💜 : 23 Villa Keluarga Al Husen

18 3 0
                                    

Hawa dingin mulai terasa menembus pori-pori kulit. Dibelakang Daniel, Seruni mulai merasakan dingin yang kian kentara. Meski tak kunjung saling bersuara, Daniel mampu menyadari keadaan. Ia menundukkan sedikit pandangan. Di lingkaran perutnya, jari-jari tangan milik Seruni terlihat bergerak tak nyaman.

"Dingin ?" Tanya Daniel dengan volume besar untuk menghalau deru angin.

"Nggak."

Sekitar sepuluh meter dari sana, Daniel menepikan kendaraannya. Ia membuka jaket yang sejak awal terpakai ditubuhnya.

Gerakannya lembut, menyodorkan benda itu kearah belakang tanpa meminta Seruni turun dari boncengannya.

"Di pake. Biar lo nggak kedingingan. Kita bakal ngelewatin yang lebih dingin dari ini."

"Emang kita mau kemana sih?"

"Tumben sejauh ini lo baru nanya." Daniel terkekeh pelan.

"Ya....ya ...Percuma juga gue nanya.  Asal jangan macem-macem aja!"

"Udah, nggak usah mikir aneh-aneh sama gue." Ucap Daniel mengingatkan.

"Siapa juga, lagian lo kan emang aneh orangnya."

****

Tidak lama, mereka akhirnya tiba ditempat yang Daniel maksudkan. Pemandangan asri, suasana sejuk dan menenangkan mampu membuat Seruni tersihir dengan pemandangan yang terhampar sepanjang mata memandang.

"Selamat datang, ini villa keluarga gue." Daniel mulai menjelaskan.

Seruni tidak mengeluarkan sepatah dua katapun. Namun hatinya tak berhenti bergumam atas begitu indahnya pemandangan yang tersaji didepan mata.

"Sini," Daniel berucap sembari meraih tangan Seruni. Ia membawah gadis itu masuk kedalam gedung indah itu.

"Keren" gumam Seruni. Matanya mengedar meneliti tiap inci ruangan yang tampaknya dibuat dengan begitu sempurna.

"Ini tempat yang menyimpan banyak sejarah dalam hidup gue. Disini cinta tumbuh dan berkembang." Ungkap Daniel. "Tiap libur... gue, bokap, nyokap. Kita semua selalu ngumpul bareng disini."

Seruni mengangguk samar.

"Lo bebas ngapain aja disini..." Kata Daniel—memberi Seruni ruang untuk berekspresi dengan leluasa.

***
"Ini tempat apa?" Tanya Seruni, saat Daniel menuntunnya masuk kesebuah ruangan yang lebih dalam. Suasana disana begitu tenang.

"Ini—"

Pandangan Daniel berputar menemukan sebuah pintu disudut sana.

"Ruang privat." Daniel kembali meraih tangan Seruni yang sejak tadi telah ia lepas.

"Mau kemana sih!?" Tanya Seruni mulai jengkel. Sejak tadi  ia diam saja ditarik kesana-sini oleh Daniel, sekarang tampakanya ia perlu menjaga diri. Ya biar kata percuma, setidaknya dia harus tetap terus waspada.

"Ini kamar?!" Pekik Seruni tepat saat tubuhnya masuk dengan sempurna ditarik Daniel secara paksa. "Apa-apaan? Awas ya ! Jangan macam-macam! Jangan Khilaf!" Peringat gadis itu.

Daniel bercitcit sambil menggeleng frustasi "ckck, ini kamar bersejarah bukan sembarang kamar. Cuma orang tertentu yang bisa masuk sini. Bahkan, Mahadikapun nggak pernah masuk sini. Jadi... Lo beruntung."

"Biasa aja gue," sahut Seruni enteng.

"Ingat tinggal kita berdua!!" Suara Daniel tegas. Terdengar mengancam. Tapi sebenarnya lebih ke menggoda.

Seruni yang mendengar itu langsung merasakan dingin menjalar ke sekujur tubuhnya. Rasanya aneh, dan lebih tepatnya bisa dikatakan ia sedikit takut.

"Cih ela, gemes bat gue liat muka lo itu. Santuy aja kali! Gue nggk bakal ngapa-ngapain ! Bodi tipis kek triplek itu, gak bakal bikin gue napsu!"

Alfa & Seruni ???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang