seruni begitu merasa ketakutan. Darah yang menetes dari hidungnya menyisakan rasa perih yang tidak bisa ia tahan. Ditengah ketakutan, sese...