💜 14 : Pita Hitam

24 6 2
                                    

Sore ini Seruni terpaksa harus mempersiapkan diri menuju rumah Marisa. Karena siang tadi, sepulang sekolah Marisa telah bermohon, meminta agar Seruni datang menemaninya. Marisa berencana keluar untuk makan malam bersama seorang teman. Karena alasan itulah ia mengajak Seruni juga.

Seruni menatap dirinya pada pantulan cermin. Ia memakai kemeja putih yang sengaja dibiarkan tak terkunci dengan kaos ungu terang sebagai dalamannya dipadu dengan celana hitam panjang. Bagi Seruni, begini saja sudah cukup.

Sebelum keluar, Seruni menyempatkan diri untuk memoles bedak tipis ke pipinya lalu menyisir kembali rambut sebahu yang sengaja ia gerai. Tidak lupa, ia memakai snickers putih sebagai pelengkapnya.

Seruni bergegas keluar dari dalam kamar, menemui Kumala yang sedang sibuk diruang jahit. "Nek, Uni pamit ya." ucapnya sembari mencium pipi Kumala. Wanita itu tengah duduk didepan mesin, dan membuatnya menghentikan aktifitas jahitnya.

"Hati-hati dijalan, nanti berangkatnya sama siapa?" Tanya Kumala lembut, menatap cucunya yang terlihat begitu cantik.

"Udah dipesenin taksi sama Icah, Nek."

"Wih, enak sekali jalannya dibayarin teman."

"Iyalah, Nek. Uni juga nggak mau kalo Uni yang bayar. Mending Uni diam di rumah terus tidur," balas Seruni.

"Ya sudah, sana tunggu didepan siapa tahu taksinya udah datang."

"Iya Nek, Uni berangkat ya. Assalammualaikum."

"Walaikumsallam." Kumala kembali mengerjakan pekerjaannya yang tertunda seiring perginya Seruni dari ruang jahitnya.

****

Seruni sudah duduk manis dikursi teras. Menunggu taksi datang untuk menjemputnya. Tanpa menunggu lama, sebuah mobilpun datang dan berhenti didepan. Seruni langsung berdiri, ia membenarkan posisi tas selempangnya dan mulai berjalan.

Seruni bergerak membuka pagar. Namun gerakannya terhenti saat sebuah pita hitam tersangkut ditangannya. Ia menatap sekeliling, lalu kembali memicing–mencoba meneliti benda itu dengan segelumat tanda tanya.

"Permisi ? Atas nama Seruni Syarif ?" Tanya seseorang. Berhasil mengalihkan pikirannya.

"Iya pak, mohon tunggu sebentar, ya." Jawab Seruni kepada bapak-bapak yang tengah duduk dikursi kemudi; dalam mobil yang terparkir tak jauh didepan sana.

Dengan gerakan cepat, Seruni segera menyimpan benda hitam itu kedalam tas selempangnya dan segera membuka pagar. Membawah dirinya keluar dari pekarangan, kemudian ia masuk dengan sopan ke dalam sana.

Sesampainya di rumah Marisa, ia langsung mendapat sambutan dari gadis itu. Marisa membawanya masuk kedalam kamarnya yang terletak dilantai dua.

"Ni, lo tau nggak? Tadi gue nemuin ini digagang pintu muka." Kata Marisa sambil menyodorkan benda yang mirip dengan yang Seruni temukan.

Seketika itu juga mata Seruni membelalak, namun dengan cepat ia menetralkanya. "Pita hitam doang...kali aja punya bibi." Kata Seruni seolah-olah ia tidak tertarik. Tangannya terulur menerima pita hitam dari tangan Marisa.

"Iya juga ya, tapi mending gue buang aja ya, Ni. Serem soalnya kalo liat gituan. Jadi ingat pas bunda dulu,"

"Emang kenapa pas bunda?" Tanya Seruni tidak paham.

"Ya gitu, gue takut aja ngeliat orang-orang pada makek pita item dilengan mereka, Udah ah, sini mau gue buang aja." Marisa mengambil kembali pita hitam ditangan Seruni. Ia teringat kenangan lama tentang peristiwa duka yang membawah ibunya.

Alfa & Seruni ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang